Dalam bahasa Indonesia, yang membingungkan para pengguna bahasa Inggris adalah pembentukan kata benda jamak dengan menggunakan pengulangan kata dasarnya.
Jika dalam bahasa Inggris, bentuk jamak dari kata benda tunggal yang bisa dihitung (non-count noun atau countable noun), misalnya "book" ("buku") cukup ditambahi "s" menjadi "books" (buku-buku).
Jadi, dalam bahasa Indonesia kita sudah lazim dengan kata benda jamak seperti: orang-orang, hewan-hewan, sekolah-sekolah, dll. Untuk bentuk jamak dari orang, kita memiliki alternatif, alih-alih mengulang kata dasarnya, kita menggunakan kata "para," misalnya "para cendekiawan."
Secara umum, alih-alih mengulang kata dasar, kita juga bisa menggunakan "bilangan di atas 1," "beberapa," atau "banyak": 3 orang, beberapa orang, banyak orang.
Yang saya temukan menggelikan atau malah konyol adalah ketidaksensitifan orang-orang tertentu, dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, mengucapkan misalnya "beberapa orang-orang."
Hasil pengamatan saya juga menunjukkan pencampuradukan tunggal dengan jamak sehingga penggunaannya terbalik-balik, yang satu mengambil alih fungsi yang satu lagi (lebih umum adalah jamak menggantikan tunggal). Itulah dinamika bahasa pemersatu kita yang unik.
Masalah yang ditimbulkan oleh pembentukan kata benda jamak ini dalam bahasa Indonesia adalah bahwa kata-kata serapan dari bahasa asing bukan hanya dari bahasa Inggris, tetapi juga dari bahasa-bahasa asing lainnya dengan kaidah pembentukan kata benda jamak yang sama sekali berbeda.
Saya berikan beberapa contoh yang sebisa mungkin saya susun dari kata-kata yang tercatat dalam diary saya.
Roh
Roh atau ruh berasal dari kata Arab ruuh, yang bermakna unsur non-materi yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya kehidupan.
Bentuk jamak dari roh adalah arwah, jadi kita punya pilihan untuk menjamakkannya menjadi roh-roh atau arwah.