- Kebutuhan sang kakak lebih banyak, buktinya uang jajan harian kakak saja lebih banyak. Sama rata sama rasa itu lebih tepat dimaknai sebagai sama adil sama rasa. Besaran uang jajan kakak itu adalah adil bagi kakak maupun adik yang cuma mendapat, katakanlah cuma setengahnya, rasa bagi kakak maupun adik sama.
- Sering baju serupa tidak tersedia dalam ukuran adik. Demikian juga ketika saya hendak membeli baju adik, ukuran untuk kakaknya tidak tersedia.
- Kakak tidak pernah merasa diperlakukan secara tidak adil ketika hanya adiknya yang dibelikan baju, atau ukulele dan sepatu roda, yang memang tidak dia minati. Jadi adik jangan memandang dari jumlah total baju yang dibelikan, tapi dari keadilan yang sama-sama dirasakan oleh kakak maupun adik.
2. Biola
Kakak saya belikan sebuah biola yang sangat bagus, adik menunjukkan tanda-tanda juga kepingin punya biola. Saya menasehati adik untuk menunggu, karena waktunya belum tepat bagi dia untuk memiliki sebuah biola, dengan alasan:
- Agar kakaknya saja yang duluan saya ajari, dibanding dengan kalau adik juga dibelikan, saya akan lebih repot, utamanya dalam membagi waktu, dan ini tidak adil bagi saya. Setahun kemudian, barulah adik saya belikan biola. Lantas siapa yang mengajari dia? Kakaknya. Adil bagi kakak, adik, dan saya sendiri.
3. Perpustakaan
Dengan pemahaman adik yang sudah tumbuh karena pembelajaran no. 1 dan 2 di atas, tanpa diberi pengarahan lebih lanjut, adik menumpang simpan buku koleksinya di perpustakaan pribadi kakak. Dia pun bebas membaca buku koleksi kakaknya kalau dia mau. Agar adik bisa memiliki stempel perpustakaan sendiri, dia tanpa diajari menyabarkan diri untuk menunggu sampai koleksi bukunya harus disimpan dalam rak tersendiri di perpustakaan dia sendiri.
4. Masak-memasak
Dengan sendirinya, ilmu dan seni memasak dipelajari adik dari kakaknya dengan menemani dan membantu kakak memasak masakan yang mereka sepakati bersama.
5. Dengan pembelajaran dalam berbagai hal, utamanya pengerjaan PR, yang didapatkan adik dari kakak, semakin hari adik semakin mandiri belajar sendiri. Saya pun menjalani tahapan yang berpedoman pada Pancasila sakti untuk pribadi dan keluarga. Yang lebih menggembirakan lagi, kedua putri saya juga ikut belajar dan/atau mendalami Pancasila lewat praktik.
Pada artikel berikutnya, saya akan melanjutkan dengan Sila ke-2 dalam masyarakat.
Jonggol, 2 Juni 2021
Johan Japardi