Yang menjadi dasar optimisme saya adalah bahwa terlepas dari kekuatiran akan punahnya Surat Batak, ada upaya para peneliti asing penerus van der Tuuk dan Nommensen, di antaranya Dr. Ulrich Kozok (si Uli Kozok) yang saya sebutkan dalam artikel: Memaknai Kanji dengan Logika Bahasa Indonesia: Sebuah Sim-ak. Bah uli ma lae Uli.
Uli telah menerbitkan buku: Surat Batak, Sejarah Perkembangan Tulisan Batak Berikut Pedoman Menulis Aksara Batak dan Cap Si Singamangaraja XII dan telah berbaik hati mengizinkan kita mengunduh buku ini (klik tautan di atas). Selanjutnya, buku-buku tentang Surat Batak yang ditulis oleh penulis Batak sendiri bisa kita beli antara lain di Pasar Senen.
Sampai di sini saya berharap pembaca saya yang juga orangtua Batak sudah ikut optimistik dengan saya.
Beberapa tambahan informasi tentang Surat Batak:
1. Asal Mula Surat Batak.
2. Pustaha Batak di Ãœberseemuseum Bremen, Jerman.
3. Pustaha Batak di Logan Museum of Anthropology, Beloit, Wisconsin, AS.
Yang lebih menggembirakan lagi, Unicode, yang sekarang sudah buka cabang di Indonesia, sudah membuat Blok Unicode untuk Surat Batak untuk dialek Karo, Mandailing, Pakpak, Simalungun, dan Toba.
Kurang apa lagi? Kita tidak mesti kuatir. Yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana memanfaatkan semua fasilitas gratis yang tersedia di depan mata kita dan bersama-sama kita lestarikan Surat Batak ini. Horas!
Bapak-bapak dan ibu-ibu bisa mencari daring dan mengunduh font Surat Batak, menginstalnya, lalu membaca petunjuk penggunaan yang menyertai  font tersebut, dan mengetikkannya dalam..... Microsoft Word atau desktop Publisher lainnya.
Berikut hasil ketikan saya dengan font Toba.
Sayang, yang sempat saya dokumentasi hanya 3 anak, termasuk yang di gambar judul.
Jonggol, 20 April 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H