Manfaat biologis tembaga pertama kali terungkap pada 1928, ketika para peneliti di Departemen Pertanian AS menemukan bahwa tikus membutuhkan tembaga serta besi untuk membuat hemoglobin, zat berpigmen yang membawa oksigen dalam darah. Pada tikus dan manusia, tembaga terdapat dalam enzim yang terlibat dalam membangun molekul hemoglobin (yang mengandung besi).
Penelitian sejak itu telah mengarah pada penemuan peran tembaga dalam beberapa enzim dan protein lainnya. Gurita dan banyak moluska lainnya, misalnya, menggunakan protein berbasis tembaga berwarna biru yang disebut haemosianin, bukan hemoglobin yang berwarna merah.
Tembaga adalah unsur penting pada manusia. Orang dewasa membutuhkan sekitar 1 miligram tembaga per hari. Sumber makanan yang baik dari tembaga termasuk hati, kuning telur, kacang mete dan alpukat. Tubuh seorang dewasa mengandung sekitar 0,1 gram tembaga, sekitar 90 persennya dalam protein darah yang disebut seruloplasmin.
Logam paduan kaya tembaga semakin banyak digunakan pada permukaan di rumah sakit dan sekolah, karena tembaga memiliki kerja antimikroba yang terbukti. Banyak bakteri, virus, dan jamur patogen bisa bertahan selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu di berbagai permukaan, tetapi terbunuh atau dinonaktifkan dalam hitungan jam pada permukaan tembaga. Dalam pengujian tingkat infeksi di rumah sakit telah sangat berkurang.
Paduan tembaga juga biasa digunakan untuk membuat jaring di peternakan ikan. Tembaga mencegah akumulasi tanaman, ganggang dan mikroorganisme, dan meningkatkan kesehatan ikan.
Kepustakaan:
1. How It Works - Book of the Elements, ed. 5, Imagine Publishing Ltd., United Kingdom, 2016.
2. Periodic Table Book - A Visual Encyclopedia, Dorling Kindersley Limited (Penguin Random House), Great Britain, 2017.
3. Diary Johan Japardi.
4. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 4 Juli 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H