Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mindfulness: Melonggarkan Cengkeraman Kebiasaan

14 September 2021   02:29 Diperbarui: 14 September 2021   02:29 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda hanya bisa menghilangkan kebiasaan pemikiran dan perasaan yang mendalam dari waktu ke waktu, dan terutama dengan sebuah perjalanan meditasi mindfulness. Anda bisa mempersiapkan ini dengan membuat perubahan pada beberapa kebiasaan luar Anda yang tidak produktif, yaitu hal-hal yang Anda lakukan secara rutin, tanpa ragu-ragu.

Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 42.
Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 42.

Setiap hari kita dihadapkan pada aliran fenomena yang tak terhitung jumlahnya, hal-hal yang kita dengar, baca, amati, atau rasakan dengan cara-cara lain. Banyak dari informasi ini yang bisa berguna, mengisyaratkan pilihan baru untuk kita ambil, atau jalan baru untuk kita ikuti, jika saja kita mau memperhatikannya.

Dengan sebuah proses yang dikenal sebagai "persepsi selektif," kita menyaring stimulus yang tidak sesuai dengan gambaran kita tentang kehidupan kita sendiri.

Dari waktu ke waktu, persepsi selektif menarik kita kembali dan melihat dunia dari sudut pandang yang lebih luas. Kemudian kita mungkin melihat opsi yang lebih memuaskan yang tersedia, yang bisa membantu kita menjalani kehidupan yang lebih penuh.

Menyadari potensi kita sebagiannya adalah mengucapkan selamat tinggal pada identitas palsu dan hidup lebih autentik, dengan menemukan diri kita yang sebenarnya.

Tetap Sibuk
Salah satu kebiasaan yang dimiliki banyak dari kita adalah tetap sibuk tanpa henti, melemparkan diri kita ke dalam tindakan untuk menghindari meluangkan waktu untuk kontemplasi.

Tanpa disadari, kita takut bahwa introspeksi mungkin memaksa kita untuk menghadapi kebenaran yang tidak menyenangkan tentang diri kita sendiri.

Kita begadang di kantor, mengatakan pada diri sendiri bahwa kita perlu meluangkan waktu untuk bersaing dengan para rekan kerja, atau untuk mengesankan atasan, tetapi sebenarnya begitu banyak identitas kita yang terikat dengan pekerjaan sehingga kita akan merasa kehilangan tanpa pekerjaan itu.

Mengabaikan hal-hal yang tidak Anda sukai bisa menjadi kebiasaan yang membatasi. Pertahankan sedikit ambivalensi dalam hidup Anda, pikiran Anda akan lebih terbuka dan pengalaman Anda akan lebih menarik.

Menjadi terbebani oleh tugas mungkin juga secara tidak sadar menarik, karena memberi kita alasan untuk menjadi selektif. Misalnya, kita mungkin memiliki masalah dengan anggota keluarga yang kita tahu kepada siapa kita harus berbicara dalam obrolan panjang dari hati ke hati, tetapi kita takut emosi yang terkubur dalam percakapan seperti itu mungkin tergali dari masa lalu. Jadi kita mengatakan pada diri kita sendiri bahwa kita tidak bisa meluangkan
waktu untuk itu.

Mengenal Diri Anda
Pola pemikiran kebiasaan umum lainnya adalah kecenderungan untuk membuat penilaian cepat tentang orang yang kita temui, kemudian berpegang teguh pada penilaian itu, meskipun didasarkan pada bukti yang sangat tipis.

Sebenarnya, memberi orang-orang kesempatan untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya, pada momen itu, adalah sikap yang secara alami sesuai dengan mindfulness.

Sebagai penyeimbang kecenderungan ini, cobalah melihat orang-orang dengan pikiran yang jernih. Ajukan pertanyaan yang biasanya tidak Anda tanyakan, minta pendapat mereka, dan dengarkan dengan penuh perhatian apa yang mereka katakan.

Persepsi Anda hampir pasti akan berkembang melampaui pandangan tertutup Anda yang semula. Mengingat keterbatasan pemahaman kita, tidak mengherankan bila orang-orang ternyata lebih baik dari yang kita duga.

Mengenal Badai Pikiran Anda
Pada saat stres, pemikiran kita menjadi cepat karena kita panik akibat satu pemikiran dan perasaan buruk ke pemikiran dan perasaan buruk lainnya, dan mencoba mencari solusi.

Anda bisa menggunakan pengalaman badai pikiran berikut ini sebagai cara untuk melakukan analisis diri yang bijaksana. Tanyakan kepada diri Anda pertanyaan-pertanyaan ini dan tulislah jawabannya dalam Jurnal Mindfulness Anda (lihat artikel saya: Mindfulness: Melepas Pergi Pemikiran dan Perasaan Negatif):

- Situasi seperti apa yang cenderung memicu badai pikiran Anda?
- Apakah ada pemikiran yang terus berulang dalam badai pikiran Anda? Apakah salah satu dari pemikiran ini jelas benar atau salah?
- Apakah ada memori yang terus muncul dalam badai pikiran Anda? Jika demikian, mengapa memori itu muncul?
- Apakah ada emosi yang berulang dalam badai pikiran Anda? Apa pengaruh emosi seperti itu pada pemikiran dan perilaku Anda?

Lima Pelonggar Kebiasaan
Berikut adalah 5 cara sederhana untuk bergerak menuju diri yang lebih autentik. Autentisitas bukan hanya tentang diri Anda, tapi juga tentang kualitas hubungan Anda.

Membiasakan diri untuk melakukan perubahan gaya hidup seperti ini mempersiapkan jalan untuk melakukan pekerjaan yang lebih mendalam tentang reaksi autopilot melalui meditasi mindfulness.

Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 42.
Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 42.
1. Hargai kebaikan yang ditunjukkan oleh orang-orang. Beritahu mereka bahwa kebaikan mereka penting bagi Anda.

2. Dengarkan cerita orang-orang dengan perhatian penuh, bukan hanya dengan sopan, tetapi karena menganggapnya benar-benar penting.

Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 43.
Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 43.
3. Tanyakan pendapat seorang rekan kerja tentang sesuatu, bukan pertanyaan tentang pekerjaan, tetapi sesuatu di luar jangkauan topik percakapan normal Anda.

4. Bicaralah dengan siapa pun yang mendekati Anda di jalan, entah mereka sedang memohon, mencoba menjual sesuatu, atau melakukan sebuah survei.

5. Jangan menerima panggilan telepon seluler saat Anda bersama seseorang, berkonsentrasi penuhlah untuk menemani dia.

Kepustakaan
1. Anneley, Mike, Loosening Habit's Grip, Towards a More Authentic You, Practical Mindfulness Book, Future Publishing Limited,  London, UK, July 2021, hlm. 42-43.
2. Diary Johan Japardi.
3. Berbagai sumber daring.

Jonggol, 14 September 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun