Pada masa Newton dan Huygens, teknik pengukuran yang akurat sangat tidak sempurna, karena mekanika yang lebih akurat baru saja muncul, tapi belum menyeluruh.
Para ilmuwan pada masa itu tidak tahu, dan hampir tidak menyangka bahwa panjang gelombang cahaya itu sangat kecil. Jika mereka tahu, mereka akan menyadari betapa besarnya kecepatan cahaya, dan semakin tinggi kecepatan rambat gelombang, semakin panjang pula gelombangnya. Mungkin, karena fakta inilah mereka mengira bahwa gelombang cahaya itu, kalau pun ada, sangat panjang.
Selanjutnya, ketika para ilmuwan berhasil melakukan pengukuran, ternyata hasilnya luar biasa. Ditemukan bahwa gelombang terpendek yang masih bisa dilihat oleh mata manusia (gelombang cahaya ungu) adalah 0,00038 milimeter atau 380 milimikron, dan gelombang terpanjang (gelombang cahaya merah) 0,00078 milimeter atau 780 milimikron.
Jika pada masa itu sudah ada rumus panjang gelombang (lambda) = kecepatan dibagi dengan frekuensi, maka rumus itu akan memberikan hasil yang mengejutkan bagi para pengikut Huygens.
Frekuensi cahaya ungu sekitar 800 x 10^12 vibrasi per detik (Hertz), dan frekuensi cahaya merah 387 x 10^12 Hertz!
Kebangkitan kembali teori gelombang adalah berkat eksperimen banyak fisikawan, terutama ilmuwan Prancis Augustin Jean Fresnel (1788-1827) dan ilmuwan Inggris Thomas Young (1773-1829) yang melakukan penelitian yang sangat penting tentang fenomena interferensi dan difraksi cahaya dan menjelaskannya.
Karya merekalah yang mengubah hipotesis Huygens dari dugaan ilmiah yang berani tetapi tidak diverifikasi secara eksperimental menjadi teori tegas yang didukung oleh fakta-fakta yang tepat.
Pada gilirannya teori gelombang cahaya memungkinkan untuk mengungkapkan dan menjelaskan banyak fakta saintifik baru.
Bersambung ke: Teknologi Berbasis Elektromagnetika.
Dipersembahkan untuk: Bapak R. Banjarnahor, guru Fisika saya di kelas 3 SMA Negeri Tanjungbalai Asahan.