Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lin Yutang yang Sangat Terkenal di Zamannya

8 Mei 2021   09:43 Diperbarui: 8 Mei 2021   15:23 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berpose di depan poster Lin Yutang di Rumah Lin Yutang di Yangmingshan, Taipei, Taiwan, 26 Juni 2010.

Diolah dari berbagai catatan harian Johan Japardi.

Pengantar dari Wikipedia:
Lin Yutang* (10 Oktober 1895 - 26 Maret 1976) adalah seorang penemu, ahli bahasa, novelis, filsuf, dan penerjemah China. Gayanya yang informal tetapi dipoles dalam bahasa China dan Inggris menjadikannya salah seorang penulis paling berpengaruh di generasinya, dan kompilasi serta terjemahannya dari teks-teks klasik China ke dalam bahasa Inggris menjadi buku terlaris di Barat.

*Pengecekan dengan Kamus Minnan-Inggris-Minnan Mary Knoll menunjukkan bahwa dalam dialek Hokkien, nama ini dibaca Lim Gitong, almarhum ayah saya menyebutnya Lim Butong.

Lin Yutang lahir sebagai Lin Holok di kota Banzi (Poa'a), Provinsi Fujian, pada 10 Oktober 1895, anak ke-7 dari 8 bersaudara, putra seorang pendeta Presbiterian. Kehidupan awal Lin berkisar di antara gereja dan pelayanan. Lin Yutang mengatakan, "Salah sebuah kenangan paling awal saya sebagai seorang anak adalah meluncur dari atap gereja." Ayah Lin Yutang yang sangat mengagumi pemikiran dan inovasi Barat menanamkan kepada anak-anaknya untuk haus akan segala hal yang baru dan modern.

Menulis tentang Lin Yutang tidak mungkin cukup hanya dalam format artikel. Pada 10 Desember 1999 Ryan M. Murray menerbitkan sebuah tesis tipis berjudul Lighting a Candle and Cursing the Darkness: A Brief Biography of Lin Yutang (Menyalakan Sebatang Lilin dan Mengutuk Kegelapan: Sebuah Biografi Singkat Lin Yutang). Pada 2004 saya sempat mengunduh tesis ini dari http://www.g8ina.enta.net/lin.htm, namun sekarang tautan ini sudah tidak bisa dibuka. Judul tesis ini merupakan adaptasi dari peribahasa China, "Lebih Baik Menyalakan Sebatang Lilin Ketimbang Mengutuk Kegelapan" yang pernah saya jadikan kalimat penutup artikel saya: Mengajari Anak Batak Aksara Batak: Metode Sim-ak. Alasan Ryan adalah karena kehidupan Lin Yutang dan kesibukannya dalam mengembangkan sebuah pemahaman tentang Barat sering kali menghasilkan dua tanggapan yang tersirat dalam peribahasa ini.

Tulisan putri kedua Lin Yutang, Lin Taiyi (Anor Lin), yang ditemukan dalam Our Family (Keluarga Kami) karya Adet Lin dan Anor Lin, New York, The John Day Company, 1939), hlm. 24:
Menurut standar saya, ayah adalah seorang penulis sejati, atau barangkali saya hanya menyombongkan diri. Ketika ayah menulis, tampaknya beliau berkuasa penuh dan tak seorang pun yang berani mengganggu beliau, kecuali para penjaja makanan. Benar-benar pemandangan yang sangat menarik melihat beliau menulis. Jika Anda memasuki ruang baca beliau, itu hanya sebuah ruangan yang sederhana tetapi menyenangkan, penuh rak-rak buku dan terdapat sebuah meja kerja yang selalu rapi. Beliau biasanya menutup semua pintu ketika sedang bekerja dan seperti yang sudah saya katakan, tak seorang pun yang berani mengganggu ayah. Dan ketika beliau selesai bekerja, Anda bisa melihat asap rokok bak awan mengepul di udara dan bau menyengat dari pipa cangklong.

Lalu mengapa saya menulis tentang Lin Yutang, bukannya tentang penulis lain yang terkenal? Saya memiliki beberapa alasan:
1. Kami dari 3 generasi berturut-turut, kakek saya Yap Chenghuat (1904-1970), ayah saya Yap Posek (1937-1997), dan saya sendiri menjadikan Lin Yutang sebagai penulis favorit kami. Menurut saya orang yang memulai membaca 1 buku saja yang ditulis oleh Lin Yutang adalah segelintir di antara orang-orang yang cukup beruntung diberi sebuah hak istimewa untuk mengenal orang besar ini. Buku yang saya maksudkan adalah The Importance of Living (Pentingnya Hidup) atau jika diterjemahkan dari bahasa Mandarin, Makna Hidup. Ini satu-satunya buku Lin Yutang dalam bahasa Inggris yang saya warisi dari almarhum kakek saya, edisi pertama, diterbitkan oleh John Day dalam kerjasama dengan Reynal & Hitchcock, New York, 1937. Sebuah buku langka yang sudah berusia 84 tahun dan semakin hari semakin lapuk. Buku ini sekarang dilelang di AbeBooks.com dengan harga USD 1.500.

dokpri
dokpri
Koleksi di Perpustakaan Pribadi Johan Japardi: The Importance of Living, edisi pertama, John Day and Reynal & Hitchcock, New York, 1937.

Jika ada 1 orang saja pembaca artikel ini yang menjadi tertarik untuk menggali lebih banyak tentang Lin Yutang, dia akan menjadi 1 orang lagi yang beruntung bisa menikmati hak istimewa yang saya maksudkan.

2. Sebagai orang yang sangat terkenal semasa hidupnya, Lin Yutang bukan hanya menulis begitu banyak buku (yang dalam bahasa Inggris saja ada hampir 40 judul, yang semua cetakan barunya saya miliki dalam sekali beli, lihat: Koleksi Buku di Perpustakaan Pribadi Johan Japardi), namun Lin Yutang juga bersahabat dengan para penulis terkenal lainnya, di antaranya Kawabata Yasunari, penulis Jepang yang memenangi hadiah Nobel dalam bidang sastra pada 1968 (lihat: Bunga Tak Sebanding Wanita).

Dalam artikel ini saya juga menyebutkan bahwa Lin Yutang tadinya juga bersahabat dengan Pearl Sydenstricker Buck, novelis Amerika dan Pearl inilah yang melihat bakat besar Lin Yutang dan menyemangati dia untuk mulai menulis. Entah kenapa belakangan mereka bermusuhan. Pearl adalah penulis novel yang mendapat banyak pujian kritis, The Good Earth (Bumi yang Baik, sudah ada versi bahasa Indonesianya). Atas dorongan Pearl, Lin Yutang memutuskan untuk menulis buku dalam bahasa Inggris tentang China khusus untuk pembaca Barat. Pada 1935, dia menerbitkan My Country and My People (Negaraku dan Bangsaku), sebuah penggambaran tanpa malu-malu sekaligus intim tentang orang-orang dan pola pikir China. Buku ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, dan menjadikan Lin Yutang  sebagai penulis China pertama yang mencapai puncak daftar buku terlaris New York Times.

Lin Yutang pindah ke Amerika Serikat dan menetap di New York setelah menerbitkan My Country and My People. Pada 1937 dia menerbitkan karyanya The Importance of Living yang saya sebutkan di atas, sebuah cikal bakal buku "self-help" modern (HARAP DICATAT!) yang diisi dengan observasi filosofis, yang juga masuk dalam daftar best-seller nasional AS sepanjang tahun 1938. Lin Yutang menjadi kurang berpengaruh di kalangan penulis China, namun menjadi sukses di tingkat internasional, dengan terjemahan bahasa Inggrisnya dari teks China, catatan sejarah, dan novel. Dia adalah seorang penulis yang produktif selama 30 tahun berikutnya.

Lin Yutang melihat dirinya sebagai "warga dunia", seorang duta besar yang membawa budaya China ke barat, dan yang mendorong komunikasi antara Timur dan Barat. Chinese Short Stories Retold (Pengisahan Ulang Cerpen China) Lin Yutang adalah terjemahan sastra klasik China yang sangat terkenal. Lin Yutang juga mendapatkan ketenaran karena menciptakan metode baru dalam bahasa Mandarin dan membuat indeks aksara Mandarin.

Lin Yutang selamanya adalah seorang pengadvokasi kenikmatan hidup, memiliki reputasi untuk bermalas-malasan, mendorong pengejaran waktu bersantai, kenyamanan, makanan, tembakau, dan relaksasi. The Importance of Living berisi pengamatan tentang kesenangan hidup sederhana dan kebahagiaan spiritual. Banyak kutipan filosofis dalam buku tersebut, antara lain:
1. "If you can spend a perfectly useless afternoon in a perfectly useless manner, you have learned how to live."
"Jika Anda bisa menghabiskan sore yang benar-benar tidak bermanfaat dengan cara yang benar-benar tidak bermanfaat, Anda telah belajar bagaimana hidup."
2. "The most bewildering thing about man is his idea of work and the amount of work he imposes upon himself, or civilization has imposed upon him. All nature loafs, while man alone works for a living."
"Hal yang paling membingungkan tentang manusia adalah gagasannya tentang pekerjaan dan jumlah pekerjaan yang dia paksakan pada dirinya sendiri, atau dipaksakan oleh peradaban padanya. Semua yang ada di alam bermalas-malas, sementara manusia sendiri bekerja untuk mencari nafkah."
3. Mengutip ucapan Konfusius:
"Truth does not depart from human nature. If what is regarded as truth departs from human nature, it may not be regarded as truth."
"Kebenaran tidak terpisah dari sifat manusia. Jika apa yang dianggap sebagai kebenaran terpisah dari sifat manusia, maka ia tidak bisa dianggap sebagai kebenaran."

Menurut saya sebenarnya Lin Yutang sangat pantas memenangi hadiah Nobel itu. Terlebih lagi, Lin Yutang adalah orang yang menginvensi mesin tik beraksara China yang dia namakan mesin tik Ming Kwai, sebuah mesin tik elektromekanik yang dia patenkan dengan nomor 2613795, diajukan pada 17 April 1946, dan diterbitkan oleh Kantor Paten dan Merek Dagang Amerika Serikat pada 14 Oktober 1952.

Di sini saya hanya akan menguraikan tentang beberapa judul buku karya Lin Yutang:
Pada 1939, Lin Yutang menerbitkan Moment in Peking (Momen di Peking), sebuah novel yang mengikuti kehidupan dua keluarga China selama 40 tahun. Novel ini telah dituangkan ke dalam seri drama. Pada 1942, The Wisdom of China and India (Kearifan China dan India, sekarang dikenal juga sebagai Chindia) mengeksplorasi lebih jauh humanisme China. Between Tears and Laughter (Antara Tawa dan Airmata, yang ditulis selama Perang Dunia II, adalah permohonan getir Lin Yutang agar Barat mengubah perspektif mereka tentang tatanan dunia. Dalam buku ini dia menulis:
"Misi orang berkulit putih telah menjadi sebuah paradoks dan bumerang. Orang berkulit putih memberi orang berkulit kuning langsat Alkitab dan senjata. Seharusnya mereka hanya memberikan Alkitab, yang mereka sendiri tidak gunakan, dan menjauhkan senjata yang mereka sendiri paling ahli menggunakannya."

Lin Yutang kembali ke China untuk beberapa perjalanan singkat selama perang. Dia dan keluarganya pernah selamat dari serangan Jepang. Dia menerbitkan Vigil of a Nation (Berjaga-jaganya Sebuah Bangsa) pada 1944, sebuah buku harian ambisius tentang perang dan pergolakan sosial yang dia saksikan di tanah airnya. Setelah perjalanan singkat kembali ke China pada tahun 1954, dia kembali ke Amerika Serikat, dan tak pernah lagi mengunjungi China daratan.

Lin Yutang tetap menjadi seorang antikomunis yang gigih, yang semakin membuat dia terasingkan dari China. Dalam novelnya, Looking Beyond (Melihat Jauh), 1955, dia menyajikan pandangan utopis tentang kehidupan, menegaskan tema-temanya tentang pengejaran hedonistik akan anggur, wanita, dan makanan. Meskipun mengakui doktrin Daoisme tentang pencarian kesenangan, pada 1959, Lin secara terbuka meninggalkan "paganisme" dan kembali ke agama Kristen yang dia anut di masa mudanya.

Selama tahun 1960-an Lin Yutang menerjemahkan dan mengedit teks-teks China, dan menulis beberapa novel lagi. Pada 1973 dia menerbitkan kamus bahasa Mandarin-Inggris, dan pada 1975 dia menulis Memoirs of an Octogenarian (Memoar Seseorang yang Berusia Delapanpuluhtahunan). Lin Yutang dinominasikan pada tahun 1975 untuk Hadiah Nobel Sastra.

Di tahun-tahun terakhirnya, Lin Yutang tinggal di Taiwan dan di Hong Kong, tempat putrinya bekerja. Lin Yutang meninggal pada usia 81 tahun (82 tahun menurut usia China) di Hong Kong pada 26 Maret 1976, karena gagal jantung setelah menderita pneumonia. Dia dimakamkan di Yangmingshan, Taipei, Taiwan. Saya pernah mengunjungi Rumah Lin Yutang di Yangmingshan pada 26 Juni 2010 dan akan mengisahkan tentang  perjalanan saya ini dalam artikel lain.

Penerbitan ulang semua buku Lin Yutang oleh penerbit di China belakangan ini merupakan hal yang sangat menggembirakan, karena tampaknya Lin Yutang telah semakin dilupakan oleh masyarakat kontemporer, dan semakin tenggelam dalam ketidakjelasan, mungkin oleh pemisahannya sendiri dari dunia tulis menulis menjelang akhir hidupnya. Akan tetapi, di sini, di balik berjuta-juta kata yang pernah ditulis oleh sang penulis dan filsuf yang sangat produktif ini selama hidupnya, ada seorang manusia nyata dengan gagasan-gagasan yang nyata. Karir Lin Yutang sebagai penulis dan karya-karyanya yang penting telah mengungkapkan siapa dia sebenarnya: seseorang yang sangat disibukkan dengan penyakit dari dua masyarakat di mana
dia hidup (Timur dan Barat), dan tanpa lelah bekerja untuk menjembatani kesenjangan di antara kedua masyarakat.

Saya belum menemukan seorang penulis lain sehebat dan seproduktif Lin Yutang. Saya yang sudah membaca semua buku Lin Yutang yang saya miliki, melihat dengan jelas, bahwa seseorang yang sudah menulis demikian banyak buku tidak bisa menghindarkan diri dari repetisi dari isi buku yang dia tulis sebelumnya.

Bagi saya, mengulik kehidupan individu yang begitu menarik ini lebih seperti mencoba mendeskripsikan masakan kari hanya dengan lidah (tanpa melibatkan hidung dsb.), namun esensi uniknya langsung terungkap. Jika ada orang yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk mengembangkan pemahaman antara Timur dan Barat, dialah Lin Yutang.

Salam dan selamat untuk pembaca yang membaca artikel ini dengan serius.

Addendum Pascatayang:
Lin Yutang memperoleh gelar sarjana dari Universitas St. John di Shanghai, gelar master dalam bidang sastra komparatif dari Universitas Harvard, dan gelar doktor dalam bidang linguistik dari Universitas Leipzig di Jerman.

Jonggol, 8 Mei 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun