Kobalt adalah logam keras mengkilap yang serupa dalam penampilan dan perilaku dengan unsur di sebelahnya dalam tabel periodik, yaitu besi di sebelah kiri dan Nikel di sebelah kanan. Â Ketiganya adalah termasuk unsur feromagnetik (bisa dimagnetisasi dan ditarik oleh magnet) pada temperatur kamar.
Unsur maupun senyawa feromagnetik kehilangan sifat magnetiknya di atas temperatur tertentu, yang disebut temperatur Curie. Kobalt memiliki temperatur Curie tertinggi dari semua zat feromagnetik yang diketahui, yaitu 1.131C.
Kobalt adalah unsur paling melimpah ke-30 dalam kerak bumi. Atom atau ion kobalt terdapat dalam beberapa mineral yang berbeda, tetapi Kobalt murni tidak pernah terjadi secara alami.
Ada endapan Kobalt yang pekat, sehingga logam dan senyawanya bisa diperoleh sebagai produk sampingan dari ekstraksi logam lain, biasanya tembaga atau Nikel.
Senyawa kobalt digunakan secara rutin jauh sebelum identitas unsurnya diketahui, dalam glasir biru terang pada tembikar, kaca dan enamel berwarna, dan cat.
Mineral Kobalt digunakan untuk membuat pigmen biru yang disebut Zaffre. Dalam pigmen inilah pembuat kaca Swedia Georg Brandt menemukan dan mengisolasi Kobalt, pada sekitar 1735, setelah membuktikan bahwa warna biru itu bukan ditimbulkan oleh Bismut, seperti yang diyakini banyak orang sebelumnya.
Kobalt murni yang keras dan mengkilap ditambahkan ke baja dan paduan lainnya untuk membuat paduan yang lebih kuat. Paduan super berkekuatan tinggi dan bertemperatur tinggi yang mengandung Kobalt digunakan pada bilah mesin jet. Paduan Kobalt juga digunakan  pada sendi buatan, misalnya sendi panggul dan lutut.
Kobalt memiliki beberapa aplikasi di luar pigmen sampai awal abad ke-20. Pada 1903, pengusaha Amerika Elwood Haynes mengembangkan berbagai paduan Kobalt dan Krom yang sangat kuat dan tahan korosi, yang dia beri nama Stellite.
Kobalt adalah salah satu dari sedikit unsur yang bisa digunakan untuk membuat magnet permanen. Pada 1940-an, para ilmuwan Jepang mengembangkan bahan baru untuk magnet permanen yang kuat dan revolusioner yang disebut Alnico. Magnet ini adalah paduan berbasis besi yang mengandung Aluminium, Nikel dan Kobalt, dan sekarang masih banyak digunakan untuk motor listrik hingga pickup gitar.
Pada 1970-an, bahan magnetik yang lebih kuat diperkenalkan, yaitu paduan Samarium-Kobalt (SmCo).
Dalam alat pemotong dengan bilah Tungsten karbida yang tahan lama dan abrasif, partikel Tungsten karbida biasanya tertanam ke dalam logam Kobalt.
Senyawa Kobalt juga digunakan dalam baterai isi ulang yang digunakan oleh industri kimia, sebagai katalis dalam industri petrokimia dan farmasi, dan sebagai pigmen dalam keramik dan plastik.
Hanya ada satu isotop alami Kobalt, yaitu Kobalt-59. Isotop lain, Kobalt-60, bersifat radioaktif dan mengalami peluruhan beta dan memancarkan foton sinar gamma yang kuat dan berdaya tembus tinggi.
Kobalt-60 digunakan sebagai sumber radiasi gamma yang bisa diandalkan dalam radioterapi, sterilisasi peralatan medis dan (di negara-negara yang mengizinkannya), dalam dosis kecil untuk sterilisasi makanan. Isotop ini memiliki waktu paruh lebih dari 5 tahun, dan secara rutin diproduksi di reaktor nuklir penelitian dengan membombardir Kobalt-59 dengan netron "lambat."
Kobalt juga menghasilkan warna biru tua, cat dan pewarna biru Kobalt dibuat dengan mereaksikan Aluminium dengan Kobalt oksida.
Kepustakaan:
1. How It Works - Book of the Elements, ed. 5, Imagine Publishing Ltd., United Kingdom, 2016.
2. Periodic Table Book - A Visual Encyclopedia, Dorling Kindersley Limited (Penguin Random House), Great Britain, 2017.
3. Diary Johan Japardi.
4. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 18 Juli 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H