Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Mencapai Kesuksesan, Melalui Aplikasi Kaizen

9 Juni 2021   12:23 Diperbarui: 9 Juni 2021   12:23 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://accurate.id/marketing-manajemen/kaizen-adalah/

Kaizen.

Mestinya, judul lengkap artikel ini adalah Tips Mencapai Kesuksesan: Aplikasi Kaizen ala Ivan Burnell.

Pernahkah Anda melihat sebuah bisnis, bisnis yang sangat besar, masuk ke komunitas Anda, mengadakan perayaan pembukaan yang besar, tampak berjalan dengan baik, dan seumur jagung kemudian........... out of business?

Nothing last forever (tak ada yang abadi) bisa dimaknai sebagai "keabadian" dalam bisnis bersifat relatif. Lama atau sebentarnya kebertahanan sebuah bisnis tergantung pada banyak faktor.

Ada ungkapan yang dulu sering saya dengar dari orang tua-tua: sebaik-baiknya sebuah bisnis dijalankan, paling banter cuma bisa bertahan selama 3 generasi saja. Sebuah ungkapan yang sangat pesimistik dan membatasi keabadian tadi hanya untuk kurun waktu, katakanlah 50-60 tahun.

Keabadian yang lebih panjang, terlepas dari cara tak terpuji yang ditempuh oleh petinggi perusahaannya, terlihat misalnya pada Lehman Brothers, yang berdiri sejak 1850 dan akhirnya juga out of business (ini saya sebut dengan gaya humor: mahagultik atau malam hari gulung tikar) pada 15 September 2008, sebuah rekor keabadian dari 158 tahun.

Sebuah contoh perusahaan di Indonesia yang sudah menganihilasi ungkapan "3 generasi" di atas adalah PT HM Sampoerna Tbk., produsen Djie Sam Soe (234), merek rokok kretek pertama di Indonesia, berdiri sejak 1913, 108 tahun yang lalu.

Ivan Burnell pernah berbagi cerita kepada saya:
Ivan dipanggil untuk bekerja dengan pemilik sebuah restoran yang telah mengalami mahagultik, katakanlah namanya Leonard.
Leonard ingin memiliki sebuah restoran "hebat" yang menyajikan makanan "hebat," untuk makan siang dan makan malam. Dia juga seorang chef yang luar biasa, sangat teliti dalam persiapannya, dan makanannya adalah sebuah karya seni.

Leonard membuka bisnisnya tepat di tengah-tengah 3 gedung kompleks perkantoran, jadi dia pasti memiliki basis pelanggan yang memadai. Dia menghabiskan banyak uang untuk advertensi, jadi semua orang tahu dia ada di sana. Ketika dia akhirnya membuka restorannya, tempat itu selalu terisi penuh.

Lalu, mengapa dengan semua faktor yang menguntungkan ini, dia mahagultik? Jangan kaget. Sederhananya, dia menyajikan makanan yang salah, kepada orang yang salah, dengan cara yang salah, tripel salah?

Pasarnya, tempat makan siang, hanya punya waktu 1 jam atau kurang untuk makan. Dia hanya mempekerjakan satu orang pelayan wanita, yang juga menjabat sebagai penyambut tamu. Restoran Leonard terisi penuh ketika para karyawan kantor beristirahat untuk makan siang.

Leornard bersikeras mempersiapkan setiap pesanan secara terpisah, demi kesempurnaan. Ini biasanya memakan waktu setidaknya 20 menit, terkadang lebih lama. Akibatnya, banyak orang minggat sebelum mereka duduk, dan mereka yang duduk terkadang pergi tanpa pernah melihat makanan mereka. Tak perlu dikatakan lagi, kabar buruk tersebar dari mulut ke mulut, dengan kecepatan yang mengalahkan advertensi Leonard, pelanggan baru menjauh, dan pelanggan tetap berhenti berkunjung.

Selanjutnya, jangan kaget juga, Ivan mengaplikasikan konsep yang berasal dari Jepang, yakni Kaizen, yang dalam bahasa Inggris disebut Continuous Improvement (Perbaikan yang Terus-menerus).

Kaizen ini dulu sangat populer dan fenomenal, entah kenapa, setidaknya saya sendiri, sudah jarang mendengar konsep ini digaungkan.

Para pembaca sekalian, sambutlah tips mencapai kesuksesan: aplikasi Kaizen ala Ivan Burnell sebagai berikut, mudah-mudahan bisa menjadi sebuah solusi bagi Anda: Definisikan, Rencanakan, Eksekusi, dan Evaluasi (saya amati, sekarang ada orang mengaplikasikan Kaizen dengan tahapan yang lebih banyak).

Tentunya contoh yang saya berikan di bawah ini adalah aplikasi Kaizen untuk restoran si Leonard, namun esensinya bisa Anda aplikasikan ke dalam bisnis apa saja.

1. Definisikan
Sebelum melakukan langkah bisnis apa pun, kita perlu meluangkan cukup banyak waktu untuk memikirkan siapa kita, apa yang kita inginkan dari bisnis kita, dan siapa yang akan kita layani.

Untuk Leonard, sedikit riset tentang siapa calon pelanggan restoran, dan apa yang mereka butuhkan di tempat makan, akan menghemat banyak uang dan mengurangi kerepotan. Jika Leonard tidak ingin mengubah format restoran untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, dia bisa menempatkan restoran di lokasi yang berbeda, di mana orang-orang sekitar, dengan psikologi massa yang berbeda, bisa menghargai apa yang dia lakukan.

Sebuah saran Ivan yang sangat arif:
We can not be everything to everybody, but if we want to stay in business, we had certainly better be something to somebody (Kita tidak bisa menjadi segalanya bagi semua orang, tetapi jika kita ingin bertahan dalam bisnis, kita tentu lebih baik menjadi sesuatu bagi seseorang).

2. Rencanakan
Setelah mengetahui siapa diri dia, apa yang akan dia lakukan, dan siapa yang akan dia layani, Leonard bisa mulai mengerjakan rencana kelangsungan hidup dan pertumbuhan.
a. Bagaimana melayani pelanggan, membangkitkan penjualan tambahan, dan bertumbuh?
b. Langkah-langkah apa yang perlu diaplikasikan agar mencapai tingkat produktivitas berikutnya?
c. Mengingat di mana keberadaan restoran Leonard di pasar, apa yang perlu dicapai untuk pindah ke tingkat kesuksesan berikutnya?
d. Apa yang akan menjadi investasi keuangan, dan berapa banyak yang harus menjadi modal risiko?
e. Dari mana semua pelanggan baru akan datang?
f. Bagaimana Leonard akan memasarkan produknya ke kelompok pelanggan baru? Pertanyaan-pertanyaan ini, dan banyak lagi, perlu dijawab, secara mendalam, saat Leonard mengembangkan rencananya.

3. Eksekusi
Nah, sekarang Leonard sudah tahu siapa dirinya, siapa yang akan dia layani, apa yang dia bisa berikan, memiliki visi yang jelas ke mana dia ingin pergi, dan tahu langkah-langkah yang diperlukan untuk sampai ke sana. Sekarang juga, go get it (eksekusi rencana itu). Omong-omong, akan ada harga yang harus Leonard bayar untuk naik ke level berikutnya. Tergantung di mana dia berada dan ke mana dia ingin pergi, harga ini bisa sangat mahal.

4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara berkala setelah mengeksekusi rencana, agar bisa mengidentifikasi masalah apa lagi yang solusinya belum tersedia, dan mengaplikasikan lagi Kaizen, dalam skala yang lebih kecil, sehingga Kaizen yang dilaksanakan terus menerus itu juga mencakup siklus
definisikan - rencanakan - eksekusi - dan evaluasi baru, jika ditemukan masalah baru.

Bisa jadi, tips mencapai kesuksesan: aplikasi Kaizen ini juga dijalankan dalam dunia bisnis di Indonesia dengan cara yang berbeda, tetapi seperti kata saya di atas, yang ini adalah Kaizen ala Ivan Burnell.

Jonggol, 9 Juni 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun