Telah ditemukan bahwa jika kita melakukan pemanasan secara bertahap di udara kering, kita bisa menahan temperatur bahkan di atas titik didih (100C), yaitu 160C, seperti yang ditunjukkan oleh fisikawan Inggris Blagdon dan Chentry yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan tungku pemanggangan roti.
Tyndall mencatat bahwa orang merebus telur dan memanggang steak di udara di tempat di mana orang bisa tinggal tanpa membahayakan diri mereka sendiri.
Dimana letak penjelasannya? Dalam hal itu tubuh kita benar-benar menolak temperatur ini, menjaga agar tetap mendekati normal, menolak panas dengan banyak mengeluarkan keringat. Keringat menyerap banyak kehangatan dari lapisan udara yang langsung menyelimuti tubuh, sehingga cukup menurunkan temperatur. Satu-satunya hal penting yang perlu dilakukan adalah agar tubuh tidak bersentuhan langsung dengan sumber panas itu dan agar udara itu sendiri benar-benar kering.
Di Asia Tengah, jauh lebih mudah untuk menahan panas 37C daripada gelombang panas 24C di Leningrad. Ini tentu saja karena udara yang sangat lembap di Leningrad dan udara yang sangat kering di Asia Tengah di mana hujan sangat sedikit dan jarang terjadi.
Angin Panas di Gurun
Sampai di sini, Anda mungkin berpendapat bahwa pada hari yang terik, angin seharusnya menyegarkan kita. Lalu mengapa para pelancong berbicara tentang angin gurun yang panas?
Kontradiksi ini disebabkan oleh fakta bahwa pada iklim tropis udara biasanya lebih hangat daripada tubuh kita, tidak heran jika angin ini membuat kita merasa lebih panas.
Ini adalah kejadian ketika, alih-alih menyerap kehangatan, udara malah menyalurkan kehangatan ke tubuh kita. Oleh karena itu semakin besar massa udara yang bersentuhan dengan tubuh kita setiap menit, semakin tajam pula panas yang kita rasakan, dan walaupun angin meningkatkan intensitas penguapan, ini tidak membantu. Itu menjelaskan mengapa orang gurun memakai jubah hangat dan topi bulu.
Angin kencang, kering, dan sarat debu yang berhembus di Sahara, Israel, Palestina, Yordania, Irak, Suriah, dan padang pasir di Jazirah Arab, yang disebut dengan Simoom (Arab: samum, "angin beracun," dari akar kata s-m-m, "untuk meracuni") adalah angin lokal yang temperaturnya bisa melebihi 54C dan kelembapan relatifnya bisa turun hingga di bawah 10%.
Nama lain yang digunakan untuk angin ini adalah Samiel (Turki: Samyeli) dan di wilayah Asia Tengah dikenal sebagai "Garmsil."
Nama "angin beracun" diberikan karena serangan Simoom yang tiba-tiba bisa menyebabkan sengatan panas atau pitam panas (heatstroke), dan seperti yang dijelaskan di atas, hal ini disebabkan oleh fakta bahwa angin panas membawa lebih banyak panas ke tubuh daripada yang dibuang melalui penguapan keringat.