Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kaca dan Lensa

11 Agustus 2021   17:13 Diperbarui: 11 Agustus 2021   17:23 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aneka lensa. Sumber: http://sc04.alicdn.com/kf/H2c391e3b3907430d93916a3d03c2f58cM.jpg

Namun, berkat potongan kaca, yang dibuat transparan dan dibentuk dengan tepat oleh tangan terampil para pengasah kaca, yang ditakdirkan untuk menghidupkan ilmu ini, yakni ilmu cahaya, atau optika sebagaimana para ilmuwan menyebutnya.

Kelihatannya aneh pada pandangan pertama, tetapi penemuan terbesar dalam optika berasal dari masa ketika ilmu ini baru saja dikembangkan, yang mengacu pada penemuan
teleskop dan mikroskop.

Teleskop dan mikroskop pertama dibuat di Belanda pada awal 1600-an. Pada saat itu banyak toko optik bermunculan di negara itu, yang dikelola oleh para pengasah kaca dan ahli permata kelas satu. Sebuah legenda mengatakan bahwa teleskop ditemukan di salah sebuah toko optik di Belanda itu.

Namun, bukan ahli kacamata atau ilmuwan yang menciptakan teleskop, tetapi seorang anak yang diizinkan bermain dengan lensa. Dia secara tidak sengaja mengambil 2 lensa dan melihat 1 lensa melalui lensa yang lain. Alangkah heran dan takjubnya anak itu ketika melihat semua orang dewasa di sekitarnya. Benda-benda yang jauh tampak sangat dekat, seolah-olah jaraknya hanya beberapa langkah!

Memang, pada saat itu pasti tampak benar-benar ajaib, benar-benar sihir, bahwa benda-benda hal yang jauh bisa didekatkan secara harfiah dalam sekejap mata, tanpa beranjak dari tempat pengamatan.

Penemuan ini segera mendapat pengakuan universal dan aplikasi praktis yang tersebar luas, teropong yang dibuat berdasarkan prinsip ini merupakan bantuan besar bagi pelaut.

Para ilmuwan semakin tertarik pada instrumen optik baru itu dan memanfaatkannya sebanyak mungkin.

Pada 1609 fisikawan dan astronom Italia, Galileo Galilei (1564-1642) membuat dan menggunakan teleskop untuk mengamati ruang angkasa.

Teleskop Galileo ini adalah instrumen yang sangat kasar. Ketika dilihat melalui teleskop itu, bintang dan planet tampak memiliki pinggiran berwarna pelangi, dan semakin tinggi perbesaran teleskop, semakin jelas pewarnaan ini.

Para pengrajin dan ilmuwan berusaha untuk menemukan sifat dari dari pinggiran pelangi itu, banyak yang bahkan berpikir bahwa itu ada hubungannya dengan komposisi kaca, tetapi tidak ada yang bisa menemukan jawaban yang tepat sampai ilmuwan besar Inggris Isaac Newton (1642-1727) menjawab pertanyaan itu.

Kepustakaan:
1. Diary Johan Japardi.
2. Berbagai sumber daring.

Jonggol, 11 Agustus 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun