Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengapa Orang Zaman Dulu Bersedia Dijodohkan?

21 Mei 2021   17:52 Diperbarui: 21 Mei 2021   18:19 1574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sinilah muncul segala bentuk cerita yang masih bisa kita saksikan dari film atau media lainnya, termasuk buku, ditambah dengan informasi dari generasi tua yang masih hidup, yang mungkin pernah mengalami sendiri penjodohan itu, atau menyaksikan dan mendengar dari generasi yang lebih tua lagi melalui tradisi lisan.

Zaman now, sisa-sisa tradisi ini masih dijalankan segelintir orang, entah itu dengan bakti sepenuhnya, atau dengan keberatan dalam hati maupun secara terbuka, atau sudah tidak peduli lagi walau melakukan penolakan yang membuat dia dicap put hao, yang sebagaimana halnya penjodohan itu sendiri, sudah dia lihat tidak relevan dengan zaman.

Satu hal yang terlihat jelas sampai sekarang, utamanya pada wanita, adalah mengabaikan penderitaan dan mengubur ketidakbahagiaan mereka demi sesuatu yang kemudian muncul dalam hidupnya, anak-anak.

Di sisi lain dan di negeri lain, orang-orang dengan gampang melakukan perceraian (bahkan dengan tidak mempedulikan anak-anak), dengan pengambil keputusan dari pihak suami, isteri, maupun keduanya. Dunia akan relatif tetap demikian jika pasangan suami isteri tidak duduk berembuk memikirkan solusinya dengan menyingkirkan keegoisan masing-masing.

Saya pernah memberikan advis ringan kepada suami isteri tetangga yang jauh lebih muda dari saya, yang sebentar-bentar bertengkar, dan satu ucapan saya yang paling berkesan bagi mereka, yang saya kaitkan dengan anak-anak mereka, adalah "Coba kalian renungkan, penting nggak menjaga hubungan sesama saudara? Bagaimana dengan kalian sendiri? Kalian lho yang menciptakan dua bersaudara, kalian mau mereka saling akur? Berikan teladan, itu saja."

Jonggol, 21 Mei 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun