Lebih membuka hati mata
Ada badak** sekitar kita
Jangan sampai terpengaruh olehnya
Badak bukan sekadar bebal
Tapi malah semakin lali
Tak lagi mengindahkan moral
Menipu demi ambisi diri
Tujuan serta-merta menghalalkan cara
Jadi lupa semuanya berkadaluarsa
Pada akhirnya penistaan diri
Sampai rasa malu kembali
Korbanmu makin bertebaran dimana-mana
Orang polos, orang takjeli
Kepuasan apa kau terima
Tipu sana tipu sini
Literasi yang seharusnya suci
Telah kau cemari sana-sini
Balasan tak kau peduli
Dan kau terus tipani***
Dunia literasi Indonesia ini
Akan sampai kapan dikontaminasi
Oleh tipuan orang tan-akhlak
Yang matanya tertutupi celak
Sungguh kasihan kanak-kanak negeri
Akan banyak yang terviktimisasi
Oleh yang demi citradiri
Labrak sana langgar sini
Tujuanmu yang menghalalkan cara
Bahkan membuat seorang Machiavelli
Angkat topi sesal semata
Merasa ngeri-kalah-geli
Sepandai-pandai seekor tupai melompat
Akhirnya akan jatuh juga
Mau atau tidak bertobat
Adalah pilihan dirimu semata
Sesalmu datang kemudian hari
Tapi tipuanmu akan selalu baka adanya
Sabegja-begjane: kang lali
Luwih begja kang e:ling lan waspada.
Catatan:
*Diilhami: karya Eyanganda R.Ng. Rangga Warsita, Serat Kalatidhaa (Zaman E:dan) https://www.dewisundari.com/mengenal-rangga-warsita-pujangga-besar-terakhir-tanah-jawa
**Maaf Dak, di sini saya terpaksa menggunakan analogi dari karakteristik Anda yang berkulit tebal sekaligus bebal, hanya sekadar analogi, bukan untuk menghina. Justru yang Dak presentasikan itulah yang lebih hina.
***tipani, sama dengan bait sebelumnya, tipu sana tipu sini.
Agar tidak repot mengedit ulang, e taling saya tulis dengan e:, contoh: badak sing edan (e taling) menjadi badak sing e:dan.
E:dan dalam serat Kalatidha tak see:dan e:dan artikel ini, e:dan digital.
Jonggol, 27 Agustus 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H