Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Buku yang Saya Sukai dan Tidak Saya Sukai

30 Mei 2021   23:40 Diperbarui: 3 Juli 2021   22:09 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://img1.cgtrader.com/items/2669485/6564b7b21d/library-books-shelves-3d-model-low-poly-max-fbx-c4d-ma-blend.jpg

Sebelum saya uraikan tentang buku kesukaan, saya sampaikan dulu hasil pengamatan saya kenapa saya tidak suka sebuah buku walau menurut kebanyakan orang itu buku bagus, best seller malah. Saya mendapati bahwa sebagian dari kebanyakan orang itu memiliki buku yang juga dia dengar bagus dari orang lain. Buku itu lalu dia beli agar dia bisa mengatakan "aku juga punya" dan disimpan dalam lemari bukunya dalam keadaan masih berbungkus plastik.

Buku yang Tidak Saya Sukai
1. Buku yang Mengandung Kobaran Api
Penilaian banyak orang belum tentu sama dengan penilaian saya. Begitu saya memulai membaca sebuah buku, kesan yang saya peroleh dari permulaan bab pertama itulah yang langsung menjadi bahan bakar pendorong saya untuk terus membaca. Bisa jadi halaman berikutnya justru berisi api yang dengan cepat membakar habis bahan bakar itu dan saya pun tidak meneruskan membaca.

Wow! Jadi seorang penulis itu tidaklah mudah. Dia harus memperhatikan kesinambungan jalinan cerita dalam paragraf pertama, dari paragraf ke paragraf berikutnya, dan dari bab ke bab selanjutnya, yang tidak mengandung sedikit pun api itu.

Kualitas buku yang hanya berisi bahan bakar pendorong ini pertama kali saya temukan semasa kanak-kanak, mulai dari Makna Hidup (The Importance of Living) karya Lin Yutang, lalu cersil-cersil Kho Ping Hoo dan sebagainya, yang sudah saya bagikan dalam beberapa artikel saya sebelumnya.

Bagaimana saya menilai apakah, katakanlah hanya sebuah frasa itu adalah sebuah kobaran api? Saya berikan contoh tanpa menyebut nama buku dan penulisnya, dan saya yakin sebagian pembaca artikel ini pernah membaca buku yang saya maksud dan sebagian lagi akan membacanya.

Coba simak pernyataan berikut:
"Si Polan tidak mau ditunjuk menjadi presiden negara anu dan akhirnya dia diangkat menjadi bapak negara. Ini serupa dengan bapak rumah tangga yang kedudukannya jauh lebih tinggi dan mulia dibanding kepala rumah tangga." Saya enggan menjelaskan mana api dalam kalimat ini, yang bagi saya tidak layak diteruskan baca. Paksa banget.

Boleh jadi pembaca lain sama sekali tidak melihat adanya sang api, dan itulah yang menunjukkan selera orang yang berbeda-beda. Perkataan Yuan Zhonglang, "Tinggalkan buku yang kamu tidak suka baca, dan biarkan orang-orang lain membacanya" bukan berarti kalau seseorang menemukan buku yang isinya jelek, tapi yang tidak sesuai dengan seleranya. Lihat artikel saya: Seni Membaca.

Jika selera sudah tidak sama, standar penilaian masing-masing juga tidak akan sama. Itulah yang mendasari saya untuk "tidak mengatakan bahwa seseorang itu salah, kecuali kalau tidak logis, jauhi dia." Semua orang benar di bawah kondisi masing-masing: Biarkanlah Kata "Salah" Hanya di dalam Kamus: Mengapa Ayam Menyeberangi Jalan? Versi 1.1.

Itulah contoh sebuah buku yang penulisnya hanya kejar target, pokoknya sekian lama sekali harus menerbitkan buku, mumpung ada penerbit yang pasti menerbitkan buku apa pun yang dia tulis, entah itu buku emas maupun besi tua, dan mumpung ada pembaca fanatik.

Pernyataan bahwa "kualitas selalu berbanding terbalik dengan kuantitas" masih dengan sangat mudah diperdebatkan lebih lanjut, bagaimana dengan "kualitas selalu berbanding terbalik dengan eksesivitas?"

2. Buku yang Bukan dalam Cakupan Bidang Pengetahuan Saya
Ini wajar, walau tidak berarti bahwa saya memantangkan membaca buku jenis ini. Salah sebuah buku warisan kakek saya berjudul The Introduction of Quantum Mechanics karya Linus Pauling, seorang pemenang hadiah Nobel, terbit pada 1935. Buku ini sempat hilang dari kepemilikan saya pada 2001, dan saya sangat beruntung bisa menemukannya kembali di sebuah toko buku bekas di Terminal Pasar Senin.

Inilah yang saya sebut keterbatasan jumlah buka membuat orang lebih fokus untuk membaca....... buku yang ada. Sebagian isi buku Pauling ini saya jadikan bahan pembelajaran saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun