Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Covid-19, dari Pandemi Menjadi Endemi: Lebih Cepat Lebih Baik

1 Oktober 2021   13:54 Diperbarui: 1 Oktober 2021   13:57 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Epidemi menyebabkan penyakit yang meluas dalam suatu wilayah, sedangkan pandemi mempengaruhi banyak negara atau benua. Sebuah penyakit menjadi endemi ketika penyakit itu bisa dikelola, misalnya didefinisikan sebagai penyakit yang tidak menyebabkan beban yang tidak semestinya pada rumahsakit atau sumberdaya perawatan kesehatan lainnya, tetapi tidak mungkin dihilangkan karena sifat-sifat bawaan patogen penyebab penyakit tersebut.

Australia, China, dan Selandia Baru telah menerapkan kebijakan "Covid Nol" yang bertujuan untuk mengeliminasi (mengurangi insiden dalam suatu wilayah menjadi nol) atau bahkan eradikasi (eliminasi di seluruh dunia). Tujuan itu tidak realistis.

Cacar (smallpox) adalah satu-satunya penyakit manusia yang pernah dieradikasi. Virus cacar memiliki 4 sifat yang membuatnya bisa dieradikasi:
1. Tidak adanya reservoir hewan.
2. Tanda-tanda dan gejala-gejala yang jelas dan khas.
3. Periode penularan yang singkat.
4. Imunitas alami seumur hidup setelah menyintas dan vaksin yang sangat efektif.

Sebaliknya, SARS-CoV-2 tidak mungkin dieradikasi karena memiliki reservoir hewan, tingkat penyebaran yang tinggi (terutama varian Delta), dan gejala-gejala yang tumpang tindih dengan penyakit-penyakit pernapasan lainnya. SARS-CoV-2 juga memiliki periode penularan yang berkepanjangan, yang disebabkan oleh kecenderungannya untuk menyebar dari pembawa-pembawa yang asimtomatik maupun presimptomatik.

Itulah alasan mengapa pengurangan penyakit dari epidemi menjadi endemi merupakan hal terbaik yang bisa dicapai, yang memungkinkan pemulihan sepenuhnya menjadi normal. Banyak infeksi yang tidak bisa dihilangkan tetapi bisa dikendalikan dengan vaksinasi dan pengobatan.

Virus campak, sebuah virus pernapasan yang sangat menular, menghasilkan tingkat imunitas yang tinggi di antara orang-orang dewasa yang terpapar saat masih anak-anak. Akan tetapi, sebelum vaksin campak dikembangkan pada 1963, beberapa orang dewasa yang non-imun meninggal setiap tahun.

Pertusis (batuk rejan) disebabkan oleh bakteri yang sangat menular (dengan sindrom-sindrom yang tumpang tindih dengan beberapa virus pernapasan), tetapi dikendalikan di AS melalui vaksinasi anak-anak, antibiotik dan pengobatan lainnya. Namun, keraguan terhadap vaksin di antara para orangtua di AS telah menyebabkan wabah pertusis dan campak bertahan selama dekade terakhir.

Para pejabat mencoba berbagai tindakan untuk mengendalikan SARS-CoV-2: masker, pembatasan jarak sosial, lockdown, pembatasan perjalanan, ventilasi, pengujian, dan pelacakan kontak. 

Tindakan-tindakan ini memiliki berbagai tingkat keberhasilan tetapi pada akhirnya terbukti tidak cukup untuk mengendalikan virus tersebut secara berkelanjutan, karena itu akan membutuhkan imunitas yang menyebar luas.

Untungnya, vaksin yang aman dan efektif telah dikembangkan untuk SARS-CoV-2 dalam waktu singkat. Vaksin ini adalah kunci untuk mengubah Covid-19 dari penyakit menular yang pandemik menjadi endemik tetapi terkendali.

Pengendalian berarti pengurangan penyakit yang parah, bukan kasus-kasus yang asimtomatik atau ringan. Karena sangat efektif dalam mencegah penyakit parah dari Covid-19 yang menjadikan SARS-CoV-2 sebagai ancaman global, maka vaksin-vaksin tersebut bisa berfungsi sebagai sarana pengendalian.

Antibodi-antibodi yang dihasilkan oleh vaksin-vaksin secara alami akan berkurang, tetapi vaksin-vaksin itu memicu pembentukan sel B yang diturunkan ke bank memori kita, dan sel B memori ini menghasilkan antibodi-antibodi penetralisasi tingkat tinggi jika ada virus lagi, bahkan dalam bentuk variannya. 

Sel B memori ini bertahan lama. Sebuah kajian Nature pada  2008 menemukan bahwa orang-orang yang selamat dari pandemi flu 1918 mampu menghasilkan antibodi-antibodi ketika terkena strain influenza yang sama 9 dekade kemudian. 

Sel T yang juga dimasukkan ke dalam memori sel, yang dihasilkan oleh vaksin-vaksin melindungi kita dari penyakit parah dan tidak terpengaruh oleh varian-varian virus.

Lalu, seperti apakah bentuk endemi Covid-19 itu? Jika kita bisa mengurangi sirkulasi virus dan mengurangi kemampuannya untuk menyebabkan penyakit parah melalui vaksinasi yang meluas, dunia akan bisa kembali normal. Wabah penyakit parah akan terjadi di antara populasi yang tidak mau divaksinasi, seperti yang kita lihat dengan campak dan pertusis, tetapi mandat-mandat bisa membantu meningkatkan laju vaksinasi.

Ketika sirkulasi virus berkurang dengan meningkatnya imunitas, Covid-19 akan menjadi seperti virus-virus pernapasan lain yang telah berhasil kita kendalikan. 

Orang-orang yang tiba di rumahsakit akan diuji untuk berbagai infeksi, termasuk influenza, Covid-19, virus pernapasan sinksisial (respiratory syncytial virus), terutama pada anak-anak, dan patogen-patogen bakteri, dan menyesuaikan perawatan dengan agen penginfeksi. 

Gejala pernapasan sedang Covid-19 dalam pengaturan rawat jalan bisa diobati dengan antibodi monoklonal atau antivirus rawat jalan (sedang dikembangkan), dan gejala ringan (seperti pilek biasa lainnya) tidak memerlukan pengobatan.

Beban penyakit yang bersedia diterima suatu negara akan bergantung pada prioritasnya: Denmark menghapus semua pembatasan pada tingkat vaksinasi 74% dan kasus rendah pada 10 September 2021, Norwegia pada 25 September dengan tingkat vaksinasi 67%. 

Banyak negara bagian AS memiliki beban rawat inap yang tidak semestinya selama gelombang Delta, meskipun California tetap memberlakukan pembatasan ketika tingkat rawat inap rendah dan tingkat vaksinasi tinggi. Kita harus menerima bahwa penyakit yang tidak bisa disembuhkan itu bersifat endemik. Beban penyakit yang rendah harus mempercepat transisi menuju normal.

Meskipun SARS-CoV-2 terbukti tidak bisa diprediksi, tidak ada virus dalam sejarah yang terus ber-evolusi menjadi patogenisitas yang lebih tinggi. 

Seperti yang kita pelajari dari HIV, mutasi biasanya menimbulkan biaya untuk membuat virus menjadi lebih lemah. Tidak ada infeksi yang bisa dicegah dengan vaksin atau yang memicu imunitas yang pernah berkobar sebagai pandemi tanpa batas waktu.

Virus endemik tidak memerlukan isolasi berkelanjutan dan pembatasan lainnya. Menentang SARS-CoV-2 dengan menghilangkan kemampuannya untuk menyebabkan penyakit parah melalui imunitas akan menjadikan virus ini berkurang seperti 4 virus corona penyebab flu lainnya yang beredar. 

Kunci kenormalan ini adalah imunitas. Dengan varian yang sangat mudah menular yang mengharuskan adanya imunitas pada orang-orang melalui vaksinasi, Covid-19 pasti akan bertransisi dari epidemi ke endemi.

Jonggol, 1 Oktober 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun