Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Berapa Banyakkah Warna Pelangi?

11 Agustus 2021   20:35 Diperbarui: 11 Agustus 2021   21:07 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelangi rangkap dua. Sumber: https://qastack.id

Dalam artikel sebelumnya, Spektrum Warna dari Cahaya Putih, kita telah melihat bahwa Newton melakukan sampai dengan 33 eksperimen untuk mengetahui sifat optik cahaya matahari.

Newton mendispersikan cahaya matahari dengan menggunakan prisma kaca dan mendapatkan spektrum atau pita dari sinar-sinar beraneka warna.

Di alam, dispersi cahaya matahari terjadi ketika turun hujan dan air dalam rintik hujan itulah yang bekerja sebagai prisma. Spektrum yang dihasilkan kita kenal sebagai pelangi.

Saat kita melihat rintik hujan, yang bentuknya hampir bulat, cahaya matahari masuk ke dalamnya dan dibiaskan. Karena air secara optik lebih rapat daripada udara, maka saat memasuki tetesan hujan itu, sinar dari cahaya "menekan lebih dekat" ke sudut tegak lurus terhadap titik datang.

Sinar kemudian lewat dan keluar ke sisi yang berlawanan dari tetesan, tetapi tidak semua sinar keluar dengan cara itu. Beberapa sinar dipantulkan kembali dan muncul di tempat dekat titik masuknya.

Karena alasan tertentu, sebagian besar sinar cahaya dengan sudut 138° (42°) terhadap arah sinar-sinar cahaya matahari. Ini adalah cahaya yang terlihat oleh pengamat jika dia kebetulan berada di titik di mana sinar-sinar ini datang.

Catatan:
Untuk definisi cahaya dan sinar, lihat artikel saya: Spektrum Warna dari Cahaya Putih.

Lalu mengapa pelangi itu berbentuk sebuah busur dan bukan lingkaran? Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa mata pengamat menangkap cahaya hanya dari tetesan-tetesan itu, yang arahnya bertepatan dengan jalur kembalinya sinar-sinar cahaya yang keluar dari tetesan, yaitu pada sudut 42° terhadap arah datangnya sinar-sinar dari matahari.

Semua titik ruang, dalam hal ini tetesan hujan, yang terlihat oleh pengamat pada sudut yang sama harus terletak pada keliling sebuah lingkaran. Dengan kata lain, tempat kedudukan titik-titik yang terlihat pada sudut tertentu adalah lingkaran. Ketika kita mengamati pelangi, kita melihat dengan tepat bagian dari lingkaran, bukan keseluruhan lingkaran.

Mengapa pelangi berwarna-warni? Untuk menjawab pertanyaan ini kita hanya perlu mengingat hukum yang ditetapkan oleh Newton: "Cahaya matahari terdiri dari sinar-sinar dengan pengaturan ulang yang berbeda" dan "sinar-sinar dengan warna yang berbeda juga memiliki pengaturan ulang yang berbeda."

Oleh karena itu, nilai sudut 138° dan 42° hanya berlaku untuk salah satu warna dan berbeda untuk semua warna lainnya.
Tentu saja, perbedaannya tidak terlalu besar, karena pengaturan ulang sinar-sinar yang beraneka warna tidak terlalu berbeda, tetapi perbedaan itu cukup besar untuk menjadikan aneka warna pelangi.

Seringkali kita melihat dua pelangi secara bersamaan, satu di atas yang lain, dan yang di atas menjadi jauh lebih kusam dan lebih lebar. Ini terjadi ketika cahaya dipantulkan 2 kali di dalam tetesan, bukan 1 kali, sebelum kembali ke udara.

Cahaya yang muncul setelah 2 pemantulan itu lebih lemah, karena pada pemantulan kedua, seperti pada pemantulan pertama, bagian dari cahaya tidak dipantulkan kembali, tetapi diteruskan keluar dari tetesan. Itu sebabnya busur atas lebih lemah.
Cahaya dari busur atas mendatangi pengamat dengan sudut 129° (51°) terhadap sinar-sinar matahari. Ukuran sudut rata-rata pelangi lengkap adalah 102°, sedangkan busur bawah adalah 84°.

Jalur sinar-sinar melalui rintik hujan. Sumber: buku The Nine Colours of Rainbow, hlm. 18.
Jalur sinar-sinar melalui rintik hujan. Sumber: buku The Nine Colours of Rainbow, hlm. 18.
Jalur sinar-sinar melalui rintik hujan. Pada tetesan bawah cahaya dipantulkan hanya sekali dan kemudian lewat keluar. Pada tetesan atas, cahaya dipantulkan 2 kali sebelum meninggalkan tetesan.

Sekarang, inilah tes bagi kekuatan pengamatan Anda. Coba ingat kembali urutan warna di bagian bawah dan atas. Mulailah dari bagian bawah yang lebih rendah. Tidak banyak yang bisa menjawab dengan benar.

Urutan warna pelangi bawah adalah: ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, merah.

Kemudian muncul pita di mana mata tidak bisa membedakan warna apa pun, kadang-kadang bahkan tampak sedikit lebih gelap daripada bagian langit lainnya yang membentuk latar belakang pelangi.

Pita ini diikuti oleh busur atas, dan di sini, urutan warnanya terbalik, dari merah ke ungu.

Ungu pelangi, terutama pelangi atas, memiliki nuansa merah muda dan berbeda dengan ungu yang dihasilkan oleh sebuah prisma dalam sebuah ruangan besar. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa cahaya putih matahari yang belum ditumpangtindihkan di atasnya, sehingga menghasilkan rona ungu yang lebih pucat dan memberikan muansa kemerahan.

Perhatikan:
Pelangi sebenarnya berbentuk sebuah lingkaran penuh, bukan sebuah busur.

Posisi relatif pengamat, matahari, dan pelangi. Sumber: buku The Nine Colours of Rainbow, hlm. 19.
Posisi relatif pengamat, matahari, dan pelangi. Sumber: buku The Nine Colours of Rainbow, hlm. 19.

Tentu saja, di darat, kita tidak pernah melihat seluruhnya. Yang terbaik (saat matahari terbit atau terbenam) adalah hanya bagian bawahnya, 42° di bawah cakrawala, tetapi jika hujan berasal dari awan setinggi 5 atau 6 kilometer, lingkaran pelangi lengkap bisa dilihat dari puncak gunung yang tingginya sekitar 2,5 atau 3 kilometer, atau dari kabin pesawat udara.

Kepustakaan:
1. Steinhaus, A., The Nine Colours of Rainbow,  Sobolfy, D. (Transl.), MIR Publishers, Moskow, 1966.
2. Diary Johan Japardi.
3. Berbagai sumber daring.

Jonggol, 11 Agustus 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun