Mohon tunggu...
Johan Arifin
Johan Arifin Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Kementerian Agama Kab. Kapuas

Sejenak aku kisahkan tentang diriku padamu, agar kau tau siapa aku, bagaimana hidupku, karena kau tak akan pernah bertanya bagaimana rasanya menjadi aku.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Meriahnya HAB Kemenag RI yang ke 68

10 Maret 2014   02:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:06 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bersama isteri, dan anakku, serta teman-teman seprofesi berangkat dari Kabupaten Kapuas ke ibukota Kalimantan Tengah yakni Palangkaraya sekitar pukul 4 sore pada hari Jum’at, tanggal 21/02/2014 karena kami (seluruh pegawai Kemenag) diwajibkan mengikuti Acara Gerak Jalan Kerukunan di Palangkaraya dalam rangka memperingati HAB Kemenag RI ke 68 tahun 2014, yang dihadiri oleh Menteri Agama RI Bapak Suryadharma Ali.

Acara dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 22/02/2014, namun aku dan beberapa teman berangkat sehari sebelumnya untuk menyempatkan diri beristirahat agar pada saat hari H energi sudah kembali pulih dan tidak cepat lelah.

Awalnya aku berniat tidak ikut karena sudah beberapa hari penyakit mag ku kambuh, namun karena aku tidak mau disibukkan dengan berbagai macam persyaratan yang harus dilalui dalam memperoleh surat izin, mau tidak mau aku harus ikut juga.

Bagi yag tidak mengikuti gerak jalan kerukunan harus ada surat keterangan izin, misal: kalau sakit harus ada surat keterangan sakit dari dokter, bagi wanita kalau sedang melahirkan harus ada surat keterangan cuti melahirkan, bahkan sempat beredar kabar bila tidak mengikuti gerak jalan kerukunan tanpa keterangan alias absen kosong, maka siap-siaplah menerima sangsi, entah sangsi berupa apa saja, aku tidak tau, atau hanya untuk menakut-nakuti saja.

Saat di perjalanan tiba-tiba perut serasa dibakar dan perih, mag ku kambuh, tidak berapa lama mual menghampiriku, sepertinya aku akan muntah, jamu dari saripati kunyit yang kubuat sendiri sebagai antisipasi ternyata berubah rasa sehingga tidak enak lagi untuk diminum, obat mag yang kubeli di toko obat sudah tidak mempan lagi walaupun sudah kukunyah lebih dari empat tablet. Kemudian kuminta obat anti mabok dari isteriku dan segera kuminum, namun rasa mual tidak juga kunjung berkurang.

Setelah 1001 macam perasaan yang kualami selama kurang lebih 3 jam dalam perjalanan akhirnya tiba juga di tujuan. Aku menginap di kontrakan saudara angkatku, biasanya kami memanggilnya Abi Balya, sebuah kontrakan yang mungil tapi nyaman, aku sempat bergumam dengan Ama Balya "hmmm...Ama Balya, di kontrakan ini aku serasa bernostalgia", Ama Balya tertawa dan mengiyakan.

Beruntunglah, Ama Balya punya obat mag, aku langsung meminumnya, namun perut ini masih sakit juga, aku tidak perduli kalau harus over dosis, yang penting lambungku bisa nyaman kembali. Akhirnya pukul 10 malam Abi Balya  berangkat ke apotek untuk membelikan obat, obatpun kuminum, perlahan-lahan sakit di lambungku mulai hilang, mulut ini kering, badan terasa lunglai, sementara kulihat anakku masih saja terjaga padahal sudah pukul sebelas malam, aku mulai pusing, aku merebahkan diri dan tanpa sadar terlelap seperti orang mati hingga pukul tiga pagi.

Lapangan Mantikei, disitulah kami berkumpul, ternyata lapangan sudah dipenuhi oleh para pegawai Kemenag se Kalimantan Tengah, kulihat di atas Podium nampak Menteri Agama RI bapak Suryadharma Ali sedang berdiri sambil melambaikan tangan dan tersenyum senang menyaksikan barisan laskar putih hijau yang berbaris rapi.

Gerak jalan pun dimulai, diawali barisan Kemenag kota Palangkaraya, hingga terakhir Kabupaten Kapuas, namun diantara semua peserta, ternyata Kabupaten Kapuas adalah peserta terbanyak, saking banyaknya rombongan dari Kemenag Kabupaten Kapuas hingga memenuhi setengah lingkaran lapangan Mantikei.



Acara Gerak Jalan mengelilingi kota Palangkaraya dengan rute dari lapangan Mantikei hingga bundaran besar dan kembali ke lapangan Mantikei sebagai finish, dengan jarak tempuh sekitar tujuh kilo meter, lelah tapi menantang, dan senang.

Di tengah-tengah riuhnya para peserta gerak jalan, aku bertemu dengan temanku yang sudah lama tidak bersua, salah satunya dengan Bapak Arly seorang guru PAI tingkat SMP dari Katingan. Akhir tahun 2010 yang lalu, kami mengikuti diklat Peningkatan Kompetensi Guru PAI di Asrama Haji Palangkaraya, bahkan kami ditempatkan dalam kamar yang sama.

Hal yang paling menarik adalah bisa langsung bertatap muka dengan Menteri Agama RI bapak Suryadharma Ali, dan yang menjadi pemantik semangatadalah dorprise yang melimpah, salah satunya hadiah Umrah, beberapa buah motor, uang puluhan juta rupiah, dan masih banyak hadiah lainnya. Namun sayangnya, kami harus mengikhlaskan dorprise tersebut menjadi bagian dari rezeki orang lain.

Setelah acara selesai, kami bergegas menuju mobil dan siap-siap berangkat pulang ke Kapuas, untunglah aku masih menyimpan obat yang sudah dibelikan oleh saudara angkatku, hingga diperjalanan mag ku tidak kambuh lagi, walaupun ada sedikit mual, namun tidak separah ketika berangkat ke Palangkaraya.

Dalam perjalanan kami teringat undian dorprise, kata salah satu guru :

“Kok...dari Kabupaten Kapuas hanya satu orang saja yang mendapat dorprise, itu pun uang sejumlah satu juta rupiah”.

“Yah....secara logika jumlah yang banyak seharusnya mendapatkan kesempatan dan peluang lebih besar untuk mendapatkan dorprise, namun apa boleh buat rezeki Allah yang membaginya” ujar guru lain.

Untuk menhibur hati yang sedikit kecewa (sebenarnya tidak sih....) kamipun bercanda.

“Untunglah kita tidak dapat kulkas dua pintu, coba kalau dapat, bagaimana kita membawanya pulang ke Kapuas”.

“Iya, ada hikmahnya juga kita tidak mendapatkan dorprise”

“Yah...mau tidak mau bilang seperti itu, padahal hati juga kepingin dapat dorprise”

"Kalau aku ingin dapat kulkas yang sepuluh pintu saja"

"Itu bukan kulkas namanya, tapi hotel"

“Wkwkwkwkkk....” gelak tawa membuat suasana yang panas dan gerah jadi meriah seolah lupa bahwa kami baru saja berjalan kaki sejauh tujuh kilo meter. Suasana panas, capek, membuat penumpang mulai diam dan tertidur, ada satu temanku yang mabok perjalanan, dan dia muntah-muntah.

Di Kabupaten Pulang Pisau mobil berhenti di sebuah rumah makan, acara makan-makan pun dilaksanakan. Beberapa menit kemudian, kami melanjutkan perjalanan. Suasana hening kaya di kuburan kembali pecah, karena perut sudah terisi sepiring nasi dan lauk pauknya, mulut pun pada berkicau, tawa canda mulai bergelayutan di bibir, hingga tidak terasa kami tiba di rumah kembali dengan selamat.

Hmmm.....lelah, penat,dancapek terasa terbayarkan karena bisa bersilaturrahim sekaligus bertatap muka dengan kawan, rekan, dan sahabat se Kalimantan Tengah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun