Fosfor terdapat dalam beberapa alotrop (bentuk). Fosfor putih secara spontan menyala pada temperatur 30C, dan sangat beracun.
Fosfor putih digunakan dalam korek api sejak awal abad ke-19, tetapi kekhawatiran akan toksisitasnya yang parah membuat alotrop (bentuk) fosfor menggantikannya, pada awal abad ke-20. Fosfor merah yang stabil, tidak beracun dan tidak menghasilkan cahaya yang menakutkan, masih digunakan dalam korek api hingga hari ini. Dua alotrop lain dari fosfor murni yang diketahui adalah Fosfor ungu dan Fosfor hitam.
Sebagian besar pupuk dan banyak pakan ternak mengandung sejumlah besar fosfat. Pupuk diberi peringkat NPK, berdasarkan proporsi unsur Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K) yang terkandung di dalamnya.
Permintaan luar biasa untuk mineral fosfat untuk membantu memberi makan populasi besar dunia bisa menempatkan sumber daya fosfat di bawah tekanan, dan beberapa ahli pertambangan telah memperingatkan bahwa pasokan bisa berkurang dalam hitungan dekade tanpa peningkatan besar dalam daur ulang mineral penting ini, khususnya dari saluran air limbah.
Sampel Fosfor merah disimpan dalam minyak. Meskipun tidak reaktif seperti Fosfor putih, alotrop merah ini bisa bereaksi dengan oksigen pada temperatur di atas 300C.
Kepala korek api "gesek dari mana saja." Korek api ini mengandung Fosfor sesquisulfide (P4S3). Batang korek api tidak mengandung fosfor atau senyawanya, tetapi permukaan yang menggeseknya mengandung Fosfor merah yang dicampur dengan kaca halus.
Kepustakaan:
1. How It Works - Book of the Elements, ed. 5, Imagine Publishing Ltd., United Kingdom, 2016.
2. Periodic Table Book - A Visual Encyclopedia, Dorling Kindersley Limited (Penguin Random House), Great Britain, 2017.
3. Diary Johan Japardi.
4. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 25 Juni 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H