Dalam banyak sejarah medis, nama McWilliam menjadi satu-satunya yang dirujuk dalam analisis wabah ini. Namun, dalam catatan Jim Downs mengenai akar epidemiologi modern, Alves dan orang-orang seperti dia, para prajurit dan juga tukang cuci, petugas rumah sakit, budak, peziarah Muslim, dan lainnya, yang menjadi pusat perhatian.
"Banyak praktik epidemiologi modern yang sebagian dikembangkan dari pengamatan, pengobatan, dan pencegahan penyakit di antara populasi tawanan yang dihasilkan oleh kolonialisme, perbudakan, dan perang," tulis Downs.
Kata Seth: "Bagi kita yang waspada terhadap epidemi di masa depan, buku ini menarik perhatian kita pada hal-hal yang sering dilupakan oleh kepustakaan ilmu kedokteran."
Kajian formal epidemi setidaknya bisa ditelusuri sampai ke Hippocrates, dan dengan demikian, tanggal-tanggal yang membatasi kajian Downs, dari 1756, tahun yang menyebutkan tentang insiden penjara Lubang Hitam Calcutta, hingga 1866, tahun berakhirnya wabah besar kolera yang ketiga kalinya di Amerika Serikat, terasa agak sewenang-wenang.
Konon, sel penjara yang penuh sesak di dalam mana 123 dari 146 tentara Inggris tewas akibat cuaca panas India pada 1756 adalah contoh yang sangat baik dari jenis peristiwa yang memunculkan pengetahuan abad ke-18 tentang nilai ventilasi yang memadai.
Dalam bab 2, buku Downs beralih ke Malta pada 1830-an, di mana fakta bahwa para binatu sering tidak tertulari wabah setelah menangani linen kotor digunakan untuk membantah perlunya karantina.
Bab tengah yang substansial mencontohkan kasus untuk melihat Florence Nightingale sebagai "ahli epidemiologi yang tidak dikenal."
Selama ini, karena kontribusi Nightingale secara statistik medis dikenal baik oleh para sejarawan, klaim ini tampaknya dimaksudkan untuk mengoreksi kesalahpahaman populer alih-alih kesalahpahaman para cendekiawan.
Pengaruh Nightingale dan para pereformasi sanitarian lainnya bisa dilihat dengan jelas dalam pendirian Komisi Sanitari Amerika Serikat (United States Sanitary Commission).
Bab Downs tentang komisi itu menekankan logika rasialis yang dibawa oleh kelompok itu ke pekerjaan epidemiologisnya, dengan penegasan yang gigih pada perbedaan kerentanan dan imunitas terhadap penyakit di antara pasukan berkulit putih dan pasukan berkulit hitam.
Agak aneh, ini kontras dengan sikap Inggris, yang digambarkan lebih peduli dengan penyebab lingkungan ketimbang perbedaan ras.