In Memoriam: Bapak Syafri Pane, guru kimia SMA saya.
Saya memperhatikan, ada persaingan tak sehat dan penjegalan dalam penyebaran ilmu pengetahuan di dunia ini, padahal sharing pengetahuan itu adalah sesuatu hal yang sangat baik, yang membukakan wawasan para pembelajar untuk menyaksikan hasil penemuan para peneliti yang ulet.
Simak saja:
1. Uni Soviet dan China dikucilkan oleh Barat dengan diberi label Negara Tirai Besi dan Negara Tirai Bambu.
2. Banyak penemuan Nikola Tesla yang lebih superior dari hasil karya Thomas Edison, tetapi Tesla dikucilkan hanya karena dia adalah seorang keturunan Serbia.
3. Albert Einstein memang kita akui jenius, tapi menurut fisikawan Jerman tertentu, teori relativitas Einstein dikritik habis-habisan, antara lain dalam sebuah buku berbahasa Jerman yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi One Hundred Authors against Einstein (Seratus Penulis Menentang Einstein), lihat artikel saya: Post-Truth vs Paradigma Kuwalik Prof Wir, Mana yang Lebih Tepat?
4. Masih banyak lagi, dan untuk ilmu kimia, lihat uraian di bawah.
Upaya Barat yang tidak berhasil sama sekali adalah menjegal hasil karya Dimitri Mendeleev, mengapa? Karena walaupun bukan penemuan yang pertama, tabel unsur kimia Mendeleev adalah yang terbaik karena periodik (bisa meramalkan posisi unsur yang belum ditemukan), dan Mendeleev mempublikasikan tabel periodiknya itu di Eropa.
Saya tidak berminat mengulas urusan politik dan sebagaimana artikel-artikel saintifik saya yang lainnya, saya ingin mengajak para pembaca menjajaki aspek sains saja.
Berkat buku-buku terbitan Penerbit MIR (Perdamaian), Moskow, Uni Soviet, yang pada awal 1980an masih dengan sangat mudah saya beli dari Titi Gantung Medan, lihat artikel saya: Beli Buku di Titi Gantung: Sebuah Nostalgia, sejak SMA saya sudah membandingkan konten buku-buku sains Amerika dan Uni Soviet.
Catatan:
1. Pada zamannya, MIR adalah penerbit buku-buku berkualitas, sekarang sebagian bukunya bisa diunduh dari sumber daring.
2. Buku-buku terbitan MIR yang tersedia di Titi Gantung itu adalah versi bahasa Inggris, hasil terjemahan dari bahasa Rusia.
3. Saya sangat beruntung bisa membeli hard copy 3 buku karya N. Piskunov, Differential and Integral Calculus (Kalkulus Diferensial dan Intergral), 1 versi berjilid tunggal dan 1 lagi dalam 2 jilid, dari toko buku pak Amril, lihat artikel saya: Situasi Terkini 3 Pedagang Kawakan Buku Bekas.
Dari sebuah buku kimia terbitan MIR, saya menemukan satu lagi pengucilan dan pengecilan peranan, yaitu yang dialami oleh Lomonosov yang menemukan Hukum Kekekalan Massa (The Law of Conservation of Mass) jauh sebelum Lavoiser, tapi yang diakui Barat sebagai penemu adalah Lavoiser.
Saya menduga bahwa ada upaya Rusia untuk mendudukkan Lomonosov pada posisi semestinya sebagai seorang penemu besar yang membawa manfaat besar bagi umat manusia, dan "hukuman" Barat terhadap Lomonosov pun kemudian agak diperingan, sehingga sekarang hukum tersebut disebut Hukum Kekekalan Massa Lomonosov-Lavoisier.
Saya sebagai seorang pembelajar sains sangat lega, karena dulu saya kesulitan menjelaskan kepada teman-teman di SMA bahwa yang paling berhak diakui sebagai penemu hukum ini  adalah Lomonosov pada 1756, sedangkan Lavoiser pada 1789.
Bagi saya sudah selesai masalahnya, dengan mempertimbangkan bahwa baik Lomonosov maupun Lavoiser melakukan eksperimen yang memberikan kesimpulan yang sama, namun di tempat yang terpisah hampir 3.000 kilometer dan pada waktu yang berbeda (selisih 35 tahun). Jika sudah ada internet pada masa itu, Anda bisa memastikan bahwa hukum kekekalan massa hanya menyandang nama tunggal Lomonosov.
Sekarang kita lihat seberapa besar nama Lomonosov itu.
Bidang ilmu Lomonosov adalah ilmu alam, kimia, fisika, mineralogi, sejarah, seni, filologi, perangkat optik dan lain-lain. Lomonosov adalah perintis geologi modern yang juga seorang penyair yang mempengaruhi pembentukan bahasa sastra Rusia modern. Hebat kan?
Hipotesis atom, gagasan bahwa suatu zat terdiri dari partikel-partikel yang sangat kecil, berasal dari zaman Yunani kuno. Akan tetapi, penemuan teori atom dan molekul yang dibuktikan secara ilmiah baru terjadi pada abad ke-18 dan ke-19, ketika fisika mulai didasarkan pada eksperimen yang akurat.
Pada abad ke-18, prinsip kekekalan massa selama reaksi kimia digunakan secara luas dan merupakan asumsi penting selama eksperimen, bahkan sebelum definisi hukum ini ditetapkan secara resmi, seperti yang bisa dilihat dari karya Joseph Black, Henry Cavendish, dan Jean Rey.
Dalam bidang kimia, metode penelitian kuantitatif diperkenalkan oleh Lomonosov pada paruh ke-2 abad ke-18.
Hukum Kekekalan Massa
Lomonosov adalah kimiawan yang pertama kali merumuskan hukum kekekalan massa pada 1748, dan mengkonfirmasinya secara eksperimental pada 1756, dengan memanggang logam dalam wadah tertutup.
Lomonosov mendirikan laboratorium kimia di Akademia Sains Rusia. Lomonosov mempelajari bagaimana reaksi kimia berlangsung, menimbang reaktan dan hasil reaksi, lalu menetapkan hukum kekekalan massa sebagai berikut:
Massa zat yang masuk ke dalam reaksi sama dengan massa zat yang terbentuk sebagai hasil reaksi.
Kekekalan massa tidak jelas selama ribuan tahun karena efek daya apung atmosfer bumi terhadap berat gas-gas. Misalnya, sepotong kayu lebih ringan setelah dibakar, ini menunjukkan bahwa sebagian dari massa kayu berubah atau menghilang.
Kenyataan ini tidak dibantah sampai eksperimen yang cermat dilakukan, di mana reaksi kimia seperti karat dibiarkan terjadi dalam ampul kaca tertutup. Ternyata reaksi kimia tidak mengubah berat wadah tertutup beserta isinya itu (massa total sebelum dan sesudah reaksi kimia selalu tetap).
Penimbangan gas menggunakan timbangan tidak mungkin dilakukan sampai ditemukannya pompa vakum pada abad ke-17.
Setelah dipahami, kekekalan massa sangat penting dalam kemajuan sejak alkimia hingga kimia modern.
Begitu para kimiawan awal menyadari bahwa zat kimia tidak pernah hilang tetapi hanya berubah menjadi zat lain dengan massa yang sama, mereka untuk pertama kalinya bisa memulai studi kuantitatif tentang perubahan zat.
Gagasan kekekalan massa, ditambah dengan dugaan bahwa "zat-zat unsur" tertentu tidak bisa diubah menjadi zat lain melalui reaksi kimia, pada gilirannya menyebabkan pemahaman tentang unsur-unsur kimia, serta gagasan bahwa semua proses dan perubahan kimiawi (seperti pembakaran dan reaksi metabolik) adalah reaksi antara berbagai konsentrasi atau massa yang tidak berubah dari unsur-unsur kimia yang terlibat.
Hal yang mengherankan adalah hukum kekekalan massa Lomonosov bisa dirumuskan ketika peralatan laboratorium kimia masih sangat terbatas, dan pengujian selanjutnya dengan menggunakan peralatan modern canggih yang jauh lebih akurat memvalidasi hukum tersebut.
Eksperimen lengkap yang dilakukan Jean Stas mendukung konsistensi hukum kekekalan massa, dengan hasil reaksi yang memiliki ketelitian 2-4 bagian dalam 100.000 (0,2 - 0,4 persen). Sungguh mengagumkan.
Bagi para pembaca yang berminat, silahkan menggali lebih dalam tentang Lomonosov dari sumber daring. Di Rusia bahkan sudah dibuat drama seri tentang kisah hidup Lomonosov, sang ilmuwan besar itu.
Kepustakaan:
1. N.L. Glinka, General Chemistry, Vol. 1, 3rd ed., 2nd printing, Leib, G (Transl.), MIR Publishers, Moscow, 1986.
2. Usitalo, Steven A., The Invention of Mikhail Lomonosov, a Russian National Myth, Academic Studies Press, Brighton, MA 02135, USA, 2013.
3. Diary Johan Japardi.
4. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 10 Agustus 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H