Dalam artikel saya sebelum ini, kita telah meninjau dampak berbagai faktor terhadap krisis populasi yang bahkan dikhawatirkan akan menyebabkan kepunahan umat manusia, antara lain krisis kesuburan: Apakah Dunia Benar-Benar Sedang Menghadapi Krisis Kesuburan? Sekarang mari kita lihat mengenai pengobatan penyakit ketidaksuburan (infertilitas) dari perspektif Kate O'Neill.
Kate O'Neill adalah seorang ahli bedah (attending surgeon) dengan spesialisasi dalam bidang endokrinologi reproduktif dan infertilitas di Universitas Pennsylvania, AS. O'Neill juga menjabat sebagai asisten profesor kebidanan dan kandungan dan merupakan peneliti utama dari uji Transplantasi Rahim untuk Infertilitas Faktor Rahim (Uterus Transplant for Uterine Factor Infertility/UNTIL). O'Neill bisa dihubungi di Twitter @KateONeill_MD.
Sudah terlalu lama, ketidakmampuan fisiologis untuk hamil atau sampai dengan melahirkan anak telah dianggap sebagai masalah medis kecil.
Sebagai seorang spesialis kedokteran reproduktif di AS, O'Neill sering menemukan bahwa diskusi dengan para pasien tentang biaya dan cakupan perawatan fertilitas adalah diskusi yang mengecilkan hati.
Meskipun infertilitas menjadi penyakit yang sangat umum dan menyebabkan kehancuran, perawatan yang sangat efektif yang telah dikembangkan agar memungkinkan para individu dan pasangan yang tidak subur memiliki anak seringkali sangat mahal dan oleh karena itu berada di luar jangkauan mereka.
Hal ini membuat O'Neill bertanya-tanya: Mengapa biaya perawatan untuk beberapa penyakit ditanggung oleh asuransi sedangkan yang lain tidak? Alih-alih mengkritik para pembayar yang menggolongkan infertilitas ke dalam "tak tercakup asuransi," O'Neill memilih untuk penasaran. Mengapa ada diskoneksi seperti ini?
Infertilitas jelas merupakan sebuah disrupsi pada fungsi normal tubuh yang mengakibatkan bahaya atau morbiditas. Namun terlepas dari fakta yang jelas ini, Asosiasi Medis Amerika (American Medical Association) membutuhkan lebih dari 8 tahun untuk bergabung dengan Organisasi Kesehatan Dunia dalam mendefinisikan infertilitas sebagai penyakit.
Hal ini mungkin tampak sebagai poin yang jelas atau tidak penting, tetapi deklarasi ini memiliki pengaruh besar pada bagaimana masyarakat memandang infertilitas dan mengirimkan pesan yang jelas bahwa infertilitas bukan hanya merupakan sebuah ketidaknyamanan, namun juga sebuah kondisi medis.
Menyebutkan infertilitas sebagai penyakit secara resmi merupakan langkah yang diperlukan, tetapi sayangnya bukan langkah yang cukup untuk memastikan cakupan perawatan fertilitas pemerintah dan swasta. Bahkan komunitas medis sering memandang infertilitas secara berbeda dengan penyakit lain. Mengapa?
Infertilitas bisa diperlakukan secara berbeda karena dianggap langka, namun, data sangat bertentangan dengan ini. 1 dari 8 pasangan di AS mengalami kesulitan hamil, dan diperkirakan bahwa lebih dari 100 juta orang menderita infertilitas di seluruh dunia.