Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meng-Unzip Puisi "Kidung Asmara" Ali Musri Syam yang Sarat Sains

16 Agustus 2021   02:45 Diperbarui: 16 Agustus 2021   03:33 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gempa di Jepang. Sumber: https://www.jrailpass.com/blog/earthquakes-in-japan

Konsekuensinya, meningkatlah ketersiratan makna rasa. Saya pernah membaca puisi Bambang Syairuddin yang hanya berkonten persis 20 kata, ya, 20 kata! Di sini saya melihat adanya kemiripan selembar puisi dengan selembar foto, berjuta maknanya.

Eit, apa macam? (Meniru gaya bicara seorang teman Tamil saya), yang unik adalah (kita mulai masuk ke pokok bahasan), atas komentar saya mengenai puisinya di atas, pak Ali Musri Syam:
1. Menanggapi dengan mengatakan tidak paham dengan fisika.

2. Meminta saya mengkaji puisi-puisinya dari sudut pandang fisika (ini jelas karena pak Ali melihat bahwa belakangan ini saya menayangkan artikel-artikel Fisika untuk Hiburan dari berbagai topik bahasan).

Pak Ali, yang bisa saya janjikan adalah jangan "puisi-puisi" dulu pak, 1 per 1 puisi saja ya? Dimulai dengan puisi yang 1 ini dulu, yang kontennya memang terbaca, dengan derajat apresiasi saya, adalah bukan hanya konsep fisika, tetapi juga....... kimia dan biologi!

Puisi ini mendatangkan pencerahan bagi saya:
1. Bahwa disadari atau tidak, pak Ali telah menuliskan banyak konsep fisika dalam sebuah puisi 4 bait, sedangkan yang saya tulis dalam setiap artikel Fisika untuk Hiburan paling-paling hanya 1 atau 2 konsep yang berkelindanan.

2. Pak Ali telah membuat stenografi berbagai konsep saintifik dengan metode "tanpa rumus" seperti dalam artikel-artikel saya, tapi jauh lebih singkat dan itulah "masalah" bagi saya, bagaimana mengekspansi atau memelarkan kembali apa yang sudah dikemas oleh pak Ali dengan kompresi atau penciutan yang bahkan mengalahkan 7Zip atau Winzip dsb.

Bagi pembaca yang tergelitik untuk mengecek tingkat kompresi relatif antara puisi pak Ali dengan artikel ini, hitung saja rasionya hahaha.

Itulah alasan saya, kalau hendak memaknai (baca: unzip) "file zip" puisi, saya harus meluangkan waktu untuk bisa benar-benar menggunakan algoritma yang seakurat-akuratnya, atau mendingan jangan saya baca dulu jika hal ini tidak bisa saya pastikan.

Dekompresi Kidung Asmara kita mulai.

/1/
Sebelum gempa terjadi, getaran bumi menjadi penanda
Setiap kapal berlayar, getaran mengitari sekelilingnya
Setiap udara berhembus, alam bergetar meresapi maknanya
Seperti itulah diriku, kekasih
Setiap bersua denganmu, betapa jantungku bergetar hebat tiap detik

/2/
Perihal udara, setiap yang hidup membutuhkan
Manusia, hewan, tumbuhan; tanpanya, tak mampu melanjutkan kehidupan
Setiap yang bernyawa memastikan ketersediaan
Kekasih, begitulah dirimu
Adalah udara bagi tiap hela nafasku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun