Pandangan ini menggantikan sebuah gagasan lama, bahwa virus memicu reaksi autoimun ketika protein virus secara molukuler terlihat sangat mirip dengan antigen-diri, yang menyebabkan sel-sel imun menjadi bingung karena kemiripan itu dan menyerang diri sendiri.
Dukungan untuk gagasan ini, yang disebut peniruan (mimikri) viral, mulai runtuh ketika para peneliti mengumpulkan bukti bahwa kemiripan molekuler semacam itu cukup umum tetapi sangat jarang menyebabkan penyakit.
Ada sejumlah molekul dalam tubuh manusia dan agen penginfeksi yang terlihat mirip satu sama lain, dan molekul-molekul itu disebut reaktif silang. Reaktivitas silang sangat melimpah dan bisa ditemukan di mana-mana. Jika reaktivitas silang menyebabkan penyakit, kita harus melihat penyakit pada tingkat yang lebih tinggi. Reaktivitas silang itu sendiri bukan jawabannya.
Dengan demikian, gagasan tersebut telah diberlakukan, bahwa virus membunuh beberapa sel target dan menimbulkan inflamasi, dan di tengah-tengah semua ini, beberapa sel imun disensitisasi terhadap protein sel-sel yang sekarat.
Peningkatan Jumlah Kasus Penyakit Autoimun
Iritan lain dari luar tubuh, misalnya obat-obatan dan bahan-bahan kimia lainnya, bisa menimbulkan kondisi inflamasi dan memberikan lebih banyak kesempatan untuk bertemu dengan penjaga sistem imun yang salah.
Beberapa ilmuwan berpikir pertemuan dengan zat-zat tersebut bisa menjelaskan lonjakan frekuensi penyakit autoimun selama beberapa dekade terakhir.
Kepustakaan
1. Sutherland, Stephani, How Autoimmunity Starts, Scientific American, September 2021, hlm. 34-40.
2. Diary Johan Japardi.
3. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 26 Agustus 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H