Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

7 Mitos tentang Keberlanjutan

22 September 2021   12:53 Diperbarui: 22 September 2021   12:55 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Planet Mindful, May - June 2021, hlm. 64.

Hidup berkelanjutan terkadang terasa seperti labirin informasi yang rumit. Mari kita permudah dengan melihat 7 mitos tentang keberlanjutan (sustainability).

Ilustrasi. Sumber: Planet Mindful, May - June 2021, hlm. 64.
Ilustrasi. Sumber: Planet Mindful, May - June 2021, hlm. 64.

1. Pembelian Barang Premium dan Mewah Tidak Berkelanjutan
Banyak orang tidak menganggap barang mewah sebagai pembelian berkelanjutan. Mungkin ada persepsi bahwa merek mewah memprioritaskan keflamboyanan ketimbang etika atau nilai-nilai lingkungan. Atau mungkin orang-orang merasa bahwa barang-barang mewah tidak akan banyak berguna, sehingga sangat cepat menjadi barang-barang dekoratif yang mahal.

Akan tetapi, membeli barang yang akan bertahan selama beberapa generasi sebenarnya sangat berkelanjutan. Ini merupakan kebalikan dari mentalitas pakai-dan-buang yang begitu sering kita lihat.

Jika kita memikirkan nilai jangka panjang, kebahagiaan, dan makna dari produk yang kita  beli sebelum kita terburu-buru untuk membelinya, dunia dan lingkungan akan menjadi lebih baik.

2. Penyeimbangan Karbon adalah Cara yang Bagus untuk Memerangi Pemanasan Global
Istilah seperti "netralitas karbon" dan "karbon netto nol" telah berkembang dalam penggunaan selama beberapa tahun terakhir. Itu terjadi ketika emisi yang Anda buat seimbang dengan emisi ekivalen yang diabsorpsi.

Salah satu cara untuk mencapainya adalah melalui penyeimbangan karbon, yang biasanya melibatkan pendanaan atau kontribusi untuk proyek-proyek energi terbarukan, atau penanaman pohon untuk mengabsorpsi Karbon dioksida (CO2).

Namun, salah satu masalahnya adalah bahwa hal itu tidak mengatasi akar masalah perlunya mengurangi emisi yang dibuat pada tingkat pertama. Keberlanjutan sejati berarti proaktif dan membuat perbedaan dengan memperhatikan limbah dan emisi kita dan menemukan cara untuk mengurangi jejak Karbon (Carbon footprint) kita. Begitulah cara kita memerangi pemanasan global.

Ilustrasi. Sumber: Planet Mindful, May - June 2021, hlm. 65.
Ilustrasi. Sumber: Planet Mindful, May - June 2021, hlm. 65.

3. Keberlanjutan Terlalu Mahal
Harga memainkan peranan penting dalam konsumsi kita. Tentu saja, membeli produk yang berkelanjutan dan menjalani gaya hidup yang berkelanjutan memiliki biaya di muka yang sedikit lebih tinggi, karena memproduksi produk-produk ramah lingkungan yang berkualitas biasanya lebih mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun