Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penularan Virus-Virus Pernafasan Melalui Udara

2 September 2021   17:22 Diperbarui: 2 September 2021   17:21 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterangan:
Aerosol:

- Jarak kurang atau lebih dari 1 meter.
- Bisa mengapung di udara selama berjam-jam.

Droplet:
- Bisa melakukan perjalanan sejauh kurang dari 1 meter.
- Jatuh ke tanah dalam waktu kurang dari 5 detik.
- Tidak bisa dihirup.

Aerosol bermuatan virus (< 100 mm) pertama kali dihasilkan oleh individu yang terinfeksi melalui aktivitas penghembusan nafas (ekspirasi), di mana aerosol dihembuskan dan diangkut ke lingkungan. Aerosol mungkin terhirup oleh inang potensial sehingga memulai infeksi baru, jika virusnya  tetap ditularkan. Berbeda dengan droplet (>100 mm), aerosol bisa  berlama-lama di udara selama berjam-jam dan bergerak lebih dari 1 hingga 2 m dari individu terinfeksi yang menghembuskannya, sehingga menyebabkan infeksi baru pada jarak dekat dan jauh.

Latar Belakang
Paparan terhadap droplet-droplet yang dihasilkan dalam batuk dan bersin dari para individu yang terinfeksi atau kontak dengan permukaan yang terkontaminasi droplet (fomite) telah secara luas dianggap sebagai cara penularan dominan untuk patogen-patogen pernapasan.

Penularan melalui udara secara tradisional didefinisikan sebagai keterlibatan inhalasi aerosol penginfeksi atau "nukleus-nukleus droplet" yang lebih kecil dari 5 mm dan terutama pada jarak > 1 hingga 2 m dari individu yang terinfeksi, dan penularan tersebut dianggap hanya relevan untuk "penyakit yang tak lazim."

Akan tetapi, ada bukti kuat yang mendukung penularan melalui udara dari banyak virus pernapasan, termasuk Virus Corona Sindrom Pernapasan Akut Parah (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus/SARS-CoV), Sindrom Pernapasan Timur Tengah (Middle East Respiratory Syndrome/MERS)-CoV, virus influenza, rhinovirus manusia, dan Virus Pernapasan Sinsisial (Respiratory Syncytial Virus/RSV).

Keterbatasan pandangan tradisional tentang penularan droplet, fomite, dan penularan melalui udara disadari selama pandemi COVID-19.

Penularan droplet dan fomite dari SARS-CoV-2 saja tidak bisa menjelaskan banyak kejadian yang menyebar supercepat dan perbedaan penularan di antara lingkungan dalam dan luar ruangan yang diamati selama pandemi COVID-19.

Kontroversi di seputar bagaimana COVID-19 ditularkan dan intervensi apa yang diperlukan untuk mengendalikan pandemi telah mengungkapkan sebuah kebutuhan kritis untuk lebih memahami jalur penularan virus pernapasan melalui udara, untuk mendapatkan strategi-strategi berdasarkan informasi yang lebih baik, yang memungkinkan untuk mengurangi penularan infeksi saluran pernapasan.

Kemajuan
Droplet-droplet dan aerosol-aerosol pernapasan bisa dihasilkan oleh berbagai aktivitas penghembusan nafas (ekspirasi). Kemajuan dalam teknik pengukuran aerosol, misalnya aerodinamika dan pemindaian ukuran partikel yang bergerak, telah menunjukkan bahwa kebanyakan aerosol yang dihembuskan berukuran < 5 mm, dan sebagian besar berukuran < 1 mm untuk kebanyakan aktivitas pernapasan, termasuk yang dihasilkan selama bernapas, berbicara, dan batuk.

Aerosol yang dihembuskan memiliki berbagai ukuran yang terkait dengan tempat dan tempat pembentukan dan mekanisme produksi yang berbeda dalam saluran pernapasan.

Walaupun ukuran 5 mm telah digunakan secara historis untuk membedakan aerosol dengan droplet, perbedaan ukuran antara aerosol dan droplet harus sebesar 100 mm, yang mewakili ukuran partikel terbesar yang bisa tetap tersuspensi di udara diam selama lebih dari 5 detik pada ketinggian 1,5 m, biasanya mencapai jarak 1 sampai 2 m dari pengemisi (tergantung pada kecepatan aliran udara yang membawa aerosol), dan bisa dihirup.

Aerosol yang dihasilkan oleh individu yang terinfeksi mungkin mengandung virus menular, dan penelitian telah menunjukkan bahwa virus terdapat lebih banyak dalam aerosol kecil (<5 mm).

Pengangkutan aerosol yang mengandung virus dipengaruhi oleh sifat fisikokimia aerosol itu sendiri dan faktor lingkungan, termasuk temperaratur, kelembaban relatif, radiasi ultraviolet, aliran udara, dan ventilasi.

Begitu terhirup, aerosol yang mengandung virus bisa terdeposit dalam berbagai bagian saluran pernapasan. Aerosol yang lebih besar cenderung terdeposit dalam saluran napas bagian atas, namun, aerosol yang lebih kecil, meskipun juga bisa disimpan di sana, bisa menembus jauh ke dalam daerah alveolar paru-paru.

Efek yang kuat dari ventilasi pada penularan, perbedaan nyata antara penularan dalam dan luar ruangan, penularan jarak jauh yang terdokumentasi dengan baik, penularan SARS-CoV-2 yang teramati meskipun menggunakan masker dan pelindung mata, frekuensi kejadian yang tinggi dari SARS-CoV-2 yang menyebar supercepat dalam ruangan, eksperimen hewan, dan simulasi aliran udara memberikan bukti kuat dan tegas mengenai penularan melalui udara.

Penularan fomite dari SARS-CoV-2 terbukti jauh kurang efisien, dan droplet hanya dominan ketika para individu berada dalam jarak 0,2 m satu sama lain ketika sedang berbicara.

Meskipun aerosol dan droplet bisa dihasilkan oleh para individu yang terinfeksi selama aktivitas ekspirasi, droplet jatuh dengan cepat ke tanah atau permukaan dalam hitungan detik, membuat aerosol menjadi lebih banyak dibanding droplet.

Jalur udara kemungkinan berkontribusi pada penyebaran virus pernapasan lain yang penularannya sebelumnya dicirikan sebagai tergerakkan oleh droplet.

Pada 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS telah secara resmi mengakui bahwa menghirup aerosol yang mengandung virus adalah cara penularan utama dalam penyebaran COVID-19, baik dalam jarak pendek maupun jarak jauh.

Pandangan
Penularan patogen melalui udara sangat kurang diperhatikan, terutama karena pemahaman yang tidak memadai tentang perilaku aerosol di udara dan setidaknya sebagian karena pengamatan yang keliru.

Mengingat kurangnya bukti untuk penularan droplet dan fomite dan semakin kuatnya bukti bahwa aerosol menularkan banyak virus pernapasan, kita harus mengakui bahwa penularan melalui udara jauh lebih umum daripada yang diakui sebelumnya.

Mengingat semua yang telah kita pelajari tentang infeksi SARS-CoV-2, jalur penularan aerosol perlu dievaluasi kembali untuk semua penyakit infeksi saluran pernapasan.

Tindakan pencegahan tambahan harus diimplementasikan untuk mengurangi penularan aerosol pada jarak pendek dan panjang, dengan perhatian khusus pada ventilasi, aliran udara, penyaringan udara, disinfeksi dengan UV, dan pemasangan masker.

Intervensi-intervensi ini merupakan adalah sarana-sarana penting untuk mengakhiri pandemi saat ini dan mencegah wabah di masa depan.

Kepustakaan
1. Chia, C. Wang, at. al., Airborne Transmission of Respiratory Viruses, Science, Vol. 373, Issue 6558, 27 August 2021, hlm. 981.
2. Diary Johan Japardi.
3. Berbagai sumber daring.

Jonggol, 2 September 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun