Beberapa obat Romawi kuno juga menggunakan senyawa timbal,  walaupun mereka menyadari fenomena keracunan timbal. Seperti banyak logam, timbal cepat bernoda saat terkena udara, memberikannya penampilan abu-abu kusam. Lapisan noda pada logam timbal melindunginya dari korosi. Ini, bersama dengan fakta bahwa elastisitas dan kelenturan timbal  membuatnya mudah untuk dikerjakan, telah membuat timbal cocok sebagai bahan atap selama ratusan tahun, seperti sekarang ini.
Timbal memainkan peran penting dalam penemuan mesin cetak pada tahun 1430-an. Penemu mesin cetak, tukang emas Jerman Johannes Gutenberg, membutuhkan logam yang akan meleleh pada temperatur yang cukup rendah, sehingga bisa dicetak untuk membuat huruf, tetapi cukup keras untuk bertahan ketika ditekan keras di atas kertas. Gutenberg memulai dengan timbal yang terlalu lunak dan berakhir dengan paduan timbal, timah, dan Antimon.
Toksisitas timbal sudah lama diketahui. Gejala keracunan timbal akut termasuk diare, kerusakan ginjal dan kelemahan otot. Namun, bahaya yang lebih besar berasal dari paparan kronis terhadap timbal, yang seperti kebanyakan logam berat, terakumulasi dalam jaringan tubuh. Dalam waktu lama, itu mengganggu sistem saraf dan paling berbahaya pada anak-anak, karena menunda perkembangan otak dan menimbulkan masalah atensi.
Mekanisme pasti dari neurotoksisitas timbal masih belum diketahui, tetapi penelitian terbaru telah mengungkap fakta bahwa timbal mengganggu pelepasan dan fungsi protein yang disebut faktor neurotropik yang diturunkan dari otak. Protein ini mendorong pertumbuhan neuron baru, dan sangat vital untuk pembelajaran dan memori.
Timbal masih digunakan sebagai pelindung dalam mesin sinar-X dan sebagai pemberat di kapal. Timbal juga digunakan dalam pemberat untuk menyelam, aki mobil, dan atap tahan cuaca (bend flashing/weatherproofing for roof).
Sekitar 10 juta ton timbal masih diproduksi setiap tahun di seluruh dunia, sekitar setengahnya dari sisa daur ulang.
Timbal terdapat dalam 3 isotop stabil, yang paling umum adalah timbal-208. Nukleus  timbal-208 adalah nukleus stabil terberat dari unsur mana pun, yang merupakan produk akhir dari rantai peluruhan yang dimulai dengan unsur-unsur radioaktif yang tidak stabil seperti Thorium aktinoid.
Ketika satu nukleus yang tidak stabil hancur, yang lain terbentuk, dan rantai hanya berhenti ketika timbal-208 yang stabil dihasilkan. Dua isotop timbal stabil lainnya, timbal-206 dan timbal-207, adalah titik akhir dari rantai peluruhan lainnya. Satu-satunya isotop timbal yang telah ada di bumi sejak planet ini terbentuk adalah timbal-204, yang merupakan isotop tidak stabil, walaupun waktu paruhnya triliunan tahun.
Kepustakaan:
1. How It Works - Book of the Elements, ed. 5, Imagine Publishing Ltd., United Kingdom, 2016.
2. Periodic Table Book - A Visual Encyclopedia, Dorling Kindersley Limited (Penguin Random House), Great Britain, 2017.
3. Diary Johan Japardi.
4. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 12 Juli 2021
Johan Japardi