Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Buku Kesayanganku Saat Masih Anak-anak yang Bukan Berbentuk Buku

18 Mei 2021   22:53 Diperbarui: 19 Mei 2021   10:30 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin berhembus berhembus layar terkembang
Angin berhembus berhembus layar terkembang
Sampan melonjak melonjak main gelombang
Sampan melonjak melonjak main gelombang

Sedikit tidak ya tidak merasa bimbang
Sedikit tidak ya tidak merasa bimbang
Tugas nelayan nelayan dalam berjuang
Tugas nelayan nelayan dalam berjuang

3. Silalaule Silalaukong
Silalaule silalaukong, anak kecil hendak digendong
Ambil duit seringgit potong, hendak membeli kain penggendong.

Semasa saya masih berada di SD, di sekolah kami pernah diadakan kontes untuk anak-anak yang menyanyikan 3 lagu ini, dan sampai dewasa pun, setiap kali saya ke Medan dan bertemu sahabat saya yang mahir bermain gitar, kami selalu meluangkan waktu untuk menyanyikannya.

Ini jelas berbeda dengan buku SD yang dipelajari di SD, dst, karena selain bisa mengingat maknanya, kami pun tidak pernah tidak asyik dengan alunan irama lagunya. Itulah kehebatan "buku" karya wak Uteh.

Terlalu luas cakupan pembelajaran yang bisa saya petik dari lagu-lagu ini, jadi saya ringkaskan saja sbb:
1. Apresiasi pantun dan tatakrama.
2. Menghargai jasa orangtua dan selalu hormat, patuh, dan berbakti kepada mereka.
3. Menghargai jasa para nelayan yang telah bersusah payah menyediakan hasil laut yang kita santap.
4. Tidak berfokus pada kesusahan hidup, tapi selalu mencari cara untuk menerima keadaan, dan yang paling penting, berserah kepada Sang Pencipta.

Salam penuh hormat saya kepada wak Uteh, yang telah menghasilkan begitu banyak orang terpelajar dan tercerahkan, yang bukan ditandai dengan ijazah yang mereka miliki, dan bukan pula melalui buku-buku.

Jonggol, 18 Mei 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun