Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Fisika untuk Hiburan 80: Efek Fotolistrik (Bagian I)

14 Agustus 2021   03:40 Diperbarui: 14 Agustus 2021   04:08 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekperimen dengan efek fotolistrik. Sumber: buku The Nine Colours of Rainbow, hlm. 75.

Artikel kali saya buat agak berbeda. Walaupun sumber kepustakaan yang saya gunakan lebih banyak, dan judul ini tidak dibahas dalam buku Fisika untuk Hiburan, namun dengan mempertimbangkan uraiannya yang santai bak sebuah cerpen, maka saya menyisipkan judul Fisika untuk Hiburan ke judul tersebut.

Artikel ini menyajikan sebuah topik yang sangat keren, yaitu Efek Fotolistrik, serta ilmuwan-ilmuwan yang sangat mengagumkan, dan penjelasan tentang dominasi Barat terhadap klaim-klaim penemuan penting dengan menjegal pihak-pihak tertentu, yang pernah saya singgung dalam artikel saya: Penemu Hukum Kekekalan Massa: Lavoiser atau Lomonosov?

Jadi tujuan penyajian dari artikel terkait sains umumnya dan fisika khususnya ini juga berisi penyajian sejarah penemuan secara ex veritate (berdasarkan kebenaran).

Dalam koleksi di perpustakaan pribadi saya, saya memiliki sebuah buku langka yang sangat berharga, karya Linus Pauling, Edisi Mahasiswa Internasional, yang diterbitkan pada 1935 atas kerjasama antara Kogakusha Co., Ltd., Tokyo, Jepang dengan McGraw-Hill Book Company, Inc., New York, AS (sekarang McGraw-Hill Kogakusha Ltd.). Judul buku itu adalah Introduction to Quantum Mechanics with Applications to Chemistry (Pengantar ke Mekanika Kuantum dengan Aplikasi pada Kimia).

Catatan:
Linus Carl Pauling (1901-1994) adalah seorang ahli kimia, biokimia, insinyur kimia, aktivis perdamaian, penulis, dan pendidik Amerika. Pauling menerbitkan lebih dari 1.200 makalah dan buku, di mana sekitar 850 di antaranya membahas topik-topik ilmiah. New Scientist menyebutnya sebagai salah seorang dari 20 ilmuwan terbesar sepanjang masa, dan pada 2000, Pauling dinilai sebagai ilmuwan terpenting ke-16 dalam sejarah. Untuk karya ilmiahnya, Pauling dianugerahi Hadiah Nobel Kimia pada 1954. Untuk aktivisme perdamaiannya, dia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 1962.

Pauling adalah 1 dari 4 orang yang telah memenangkan lebih dari 1 Hadiah Nobel (yang lainnya adalah Marie Curie, John Bardeen dan Frederick Sanger). Dari jumlah tersebut, dia adalah satu-satunya orang yang telah dianugerahi dua Hadiah Nobel yang tidak dibagikan, dan 1 dari 2 orang yang dianugerahi Hadiah Nobel di bidang yang berbeda, yang lainnya adalah Marie Curie.

Dalam buku Pauling tersebut terdapat sebuah pernyataan yang sangat menarik tentang Efek Foto Listrik sebagai berikut:
Pada awalnya, perkembangan teori kuantum itu lambat. Baru pada 1905 Einstein menyarankan bahwa kuantitas energi radiasi hv dikirimkan dalam proses emisi cahaya bukan ke segala arah melainkan searah (unidirectional), seperti sebuah partikel. Nama kuantum cahaya atau foton diterapkan pada porsi energi radiasi seperti itu. Einstein juga membahas efek fotolistrik, proses dasar fotokimia, dan kapasitas panas benda padat terkait teori kuantum.  

Saya meminta pembaca sekalian untuk fokus ke frasa efek fotolistrik. Di sini terdapat kata "juga" yang harus dimaknai sebagai "Einstein bukan satu-satunya ilmuwan yang membahas tentang efek fotolistrik, bahkan bukan yang pertama."

Lalu siapa peneliti efek fotolistrik yang lebih awal? Mari kita telusuri semuanya.

Heinrich Rudolf Hertz (1857-1894) adalah seorang fisikawan Jerman yang pertama kali secara meyakinkan membuktikan keberadaan gelombang elektromagnetik yang diprediksi dengan oleh persamaan James Clerk Maxwell dari elektromagnetisme. Satuan frekuensi, siklus per detik, dinamakan "Hertz" untuk menghormati Hertz.

Ketika sedang melakukan sebuah eksperimen, Hertz secara kebetulan mengamati bahwa percikan api yang terjadi di antara elektroda-elektroda osilator berperilaku aneh, dan tampaknya dipengaruhi oleh cahaya.

Ketika Hertz menyinari elektroda-elektroda osilator itu dengan cahaya yang kuat, percikan api muncul lebih sering.

Segera setelah sumber cahaya disingkiran, frekuensi terjadinya percikan api segera berkurang. Fenomena ini aneh dan tidak bisa dijelaskan, namun Hertz ternyata tidak terlalu mementingkannya. Ini bukan hanya sangat mengejutkan, yang teramati oleh Hertz di hadapannya juga sama sekali di luar rencana eksperimen semula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun