Selama masa hidupnya yang singkat, Ramanujan secara independen menyusun hampir 3.900 hasil (kebanyakannya adalah identitas dan persamaan). Banyak hasil yang benar-benar baru; asli dan sangat tidak konvensional, misalnya bilangan prima Ramanujan, fungsi theta Ramanujan, rumus partisi dan fungsi theta tiruan, telah membuka bidang-bidang karya yang benar-benar baru dan menginspirasi banyak penelitian lebih lanjut. Hampir semua klaim Ramanujan sekarang telah terbukti benar.
Jurnal Ramanujan, sebuah jurnal ilmiah, didirikan untuk mempublikasikan karya dalam semua bidang matematika yang dipengaruhi oleh Ramanujan, dan buku catatan Ramanujan - yang berisi ringkasan dari hasil Ramanujan yang sudah maupun belum diterbitkan - telah dianalisis dan dikaji selama beberapa dekade sejak kematiannya sebagai sumber gagasan baru matematika.
Hingga 2011 dan berlanjut pada 2012, para peneliti terus menemukan bahwa komentar seadanya saja dalam tulisan Ramanujan tentang "sifat sederhana" dan "keluaran serupa" untuk temuan tertentu itu sendiri merupakan hasil teori bilangan yang mendalam dan tajam, yang tetap tidak terduga hingga hampir seabad setelah kematiannya.
((Di sini sangat pantas jika Ramanujan diberi predikat genius of geniuses (jenius di atas segala jenius) karena siapa pun orang di dunia ini yang disebut jenius, tak ada yang bisa menyamai kejeniusan seorang Ramanujan, terlepas dari kenyataan bahwa nama mereka lebih mentereng atau lebih tepatnya lebih dimenterengkan oleh Barat).
Ramanujan menjadi salah seorang anggota (fellow) termuda dari Masyarakat Kerajaan (Royal Society) dan anggota kedua yang berasal dari India, dan orang India pertama yang terpilih sebagai Anggota Trinity College, Cambridge. Dari surat-surat aslinya, Hardy menyatakan bahwa hanya dengan satu tatapan singkat saja sudah cukup untuk menunjukkan bahwa hasil-hasil yang disebutkan di atas hanya bisa ditulis oleh matematikawan dari kaliber tertinggi, dengan membandingkan Ramanujan dengan jenius matematika seperti Euler dan Jacobi.
(Ini pendapat pribadi Hardy. Sudah saya katakan di atas, semua orang hebat lainnya tidak bisa dibandingkan dengan Ramanujan).
Sampai di sini, saya pikir semua pembaca bisa melihat sejauh mana keluhuran Timur itu telah dirampas. Saya sudahi saja cerita Ramanujan ini dengan 2 pesan dari pepatah Jawa yang sangat saya sukai:
Becik ketitik ala ketara.
Mikul dhuwur mendem jero, khususnya untuk Prof. G.H. Hardy, yang juga telah meninggal dunia, 27 tahun setelah Ramanujan. Di sini saya hanya menceritakan "sedikit" kejelekan Anda, dengan pertimbangan bahwa Ramanujan jauh lebih pantas dari Anda untuk dimikuldhuwurmendemjeroi.
Catatan:
1. Kekaguman saya yang luar biasa atas keajaiban Ramanujanlah yang menyemangati saya untuk menuliskan artikel yang sangat singkat dibanding begitu banyak hal yang bisa ditulis tentang Ramanujan itu, yang antara lain bisa Anda telusuri dari publikasi dalam berbagai format yang tersedia melimpahruah secara daring, termasuk sebuah film terbaru tentang Ramanujan, The Man Who Knew Infinity (Orang yang Tahu tentang Infinitas/bilangan tak terhingga).
2. Jauh lebih pantas jika Ramanujan yang menjadi Nobel Laureat (pemenang Hadiah Nobel) ketimbang, katakanlah, seorang "Bunda" yang sempat pernah diagung-agungkan di India, tetapi sekarang?
3. Tampak bagi saya bahwa malahan bangsa Italia yang lebih bisa menghargai dan menghormati Ramanujan melalui Penghargaan Ramanujan ICTP untuk Para Matematikawan Muda dari Negara-negara Berkembang, yaitu penghargaan dalam bidang matematika yang diberikan setiap tahun oleh Pusat Internasional untuk Fisika Teoretis (International Centre for Theoretical Physics/ICTP) di Italia. Didirikan pada 2004, dan diberikan pertama kali pada 2005. Penghargaan ini diberikan kepada seorang peneliti dari negara berkembang yang berusia kurang dari 45 tahun yang telah melakukan penelitian luar biasa di negaranya. Penghargaan ini didukung oleh Kementerian Sains dan Teknologi (India) dan Akademi Sains dan Sastra Norwegia melalui Dana Abel, dengan kerjasama dari Persatuan Matematika Internasional.
4. Jika dipikirkan, sangat disayangkan bahwa hidup Ramanujan begitu singkat, dan kehebatannya "diambil" oleh Barat dengan hanya memberikan sedikit penghargaan kepadanya, namun takdir sejarah juga membuka mata kita bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi jika Ramanujan tidak diundang ke Inggris oleh Hardy, lebih baikkah, atau lebih buruk?
5. Sebuah tulisan yang aneh: The man who taught infinity: how G.H. Hardy tamed Srinivasa Ramanujan's genius (Orang yang tahu tentang infinitas: bagaimana G.H. Hardy menjinakkan kejeniusan Srinivasa Ramanujan).
6. Setahu saya, satu-satunya orang Barat sendiri yang keluhurannya dirampas adalah Thomas Watters, yang kata E.T.C Werner, seorang pria berpengetahuan luas dan sangat rendah hati, yang tidak cukup dihargai dalam generasinya.
Saya berharap suatu hari kelak saya bisa berkunjung ke rumah Ramanujan.
Jonggol, 30 April 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H