Senyawa Stronsium memberikan warna merah pada nyala kembang api.Â
Pada 1808, Stronsium murni pertama kali diekstraksi oleh kimiawan Inggris Humphry Davy, yang melakukan percobaan menggunakan listrik untuk mendapatkan unsur ini dari mineral.
Stronsium pernah digunakan pada layar televisi, tetapi sekarang penggunaannya lebih sedikit.
Magnet yang mengandung oksida besi bisa dibuat lebih kuat dengan menambahkan Stronsium ke dalamnya. Magnet kuat ini digunakan dalam pengeras suara (loudspeaker) dan oven microwave.
Stronsium klorida ditambahkan ke beberapa jenis odol, sedangkan Stronsium radioaktif adalah sumber listrik untuk stasiun radar di tempat-tempat terpencil di mana tidak ada saluran listrik atau pasokan bahan bakar.
Sampai saat ini, salah satu penggunaan utama Stronsium adalah pada televisi: Stronsium oksida (SrO) ditambahkan ke kaca dari mana tabung sinar katoda (cathode ray tube/CRT) dibuat, untuk memblokir Sinar-X yang dihasilkan di dalam tabung. Munculnya alternatif seperti televisi LCD telah menghentikan produksi CRT.
Senyawa Stronsium digunakan dalam pembuatan kembang api, biasanya untuk menghasilkan warna merah cerah, dan seperti Fosfor, Stronsium digunakan dalam mainan yang menyala dalam gelap.
Lebih dari 30 isotop Stronsium diketahui, 4 stabil, dan ada secara alami, sedangkan sisanya tidak stabil dan radioaktif.
Sebagian besar isotop stabil dari Stronsium alami adalah Stronsium-88, sedangkan isotop Stronsium-90 sintetis bersifat radioaktif dan merupakan salah satu komponen paling berbahaya dari curah nuklir, karena Stronsium diserap oleh tubuh dengan cara yang mirip dengan Kalsium. Strontium stabil alami, di sisi lain, tidak berbahaya bagi kesehatan.
Isotop radioaktif strontium bisa digunakan untuk menghasilkan listrik. Sebuah generator termoelektrik radioisotop  (radioisotopic
thermoelectrical generator/RTG) mengubah panas yang dihasilkan dari Stronsium menjadi listrik untuk digunakan dalam pesawat ruang angkasa.
Isotop radioaktif Stronsium-90 diproduksi dalam reaksi fisi, reaktor nuklir dan senjata nuklir. Sebagian besar Stronsium-90 pada manusia berasal dari dampak uji coba senjata nuklir di atas tanah.
Sebagai akibat dari partikel beta yang dipancarkannya saat meluruh, Stronsium-90 bisa  menyebabkan kanker tulang dan leukemia, dengan kemungkinan yang meningkat menurut dosis.
Bagi kebanyakan orang, keberadaan atom dari isotop tidak alami ini menimbulkan risiko yang bisa diabaikan. Namun ada lebih banyak Stronsium-90 pada orang yang lahir antara 1945 (tahun senjata nuklir pertama kali dicoba), dan 1963 (ketika perjanjian larangan uji coba menghentikan sebagian besar negara dari pengujian di atas tanah).
Walaupun sudah dilarang, uji coba senjata nuklir di atas tanah masih terjadi sampai dengan 1980.
Tingkat Stronsium-90 sedikit meningkat, setidaknya di sebagian dunia, sebagai akibat dari bencana reaktor nuklir Chernobyl pada 1986.
Stronsium tidak memiliki peran biologis, tetapi tulang dan gigi semua orang mengandung sedikit Stronsium. Ini karena sifat kimianya sangat mirip dengan Kalsium, sehingga bisa dengan mudah menggantikan alsium dalam matriks struktural tulang dan gigi.
Obat resep Stronsium ranelat digunakan untuk meningkatkan massa dan kekuatan tulang pada pasien dengan osteoporosis.
Kepustakaan:
1. How It Works - Book of the Elements, ed. 5, Imagine Publishing Ltd., United Kingdom, 2016.
2. Periodic Table Book - A Visual Encyclopedia, Dorling Kindersley Limited (Penguin Random House), Great Britain, 2017.
3. Diary Johan Japardi.
4. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 16 Juli 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H