Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ku Tak Sendiri, Bersama Itu Indah, Tetanggaku adalah Saudaraku

30 Mei 2021   10:41 Diperbarui: 30 Mei 2021   10:43 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi malam, mulai pukul 19.30, saya bagaikan menaiki sebuah kendaraan dengan teleporter atau mesin teleportasi ala Star Trek, yang membawa saya ke tanggal yang sudah diset sebelumnya, yaitu ke sebuah hari di tahun 1980-an, ketika saya masih di SMA.  

Ini bagi saya sangat istimewa, karena pengalaman seperti itu sudah lama tidak saya rasakan (setidaknya ada rentang 32 tahun): penuh pencerahan dalam suasana yang damai dan sejuk. Namun, yang mau saya ceritakan bukan kejadian tahun 1980-an itu, tapi tadi malam, ketika saya menghadiri acara halalbihalal RT di mana rumah saya menjadi bagiannya.

Acara ini dihadiri (susunan saya buat dari belakang atau baris kedua) oleh RT, RW, Ustaz Letkol Laut Dr. Sri Depranoto, S.Ag, M.Pd., dan Letkol Laut Mohammad Taufik, S.H., seorang pinisepuh warga RT, dan tentunya warga RT sendiri yang sangat guyub dan ramah. Keguyuban ini terlihat dari kursi yang semuanya terisi, dan sebelumnya warga sudah menyelesaikan lapangan serbaguna tempat halalbihalal ini dilaksanakan.

Pembukaan halalbihalal: kata sambutan RT.
Pembukaan halalbihalal: kata sambutan RT.

Acara dimulai dengan kata sambutan dari RT, RW, lalu tausiah dari pak Ustaz, bagian terpenting dari halalbihalal ini.

Ustaz Letkol Laut Dr. Sri Depranoto, S.Ag, M.Pd.,memberikan tausiah.
Ustaz Letkol Laut Dr. Sri Depranoto, S.Ag, M.Pd.,memberikan tausiah.
Tausiah ini sangat mengesankan bagi saya karena belum dimulai saja orang sudah merasa sejuk melihat wajah pak Ustaz yang penuh senyum pembawa damai, yang dengan gelar dan pangkat yang demikian panjang malah memilih untuk berbicara di bawah panggung.

Tausiah pun disampaikan inklusif bagi pemeluk agama yang berbeda-beda, dengan gaya santai dan kocak tapi mencetakkan senyuman sang ustaz ke wajah para hadirin.

Betapa tidak, untuk menjelaskan betapa kita harus sangat bersyukur karena memiliki mata, pak Uztaz mengajak seorang pemuda ke depan lalu ditanyai, ini apa, ini apa, dan dijawab si pemuda dengan cepat.

Mata pemuda itu lalu ditutupi kain oleh pak Ustaz lalu ditanyai lagi, "ini apa, yang saya ambil apa, dll., dan............. yang saya pegang isteri siapa, padahal satu pun tidak ada yang diambil maupun dipegang." Semua pertanyaan ini dijawab si pemuda dengan "tidak tahu, karena tidak kelihatan."

Tausiah dahsyat itu dimulai dengan ajakan untuk bersyukur, dengan mempertimbangkan bagaimana kalau kita mengalami kekurangan satu saja organ tubuh, siapkah kita menerimanya, dan siapkah kita menerima ajal yang tidak menunggu tobat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun