Sekarang umumnya sebuah keluarga terdiri dari 1 generasi (suami dan isteri), atau 2 generasi (suami, isteri, dan anak-anak mereka). Sudah jarang ada keluarga seperti dulu yang bisa sampai 3 generasi bahkan lebih.
Orangtua
Dengan adanya generasi yang lebih tua di dalam sebuah keluarga, dan aplikasi peribahasa Belanda: Hoe meer zielen, hoe meer vreugd (Semakin banyak orang, semakin banyak pula sukacita), semakin bersemaraklah sebuah keluarga.
Lihat artikel saya: Peribahasa dalam Beberapa Bahasa untuk Pergaulan.
Kita bisa belajar dari begitu banyak peribahasa yang merupakan kristalisasi kearifan para leluhur kita, dan orangtua di depan mata kita harus selalu kita hormati karena merekalah sumber yang hidup dari kearifan itu.
Intinya, bagaimana kita berperilaku kepada orangtua sudah disimpulkan dalam: Mikul dhuwur mendhem jero, dan dalam bahasa Mandarin: Quzhi laocheng jizi ke xiangyi (Jika menghormati orang-orang tua yang berpengalaman, dalam kebingungan Anda bisa mengandalkan mereka).
Bagaimana dengan orangtua atau orang tua-tua sendiri? Saya ingat dalam diary saya pernah saya tulis sebuah peribahasa, mungkin satu-satunya yang pernah ada, tentang bagaimana seharusnya seorang orangtua berperilaku kepada anaknya.
Inilah peribahasa yang sangat mengagetkan (utamanya orangtua) itu, hanya 6 aksara: 要得好, 老敬小 Yao de hao, lao jing xiao (Jika hendak akur, orang yang tua menghormati yang muda), benar-benar sebuah special case untuk "dari dan ke mana arah penghormatan itu."
Sesama Anggota Keluarga
Di bawah ini saya sajikan beberapa peribahasa yang kearifannya bisa dipetik untuk dipedomani dalam hubungan sesama anggota keluarga:
Cubit paha kanan paha kiri pun berasa sakit (Jika suatu anggota keluarga disakiti seluruh anggota keluarga ikut merasakannya).
Tercincang puar bergerak andilau (Jika seseorang dihina, tentu keluarga atau kaumnya akan turut tersinggung juga). Puar adalah jahe hutan, sedangkan andilau adalah pohon yang tingginya mencapai 15 meter, mudah dan cepat tumbuh sehingga cocok untuk penghutanan kembali lereng-lereng bukit yang gundul.
Nama baik keluarga harus dijaga, jangan sampai ada anggota keluarga yang: Menebas buluh serumpun (Merusak seluruh nama keluarga), atau: Berbuat jahat jangan sekali, terbawa cemar segala ahli (Jangan sekali-kali berbuat jahat karena nama baik keluarga akan terbawa-bawa menjadi buruk).
Keakuran di antara sesama anggota keluarga juga harus dijaga, dan apa-apa yang hendak dikerjakan sebaiknya dirundingkan lebih dulu: Elok kata dalam mufakat, buruk kata di luar mufakat (Apa yang hendak dikerjakan sebaiknya dibicarakan dulu dengan kaum keluarga),
hindari apa yang sudah diingatkan oleh peribahasa: Ayam laga sekandang (Berkelahi atau bertengkar dengan keluarga sendiri), bahkan sampai: Diserakkan padi awak diimbaukan orang lain (Orang lain dipelihara, keluarga sendiri disia-siakan), atau: Laki pulang kelaparan, dagang lalu ditanakkan (Orang lain ditolong, tetapi keluarga sendiri ditelantarkan), atau: Mencampakkan batu ke luar (Lebih suka berbuat baik kepada orang lain daripada kepada keluarga sendiri).