Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pendapatan Minimum yang Dikelola secara Maksimum: Sebuah Pembelajaran Hidup

21 Agustus 2021   15:32 Diperbarui: 21 Agustus 2021   15:35 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rizki dan Afifah dengan barang dagangannya, kembang api dan layangan.

Dalam artikel: Pro dan Kontra WFH, saya menyinggung tentang murid saya, Rizki, yang karena beberapa alasan melakukan WFH dengan memindahkan barang dagangannya dari lapak sewaan ke rumah.

Sebagai anak seorang pedagang musiman, ada musimnya ayah Rizki menjual kembang api, dan sekarang ini penjualan kembang api menurun. Ayah Rizki mengatasi situasi ini dengan memvariasikan atau mendiversifikasi barang dagangannya, dengan tetap berjualan kembang api, tetapi ditambah dengan layangan.

Lika-liku penjualan kembang api telah saya uraikan dalam artikel: Pedagang Kembang Api Musiman.

Sekarang mari kita lihat bagaimana ayah Rizki mengelola secara maksimum pendapatannya yang minimum.

Origami. Dokpri.
Origami. Dokpri.

Anjing, topi samurai, dan tempat tidur bayi origami.

Tadi pagi, sehabis sarapan, saya menyempatkan diri untuk mengajari Rizki dan adik perempuannya, Afifah, bagaimana melipat kertas origami menjadi 3 bentuk: anjing, dari 3 lembar kertas, dan topi samurai dan tempat tidur bayi masing-masing dari 1 lembar kertas.
Tentang cara melipat tempat tidur bayi, lihat artikel saya: Mainan Edukasi: Origami, Tempat Tidur Bayi.

Sebelum melipat kertas, saya sempat mewawancarai ibu Rizki bagaimana mereka mengelola pendapatan yang dia katakan minimum dalam rangka untuk tetap survive di tengah pandemi.

Dengan menurunnya penjualan kembang api, diversifikasi barang dagangan dengan layangan bisa meningkatkan pendapatan, dengan nominal yang bervariasi tergantung cuaca, jumlah pembeli dan hari penjualan.

Layangan yang dijual sangat bervariasi, mulai dari layangan dengan bahan dari plastik seharga Rp. 1.500, sampai dengan yang berbahan kertas minyak atau kertas perkamen seharga Rp. 2.000, Rp. 2.500, Rp. 3.000, Rp. 5.000, dan Rp. 6.000.

Bisa dilihat dengan jelas, bahwa keuntungan yang diperoleh dari penjualan tiap layangan adalah dalam bilangan ratusan Rupiah.

Pendapatan tambahan yang lebih besar diperoleh dari penjualan layangan kain yang harganya bervariasi mulai Rp. 45.000 sampai dengan Rp. 100.000, tergantung ukurannya. Di antara layangan kain itu ada yang benangnya dijual terpisah, yang berarti penambahan keuntungan juga.

Namun, tingkat ketidakpastian lakunya layangan kain ini lebih tinggi karena harganya yang mahal, kadang-kadang beberapa hari 1 layangan pun tidak dibeli orang, kadang-kadang hanya satu layangan, dan sehari sebelum 17 Agustus kemarin, ada 3 layangan kain yang laku, yang kata bu Rizki lumayan buat menutupi biaya PDAM bulan ini.

Pengelolaan maksimum yang dimaksudkan dalam judul artikel ini tentunya sudah bisa kita duga, antara lain:
1. Mengutamakan pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari.

2. Membuat sebuah pos tabungan untuk membayar uang kontrakan rumah ketika jatuh tempo.

3. Membuat sebuah pos tabungan lain untuk biaya-biaya pendidikan, walau ini kadang-kadang tertunda dan perlu meminta perpanjangan waktu ke sekolah Rizki yang sekarang sudah di SMP kelas 1 dan Afifah yang baru masuk TK A.

4. Ketika pendapatan harian sedang bagus-bagusnya, satu Rupiah tetap dipandang sebagai satu Rupiah agar terhindar dari keborosan.

5. Kebutuhan lain-lain dipenuhi berdasarkan situasi keuangan, yang hanya dilakukan jika ada uang ekstra hasil menjual kembang api dan layangan.

6. Pak Rizki sekarang juga melakukan pekerjaan sampingan menjadi penarik ojek online sebgai upaya untuk sedikit meningkatkan pendapatan di tengah situasi yang penuh ketidakpastian ini.

Pengalaman membuat seseorang untuk beradaptasi, yang pada gilirannya menjadi sebuah kebiasaan hidup yang penuh keprihatinan, namun orang tersebut harus tetap bertahan, pantang menyerah, sampai situasi memasuki sebuah new normal, atau, syukur-syukur normal seperti sebelum pandemi merebak.

Dalam hal ini, memasak sendiri di rumah alih-alih makan di luar, merupakan sebuah alternatif yang bisa sangat mengirit pengeluaran dari pendapatan minimum, yang mau tidak mau harus dikelola secara maksimum itu.

Itulah pembelajaran hidup yang saya dapatkan dari keluarga ayah Rizki.

Catatan:
Di sela-sela rutinitas harian saya, saya mengajari Rizki dan beberapa anak lain bermain harmonika, matematika, dan sains. Tampaknya prestasi mereka di sekolah meningkat dengan melakukan pembelajaran tambahan ekstra-sekolah bersama saya.

Jonggol, 21 Agustus 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun