Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Garam Biasa dan Natrium

20 Juni 2021   02:36 Diperbarui: 20 Juni 2021   06:47 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu senyawa paling penting yang kita konsumsi adalah Natrium klorida, atau yang biasa disebut garam sehari-hari (daily salt), garam biasa (common salt), garam meja (table salt), atau garam saja. Sebenarnya istilah garam kurang tepat karena garam dalam ilmu kimia, misalnya kimia anorganik, adalah istilah yang digunakan untuk semua senyawa anorganik yang dalam air bisa terurai menjadi ion positif, umumnya dari unsur-unsur golongan 1 s/d 3, dan ion negatif dari golongan 7 atau halogen.

Garam yang kita makan sehari-hari mengandung banyak Natrium dan memiliki rumus kimia NaCl, yaitu senyawa yang terbentuk dari unsur logam alkali atau golongan 1, Natrium, dengan Klor dari golongan halogen atau golongan 7.  Karena NaCl atau garam Natrium adalah garam yang paling umum digunakan maka ia disebut garam saja. Bandingkan dengan garam Lithium yang digunakan dalam air mineral hanya dalam konsentrasi yang sangat sedikit. Lihat artikel saya: Lithium, Logam Paling Ringan.

Untuk selanjutnya, saya menggunakan secara bergantian istilah Natrium klorida dan garam dalam artikel ini.

Meskipun berlimpah di bumi, Natrium tidak pernah ditemukan dalam bentuk murni secara alami melainkan dalam bentuk senyawa dengan unsur lain. Natrium klorida yang kita sebutkan barusan adalah senyawa Natrium yang paling umum. Senyawa ini juga dikenal sebagai mineral Halite, yang membuat air laut menjadi asin. Mineral Natrium lainnya termasuk Sodalite, batu biru lembut yang bisa dibentuk dan dipoles.

Natrium murni cukup lunak untuk dipotong dengan pisau. Natrium bereaksi dengan Oksigen di udara membentuk senyawa yang disebut Natrium oksida, yang bisa menyala ketika bersentuhan dengan air.

Senyawa Natrium dalam kembang api menyala dengan warna jingga kekuningan. Di Mesir kuno, kristal senyawa Natrium digunakan untuk mengawetkan mayat sebagai mumi. Senyawa lain yang berguna adalah Natrium bikarbonat, atau soda kue, yang membuat adonan mengembang dengan melepaskan gelembung Karbon dioksida.

Ketika dimurnikan, Natrium klorida, atau garam biasa, memiliki beberapa kegunaan. Ia membuat es mencair sehingga digunakan dalam pasir asin yang ditambahkan ke jalan yang licin dan beku. Ini membantu penghilangan es (de-icing) agar jalan menjadi lebih aman. Natrium klorida juga merupakan bumbu yang penting untuk makanan. Rasa makanan yang tidak diberi bumbu ini disebut hambar.

Garam juga digunakan dalam pengawetan makanan, misalnya hasil laut yang diasinkan lalu dikeringkan, atau sayuran seperti sawi asin kering, tauco basah maupun kering, pasta tauco, tahu asin, dll. Saya menduga bahwa tujuan semula pengawetan makanan ini selain agar tahan disimpan lebih lama juga untuk penghematan karena rasanya yang sangat asin.

Kolam garam, sumber: buku Periodic Table Book - A Visual Encyclopedia, hlm. 28.
Kolam garam, sumber: buku Periodic Table Book - A Visual Encyclopedia, hlm. 28.
Garam bisa diproduksi dalam kolam-kolam garam buatan di lereng pegunungan yang diisi dengan air dari sungai yang mengalir dari pegunungan di dekatnya. Di bawah sinar matahari, air kolam menguap, meninggalkan kerak garam tebal yang bisa dikumpulkan. Garam membentuk bagian dari batuan jauh di bawah tanah sebelum dilarutkan oleh sungai dan mengalir ke kolam.

Penguapan juga bisa digunakan untuk mengumpulkan garam dari air laut atau sumber air asin lainnya (dikenal sebagai air garam). Namun, saat ini, sebagian besar garam dunia berasal dari tambang bawah tanah yang mengandung lapisan garam tebal yang merupakan hasil pengeringan laut purba. Selama jutaan tahun, garam kering itu telah terkubur di bawah lapisan bebatuan yang padat.

Apa yang disebut garam batu (rock salt) ini terkadang digali menggunakan ekskavator. Di tambang lain, ia dicuci dengan mengalirkan air hangat yang melarutkan garam. Air garam kemudian dipompa ke permukaan untuk diuapkan.

Orang Mesir kuno percaya pada kehidupan setelah kematian dan dengan demikian mengawetkan tubuh orang mati mereka. Jenazah dimandikan dan organ-organnya dikeluarkan, kemudian kristal senyawa Natrium digunakan untuk mengeringkannya. Akhirnya, tubuh dibungkus, yang menyelesaikan proses mumifikasi.

Dalam bidang kedokteran, infus merupakan metode pemberian cairan dan obat yang dilakukan langsung melalui pembuluh darah. Cairan yang diberikan melalui infus bisa  berfungsi sebagai cairan pemeliharaan ataupun cairan resusitasi. Cairan infus diberikan ketika pasien melakukan perawatan di rumah sakit.

Cairan infus (intravenous fluid) tersimpan di dalam sebuah kantong atau botol steril yang akan dialirkan melalui selang menuju pembuluh darah. Jenis dan jumlah cairan yang digunakan akan bergantung kondisi pasien, ketersediaan cairan, dan tujuan pemberian cairan infus.

Cairan garam (saline) NaCl 0,9 % merupakan cairan kristaloid yang sering digunakan menggantikan cairan tubuh yang hilang, mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik.

Minuman botolan berisi garam dengan campuran senyawa lain tersedia secara komersial sebagai cairan pengganti keringat yang hilang.

Cairan garam juga digunakan untuk tetes mata, dan banyak lagi penggunaan lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

Catatan:
1. Periodic Table Book - A Visual Encyclopedia diterbitkan oleh Dorling Kindersley Limited (Penguin Random House), Great Britain, 2017.
2. Artikel ini diolah dengan bahan dari berbagai sumber, termasuk #1.

Jonggol, 20 Juni 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun