Lin Yutang pindah ke Amerika Serikat dan menetap di New York setelah menerbitkan My Country and My People. Pada 1937 dia menerbitkan karyanya The Importance of Living yang saya sebutkan di atas, sebuah cikal bakal buku "self-help" modern (HARAP DICATAT!) yang diisi dengan observasi filosofis, yang juga masuk dalam daftar best-seller nasional AS sepanjang tahun 1938. Lin Yutang menjadi kurang berpengaruh di kalangan penulis China, namun menjadi sukses di tingkat internasional, dengan terjemahan bahasa Inggrisnya dari teks China, catatan sejarah, dan novel. Dia adalah seorang penulis yang produktif selama 30 tahun berikutnya.
Lin Yutang melihat dirinya sebagai "warga dunia", seorang duta besar yang membawa budaya China ke barat, dan yang mendorong komunikasi antara Timur dan Barat. Chinese Short Stories Retold (Pengisahan Ulang Cerpen China) Lin Yutang adalah terjemahan sastra klasik China yang sangat terkenal. Lin Yutang juga mendapatkan ketenaran karena menciptakan metode baru dalam bahasa Mandarin dan membuat indeks aksara Mandarin.
Lin Yutang selamanya adalah seorang pengadvokasi kenikmatan hidup, memiliki reputasi untuk bermalas-malasan, mendorong pengejaran waktu bersantai, kenyamanan, makanan, tembakau, dan relaksasi. The Importance of Living berisi pengamatan tentang kesenangan hidup sederhana dan kebahagiaan spiritual. Banyak kutipan filosofis dalam buku tersebut, antara lain:
1. "If you can spend a perfectly useless afternoon in a perfectly useless manner, you have learned how to live."
"Jika Anda bisa menghabiskan sore yang benar-benar tidak bermanfaat dengan cara yang benar-benar tidak bermanfaat, Anda telah belajar bagaimana hidup."
2. "The most bewildering thing about man is his idea of work and the amount of work he imposes upon himself, or civilization has imposed upon him. All nature loafs, while man alone works for a living."
"Hal yang paling membingungkan tentang manusia adalah gagasannya tentang pekerjaan dan jumlah pekerjaan yang dia paksakan pada dirinya sendiri, atau dipaksakan oleh peradaban padanya. Semua yang ada di alam bermalas-malas, sementara manusia sendiri bekerja untuk mencari nafkah."
3. Mengutip ucapan Konfusius:
"Truth does not depart from human nature. If what is regarded as truth departs from human nature, it may not be regarded as truth."
"Kebenaran tidak terpisah dari sifat manusia. Jika apa yang dianggap sebagai kebenaran terpisah dari sifat manusia, maka ia tidak bisa dianggap sebagai kebenaran."
Menurut saya sebenarnya Lin Yutang sangat pantas memenangi hadiah Nobel itu. Terlebih lagi, Lin Yutang adalah orang yang menginvensi mesin tik beraksara China yang dia namakan mesin tik Ming Kwai, sebuah mesin tik elektromekanik yang dia patenkan dengan nomor 2613795, diajukan pada 17 April 1946, dan diterbitkan oleh Kantor Paten dan Merek Dagang Amerika Serikat pada 14 Oktober 1952.
Di sini saya hanya akan menguraikan tentang beberapa judul buku karya Lin Yutang:
Pada 1939, Lin Yutang menerbitkan Moment in Peking (Momen di Peking), sebuah novel yang mengikuti kehidupan dua keluarga China selama 40 tahun. Novel ini telah dituangkan ke dalam seri drama. Pada 1942, The Wisdom of China and India (Kearifan China dan India, sekarang dikenal juga sebagai Chindia) mengeksplorasi lebih jauh humanisme China. Between Tears and Laughter (Antara Tawa dan Airmata, yang ditulis selama Perang Dunia II, adalah permohonan getir Lin Yutang agar Barat mengubah perspektif mereka tentang tatanan dunia. Dalam buku ini dia menulis:
"Misi orang berkulit putih telah menjadi sebuah paradoks dan bumerang. Orang berkulit putih memberi orang berkulit kuning langsat Alkitab dan senjata. Seharusnya mereka hanya memberikan Alkitab, yang mereka sendiri tidak gunakan, dan menjauhkan senjata yang mereka sendiri paling ahli menggunakannya."
Lin Yutang kembali ke China untuk beberapa perjalanan singkat selama perang. Dia dan keluarganya pernah selamat dari serangan Jepang. Dia menerbitkan Vigil of a Nation (Berjaga-jaganya Sebuah Bangsa) pada 1944, sebuah buku harian ambisius tentang perang dan pergolakan sosial yang dia saksikan di tanah airnya. Setelah perjalanan singkat kembali ke China pada tahun 1954, dia kembali ke Amerika Serikat, dan tak pernah lagi mengunjungi China daratan.
Lin Yutang tetap menjadi seorang antikomunis yang gigih, yang semakin membuat dia terasingkan dari China. Dalam novelnya, Looking Beyond (Melihat Jauh), 1955, dia menyajikan pandangan utopis tentang kehidupan, menegaskan tema-temanya tentang pengejaran hedonistik akan anggur, wanita, dan makanan. Meskipun mengakui doktrin Daoisme tentang pencarian kesenangan, pada 1959, Lin secara terbuka meninggalkan "paganisme" dan kembali ke agama Kristen yang dia anut di masa mudanya.
Selama tahun 1960-an Lin Yutang menerjemahkan dan mengedit teks-teks China, dan menulis beberapa novel lagi. Pada 1973 dia menerbitkan kamus bahasa Mandarin-Inggris, dan pada 1975 dia menulis Memoirs of an Octogenarian (Memoar Seseorang yang Berusia Delapanpuluhtahunan). Lin Yutang dinominasikan pada tahun 1975 untuk Hadiah Nobel Sastra.
Di tahun-tahun terakhirnya, Lin Yutang tinggal di Taiwan dan di Hong Kong, tempat putrinya bekerja. Lin Yutang meninggal pada usia 81 tahun (82 tahun menurut usia China) di Hong Kong pada 26 Maret 1976, karena gagal jantung setelah menderita pneumonia. Dia dimakamkan di Yangmingshan, Taipei, Taiwan. Saya pernah mengunjungi Rumah Lin Yutang di Yangmingshan pada 26 Juni 2010 dan akan mengisahkan tentang  perjalanan saya ini dalam artikel lain.
Penerbitan ulang semua buku Lin Yutang oleh penerbit di China belakangan ini merupakan hal yang sangat menggembirakan, karena tampaknya Lin Yutang telah semakin dilupakan oleh masyarakat kontemporer, dan semakin tenggelam dalam ketidakjelasan, mungkin oleh pemisahannya sendiri dari dunia tulis menulis menjelang akhir hidupnya. Akan tetapi, di sini, di balik berjuta-juta kata yang pernah ditulis oleh sang penulis dan filsuf yang sangat produktif ini selama hidupnya, ada seorang manusia nyata dengan gagasan-gagasan yang nyata. Karir Lin Yutang sebagai penulis dan karya-karyanya yang penting telah mengungkapkan siapa dia sebenarnya: seseorang yang sangat disibukkan dengan penyakit dari dua masyarakat di mana
dia hidup (Timur dan Barat), dan tanpa lelah bekerja untuk menjembatani kesenjangan di antara kedua masyarakat.
Saya belum menemukan seorang penulis lain sehebat dan seproduktif Lin Yutang. Saya yang sudah membaca semua buku Lin Yutang yang saya miliki, melihat dengan jelas, bahwa seseorang yang sudah menulis demikian banyak buku tidak bisa menghindarkan diri dari repetisi dari isi buku yang dia tulis sebelumnya.
Bagi saya, mengulik kehidupan individu yang begitu menarik ini lebih seperti mencoba mendeskripsikan masakan kari hanya dengan lidah (tanpa melibatkan hidung dsb.), namun esensi uniknya langsung terungkap. Jika ada orang yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk mengembangkan pemahaman antara Timur dan Barat, dialah Lin Yutang.
Salam dan selamat untuk pembaca yang membaca artikel ini dengan serius.