Gerbong itu ditarik dengan cara yang sama sekali baru, yang bisa dibandingkan hanya dengan tembakan meriam. Gerbong memang "ditembak" seperti bola meriam, perbedaannya adalah bahwa "meriam" dalam hal ini adalah elektromagnet, berdasarkan sifat bahwa solenoida berenergi listrik mampu menarik besi pendorong dengan sangat cepat. Tarikan ini semakin cepat jika koilnya semakin besar dan arus listriknya semakin kuat. Gaya inilah yang membuat kereta terus bergerak karena tidak ada friksi di dalam tabung, dengan inersia dan kecepatan yang sama, sampai dihentikan oleh solenoida di titik tujuan.
Berikut adalah beberapa rincian yang diberikan oleh Weinberg: "Dalam percobaan yang saya lakukan pada 1911-1913 di Laboratorium Fisika di Institut Teknologi Tomsk, saya menggunakan tabung tembaga berdiameter 32 cm dengan elektromagnet di atasnya dan gerbong 10 kg di atas sebuah penyangga di bawahnya.
Gerbong itu adalah sepotong pipa besi dengan roda depan dan belakang dan kerucut hidung untuk menghentikannya dengan menabrak papan yang diperkuat oleh sekantong pasir.
Gerbong tidak bisa lebih cepat dari sekitar 6 km/jam karena ruang yang terbatas dan fakta bahwa tabung itu berbentuk lingkaran dengan diameter 6,5 m. Namun, jika panjang solenoida yang digunakan pada titik keberangkatan adalah 3 mil, kecepatan sebesar 800-1.000 km/jam bisa dengan mudah dicapai dan dipertahankan tanpa mengeluarkan energi apa pun, karena tidak ada friksi di lantai maupun langit-langit yang harus diatasi.
Walaupun kereta elektromagnetik, terutama tabung tembaga, agak mahal, tidak diperlukan dana untuk mempertahankan kecepatan awal atau menggaji staf pengemudi mesin, konduktor, dll., dan biaya per kilometer tidak akan melebihi seperseribu sampai seperseratus Kopek,* dan kereta dua tabung bisa mengangkut 15.000 penumpang atau 10.000 ton barang setiap hari dalam satu arah.
*1 Rubel = 100 Kopek = kira-kira Rp. 200. Jadi 1 Kopek sekitar Rp. 2.
Kepustakaan:
1. Perelman, Y., Physics for Entertainment, Book 2, Shkarovsky, A. (Transl.), Foreign Language Publishing House, Moscow, 1936.
2. Diary Johan Japardi
3. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 26 Juli 2021
Johan Japardi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI