Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mewaspadai Perilaku Buruk dengan 10 Peribahasa

15 Juni 2021   21:38 Diperbarui: 15 Juni 2021   23:51 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita pasti tidak suka melihat orang yang berperilaku buruk, namun kita juga jangan sampai melakukan hal yang sama, karena orang lain yang merasakan dampak perilaku buruk kita juga tidak suka. Dengan menyadari kenyataan ini, mari kita kupas 10 peribahasa di bawah ini.

Tujuannya, sesuai judul artikel ini, adalah mewaspadai perilaku buruk yang merugikan itu. Tentunya ada banyak sekali peribahasa yang bisa kita aplikasikan, tapi saya telah menyeleksi dan membatasi hanya sampai 10 peribahasa saja, yang jika kita hayati dan amalkan sudah cukup untuk bisa kita waspadai.

Jika kita mendeteksi seseorang berperilaku buruk atau tidak terpuji, jangan biarkan dia mendekati kita, dan semakin waspada pula agar kita tidak seperti orang tersebut. Cukup fair kan?

1. Duduk berkisar, tegak berpaling (Tidak mau menepati janji). Ini perilaku orang yang egois, tidak jujur, dan tidak peduli dengan orang lain yang dia rugikan. Bisa jadi perilaku orang ini dikombinasikan dengan perilaku-perilaku lain yang tak kalah buruknya.

2. Longgar sendat, lapang bertukul (Pura-pura menerima suatu kebenaran namun tidak dimasukkan ke dalam hati dan ingatan). Kedua pasangan kata pada peribahasa ini menunjukkan gabungan 2 keadaan atau sifat yang saling kontras dan sebenarnya tidak bisa digabungkan, longgar tapi tersendat, dan lapang tapi bertukul/bermartil atau berpenghalang. Ini adalah perilaku dari orang yang tidak jujur, munafik, dan suka berpura-pura baik.

3. Bagai guna-guna, alu setelah menumbuk dicampakkan (Menghargai sewaktu diperlukan, membuang setelah dianggap tidak berguna lagi). Ini adalah perilaku seorang pengambil yang sangat egois, "biar orang sedunia mati, asal aku hidup." Ini juga orang yang sudah hilang kesadarannya, karena kalau masih sadar, dia pasti tidak mau menerima perlakuan seperti itu dari orang lain. Peribahasa ini serupa dengan "Habis manis sepah dibuang."

4. Asal ditugal adalah benih. Tugal bermakna melubangi tanah kebun dengan kayu untuk dijadikan tempat menanam benih. Peribahasa ini bisa dimaknai sebagai: Setiap usaha tentu akan ada hasilnya, atau: Hendaknya jangan memikirkan dari mana datangnya pertolongan, tetapi pikirkan dulu untuk bekerja. Orang yang tidak mengamalkan peribahasa ini cenderung menjadi pemalas dan hanya menggantungkan hidupnya pada orang lain dan merugikan orang lain.
 
5. Putih mengandung awan kelamboja mengandung hujan (Perihal hakim yang mencurigai terdakwa yang belum terbukti bersalah). Ini adalah perilaku orang yang menganggap dirinya paling benar, berprasangka kepada orang lain, dan melanggar azas praduga tak bersalah.

6. Kalau hendak geneng di tepian, bawa labu kecil liang, rasakan penuh ditumpahkan (Orang yang hendak memperlihatkan ketinggian diri pada khalayak ramai). Ini perilaku orang yang memandang rendah orang lain dan tidak bisa menyadari bahwa apa yang dia lakukan sama sekali tidak ada gunanya, karena: Di atas langit masih ada langit.

7. Menggunting dalam lipatan (Mencelakakan saudara atau teman sendiri). Keegoisan, hendak selamat badan sendiri, dan tidak peduli dengan kerugian yang ditimbulkan kepada orang lain, juga menjadi karakteristik orang ini.

Setelah membaca 7 peribahasa di atas, marilah kita senantiasa mengingat 3 peribahasa selanjutnya:

8. Busuk berbau jatuh berdebuk (Sesuatu yang jahat itu bagaimanapun disembunyikan suatu saat akan ketahuan juga). Ini adalah perilaku dari orang yang berhati jahat, sekaligus egois dan tidak peduli, sampai-sampai dia abai dengan perbuatannya yang bisa dinilai orang lain, cepat atau lambat perbuatan itu terlihat dan disadari orang lain yang menjadi korban itu. 

Semakin sering seseorang melakukan sesuatu yang jahat, semakin tidak pedulilah dia dengan orang lain yang menerima dampak perbuatannya. Yang lebih mengerikan lagi, dia akan menjadi orang yang munafik ketika mengajari kebaikan kepada anak-anaknya, tipikal orang yang mengucapkan kebaikan namun tidak melakukannya.

9. Salah cotok melantingkan (Jika berbuat salah, harus mau memperbaikinya). Dengarkan hati nurani yang tidak pernah menyarankan hal-hal yang buruk, agar perbaikan bisa dilakukan dengan cepat,  jangan menunggu sampai:

10. Arang itu jikalau dibasuh dengan air mawar sekalipun, tiada akan putih (Tabiat orang yang dasarnya sudah buruk, tidak akan dapat diperbaiki lagi). Jadi jangan biasakan berperilaku buruk sampai menjadi "dasar" dan tidak ada lagi jalan kembali. Sebuah peribahasa China mengingatkan kita akan hal ini: Kuhai wubian, huitou shi'an (Lautan kepahitan/penderitaan tiada bertepi, palingkanlah kepala/wajah ke arah pantai), atau kembalilah ke jalan yang benar, sebelum terlalu jauh melayari lautan itu, karena pada dasarnya semua manusia itu diciptakan baik.

Demikian Mewaspadai Perilaku Buruk dengan 10 Peribahasa ini, jika ada yang masih kurang, silahkan cari di buku-buku peribahasa atau sumber-sumber daring. Hanya dengan berpedoman pada peribahasa-peribahasa di atas dan mengamalkannya, baru kita bisa memberikan teladan untuk dipedomani dan diamalkan oleh anak-anak, jangan ada dusta di antara kita.

Jonggol, 15 Juni 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun