Sampai di sini saya bercerita, saya sedang bergumul untuk tidak meneteskan sang airmata!
Siti kemudian harus dirawat di sebuah rumahsakit kecil dan diberi cairan infus. Syukurlah, keesokan harinya, Yang Mahakuasa berkehendak lain. Berita tentang keadaan Siti sampai juga ke telinga Suryani, istri Ulong. Tanpa membuang-buang waktu, Suryani pun bergegas ke rumahsakit itu dengan menumpang betor (becak bermotor).
Suryani pun lalu turun dari betor dan bergegas ke kamar tempat Siti dirawat. Mereka sempat bercerita selama hampir 2 jam, dan setelah menitipkan buah-buahan yang dibawanya dan sejumlah uang untuk Siti, Suryani pun pulang ke rumah.
Tak lama kemudian suaminya pulang dan terjadilah percakapan yang kurang lebih seperti ini:
Suryani: Maaf bang, ternyata abang Masrat.
Ulong: Maksudmu dek?
Suryani: Manusia sesat raja tega.
Ulong: ????
Saya pangkas pembicaraan ini, tapi akhirnya Suryani berhasil menyadarkan Ulong bahwa selama ini dia lebih banyak membantu teman-temannya yang bukannya berkekurangan, sedangkan adiknya, Ongah, dalam keadaan morat-marit juga bisa melakukan hal yang sama. Namun, sekarang, saat adiknyalah yang benar-benar butuh bantuan, dia berpangkutangan.
Suryani adalah seorang perempuan yang sangat respek terhadap suaminya, dan perkataannya dari awal sampai akhir tidak disampaikannya dalam keadaan marah-marah. Anda mau tahu, apa ucapan Suryani yang bagaikan sebuah sengatan listrik dan serta-merta menyadarkan Ulong?
"Bang, saya sama sekali tidak berhak menggurui abang, apalagi mengatur-ngatur. Saya hanya berharap abang mau memikirkan apa yang sudah saya katakan tadi, sekaligus sekarang memohon abang untuk mempertimbangkan:
Sampaikah amal abang di bulan suci ini kepada fakir miskin dan anak-anak terlantar yang tidak abang kenal sama sekali, sedangkan adik kandung abang, yang keluar dari rahim bunda yang sama dengan abang, malah abang perlakukan sebagai orang yang tak dikenal?"
Terenyuhlah hati si Ulong dan dia pun mengajak Suryani untuk menjemput Ongah dan bersama-sama mereka ke rumahsakit itu. Tak berapa lama kemudian, keadaan Siti pulih kembali dan Ongah pun selanjutnya tidak usah capek-cepek lagi ke laut, karena abangnya memberikan sebuah pekerjaan bergengsi dan bergaji lebih dari cukup. Gaya hidup Ongah dan Siti tidak berubah, namun itu tak pernah lagi menyusahkan diri mereka maupun keluarganya.
Alangkah lebih indah lagilah jika happy ending cerita ini bisa juga dialami oleh begitu banyak Ongah yang lain. Mari kita doakan bersama.
Jonggol, 3 Mei 2021
Johan Japardi