Ada 10 cara yang bisa saya simpulkan mengenai personal branding mas Karmin yang tanpa pretensi itu:
1. Menyukai rutinitas sehari-hari. Jika rutinitas sehari-hari dilakukan dengan sukacita, maka hasil akhirnya adalah sukacita juga, terlepas dari jam kerja maupun jam istirahat yang tidak lazim.
2. Berkecimpung di sebuah niche market yang mungkin tidak dilirik banyak orang lain.
3. Menghidupkan semacam koperasi, dengan menampung makanan dagangan yang dipasok oleh teman-teman dan dengan demikian ikut membantu mereka menutupi biaya hidup mereka sehari-hari.
4. Memberikan keramahtamahan yang tulus tanpa membedakan pengunjung berkantong tebal maupun tipis, pengunjung berkantong tebal silahkan, pengunjung berkantong tipis monggo. Anda bisa melihat sendiri senyuman khas mas Karmin pada foto judul artikel ini, sebuah senyuman "silahkan" atau "monggo" yang saya maksudkan di atas.
7. Harga makanan yang sangat terjangkau. Dengan merogoh kocek Rp. 10.000an sudah cukup untuk membeli 3 bungkus sego kucing yang cukup mengenyangkan (persisnya 360 gram).
8. Sego kucing mas Karmin bukan hanya menjadi menu kesukaan para anak kos, namun juga orang-orang yang sudah mapan, bukan hanya karena harganya yang murah, namun juga rasa lezatnya yang tetap dijaga. Ini menurut mas Karmin adalah quality assurance yang dia pastikan setiap hari untuk menjaga agar jangan ada 1 orang pun pelanggannya yang kecewa.
9. Wedang jahe mas Karmin semakin laris karena menjadi pilihan bagi orang-orang yang hendak meningkatkan imunitas tubuh mereka dalam menghadapi pandemi Covid-19.
10. Wedangan mas Karmin menjadi tempat persinggahan orang-orang yang pulang malam.
Jonggol, 23 Juni 2021