Ketika hendak menyelesaikan pendidikan SMA, saya pernah meminjam sebuah buku kimia terbitan Malaysia dari guru kimia saya yang pernah mengajar di sana. Karena ingin memiliki buku ini, saya pun meminta izin sang guru untuk memfotokopinya. Ketertarikan saya akan buku ini bukan karena isinya yang kurang lebih sama dengan buku terbitan Indonesia, tapi karena bahasanya yang terdengar "lucu" di telinga kita, misalnya:
Kadar tindak balas berkadar terus dengan kadar bahan-bahan tindak balas.
(Kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi reaktan)
Kini, definisi dalam kedua bahasa ini telah mengalami pemutakhiran, namun saya masih lebih suka menggunakan definisi yang sudah lengket di otak saya. Hanya kata-kata yang digunakan yang agak berbeda, tapi esensinya tidak berubah.
Saya mendukung penuh minat baca Putri, apa pun jenis bacaannya dan berapa pun jumlahnya. Daya seleksi Putri hanya Putri yang lebih tahu, demikian pula pengaturan waktu kapan membaca buku pembelajaran dan kapan pula novel-novel atau bacaan lain, kapan membaca buku cetak dan kapan pula e-book, yang penting: MEMBACA.
Terakhir, keseimbangan dalam segala hallah yang harus dijaga, bak kata guru olahraga SMP saya, "yang lurus banyak gunanya, yang bengkok ada gunanya."Â
Mari kita jadikan Hari Buku Nasional sebagai penambah semangat membaca ke depannya.
Jonggol, 19 Mei 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H