Berpose di depan sebuah kapal penangkap ikan di Teluk Nibung.
Di tahun 1980-an, hanya rumah-rumah yang berada di Kota Tanjungbalai yang sudah dialiri air PDAM. Di Teluk Nibung sendiri, kebanyakan rumah menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari mulai dari mandi, mencuci, memasak, sampai air minum, yang tentunya dididihkan terlebih dulu.
Tentunya orang-orang sekarang akan mengatakan bahwa air sungai itu sebenarnya tak layak diminum, karena mereka membandingkannya dengan air mineral.
Mandi dengan berenang di sungai juga merupakan kegiatan saya sehari-hari pada masa itu. Berenang berjam-jam merupakan keasyikan yang tidak bisa digantikan dengan mandi di dalam kamar mandi.
Sungai yang melewati Teluk Nibung juga merupakan tempat saya memancing ikan. Di Tanjungbalai sekarang bahkan ada warung makan yang khusus menyajikan ikan sungai, yang di Jawa Timur disebut iwak kali, antara lain sepat. Bagi saya pribadi, rasa ikan yang dipancing sendiri lebih enak daripada yang tersedia di warung ini.
Sesekali, saya melakukan kegiatan memancing ini dari pukat langgar yang sudah tidak beroperasi. Kapal-kapal ini ditambatkan di Sungai Kepayang dan untuk bisa sampai ke sana, saya menumpang sampan karena belum ada Jembatan Tabayang. Kadang-kadang, untuk kembali ke Tanjungbalai, saya berenang dari salah sebuah kapal ini. Â
Keadaan sekarang memang sudah sangat berbeda, ada plus dan minusnya. Keprihatinan saya akan keadaan "minus" ini pernah saya tuangkan dalam artikel: Hanya Gara-gara Satu Kata: Peningkatan.
Terakhir kali saya mengunjungi Teluk Nibung, saya menyinggahi gudang pengolahan ikan kembung asin milik teman saya dari masa kecil. Sebelum meninggalkan gudang ini, saya dibekali dengan ikan asin sebanyak yang mau saya bawa. Memakan ikan kembung asin ini menimbulkan sensasi yang sangat berbeda karena ikan asin ini langsung diolah dari ikan tangkapan baru, jadi rasanya lebih gurih.
Saya juga pernah satu kali ke Port Klang Malaysia dengan ferry dari Pelabuhan Teluk Nibung. Ini kali pertama saya menyaksikan "akhir" dari Sungai Asahan itu, yaitu Selat Malaka.