Seringkali kita melihat dua pelangi secara bersamaan, satu di atas yang lain, dan yang di atas menjadi jauh lebih kusam dan lebih lebar. Ini terjadi ketika cahaya dipantulkan 2 kali di dalam tetesan, bukan 1 kali, sebelum kembali ke udara.
Cahaya yang muncul setelah 2 pemantulan itu lebih lemah, karena pada pemantulan kedua, seperti pada pemantulan pertama, bagian dari cahaya tidak dipantulkan kembali, tetapi diteruskan keluar dari tetesan. Itu sebabnya busur atas lebih lemah.
Cahaya dari busur atas mendatangi pengamat dengan sudut 129° (51°) terhadap sinar-sinar matahari. Ukuran sudut rata-rata pelangi lengkap adalah 102°, sedangkan busur bawah adalah 84°.
Sekarang, inilah tes bagi kekuatan pengamatan Anda. Coba ingat kembali urutan warna di bagian bawah dan atas. Mulailah dari bagian bawah yang lebih rendah. Tidak banyak yang bisa menjawab dengan benar.
Urutan warna pelangi bawah adalah: ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, merah.
Kemudian muncul pita di mana mata tidak bisa membedakan warna apa pun, kadang-kadang bahkan tampak sedikit lebih gelap daripada bagian langit lainnya yang membentuk latar belakang pelangi.
Pita ini diikuti oleh busur atas, dan di sini, urutan warnanya terbalik, dari merah ke ungu.
Ungu pelangi, terutama pelangi atas, memiliki nuansa merah muda dan berbeda dengan ungu yang dihasilkan oleh sebuah prisma dalam sebuah ruangan besar. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa cahaya putih matahari yang belum ditumpangtindihkan di atasnya, sehingga menghasilkan rona ungu yang lebih pucat dan memberikan muansa kemerahan.
Perhatikan:
Pelangi sebenarnya berbentuk sebuah lingkaran penuh, bukan sebuah busur.
Tentu saja, di darat, kita tidak pernah melihat seluruhnya. Yang terbaik (saat matahari terbit atau terbenam) adalah hanya bagian bawahnya, 42° di bawah cakrawala, tetapi jika hujan berasal dari awan setinggi 5 atau 6 kilometer, lingkaran pelangi lengkap bisa dilihat dari puncak gunung yang tingginya sekitar 2,5 atau 3 kilometer, atau dari kabin pesawat udara.
Kepustakaan:
1. Steinhaus, A., The Nine Colours of Rainbow, Â Sobolfy, D. (Transl.), MIR Publishers, Moskow, 1966.
2. Diary Johan Japardi.
3. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 11 Agustus 2021