Ini adalah sebuah aplikasi lagi dari metode invensi saya, Metode Sim-ak (Simplifikasi-akselerasi) Johan Japardi dengan Aplikasi pada Pembelajaran Apa Saja (antara lain baca artikel saya: Cara Baca Kanji Berdasarkan Komparasi dengan Dialek Hokkien, dan artikel-artikel yang mengulas tentang Sim-ak kode morse, harmonika, dll.
Kenapa kebanyakan orang berpendapat bahwa Kanji pada khususnya dan bahasa Jepang pada umumnya, sulit untuk dipelajari? Karena belum menggunakan metode Sim-ak, dan kesulitan itu timbul karena:
1. Bahasa Jepang bukan menggunakan sistem penulisan alfabet, tapi:
- Syllabary* (aksara tertulis yang merepesentasikan suku-kata: a-i-u-e-o, ka-ki-ku-ke-ko dst., yang saya singkat dari awalannya menjadi a-ka-sa-ta-na-ha-ma-ya-ra-wa ditambah dengan "n" (satu-satunya akhiran konsonan dalam bahasa Jepang) beserta turunan-turunannya.
Syllabary Jepang ini digunakan oleh Hiragana yang membentuk kata-kata asli Jepang dan Katakana yang membentuk kata-kata yang diadopsi dari bahasa selain China.
*Syllabary juga digunakan dalam aksara Jawa dan surat Batak, dengan kaidah yang berbeda. "Surat" adalah bahasa Batak untuk aksara.
Catatan:
Bunyi wi dan we sudah tidak digunakan dalam bahasa Jepang karena bisa digantikan dengan i dan e. Bentuk kedua aksara ini saya tampilkan di sini karena masih digunakan dalam buku lama. Saya memanfaatkan bentuknya (wi) dalam Katakana sebagai radikal.
- Sebelum sistem syllabary diciptakan, bahasa Jepang menggunakan sistem ideogram atau ideograf atau piktogram (jika mirip dengan benda fisik), yakni 漢字 Kanji, untuk kata-kata yang diadopsi dari bahasa China.
Data terbaru yang saya simpan menunjukkan bahwa di China, jumlah aksara 漢字 Hanzi (sebutan Kanji di China, dari mana Kanji berasal) adalah 70.000-an. Di Jepang sendiri jumlah ini sudah dibatasi menjadi hanya 1.945 aksara, yang sudah memadai untuk penggunaan dalam komunikasi sehari-hari, tapi memiliki konsekuensi bagi para peneliti sejarah Jepang, yang harus mengacu ke Kamus Hanzi untuk menelaah naskah-naskah kuno.
Singkat cerita, orang Jepang sekaligus menggunakan: 2 sistem penulisan (syllabary dan ideogram) atau 3 bentuk aksara tulisan (Kanji, Hiragana dan Katakana).
Cerita dari seorang teman saya dari Tokyo, berusia 60-an tahun, dia sendiri kadang-kadang lupa bagaimana menuliskan sebuah Kanji, namun dia tidak pernah salah dalam mengetikkannya. Mengapa? Karena kamus di smartphone akan menampilkan aksara berdasarkan frekuensi penggunaannya. Agar lebih jelas, saya bawakan sebuah contoh Hanzi (dalam bahasa Mandarin):
Tidak jadi masalah jika Anda tidak ingat cara menulis kata xiexie (terimakasih), Anda cukup mengetikkan, misalnya di Whatsapp (dengan terlebih dulu mengunduh keyboard Mandarin): xiexie (dalam ejaan pinyin) dan pilihan pertama yang keluar adalah 謝謝 (Mandarin Tradisional) atau 谢谢 (Mandarin sederhana). Dalam bahasa Jepang, cara baca onyomi atau bunyi atau cara China: 感謝 kansha dan cara baca kunyomi atau pola atau cara Jepang: 有り難う arigatou.
Saya menduga bahwa "keenceran" otak orang Jepang ada keberkelindanannya dengan kebiasaan mereka menggunakan sekaligus 3 bentuk aksara tulisan ini, dan mereka sejak kecil melatih Kanji dengan bantuan Hiragana yang paling awal dipelajari. Hiragana dalam fungsi membantu pembacaan Kanji ini disebut Furigana, yang biasanya ditulis lebih kecil di atas Kanji, jika tulisannya menyamping ke kanan, atau di kanan Kanji, jika tulisannya ke bawah. Contoh:
Kanji sendiri bisa terdiri dari jumlah guratan (stroke) paling sederhana sampai dengan paling "rumit." Yang paling rumit yang saya temukan daring adalah Hanzi "biang" (Gambar Judul) invensi Wang Sijun, seorang dosen universitas di Sichuan, terdiri dari 56 guratan, maknanya belum didefinisikan dan media lokal menyebutkan bahwa Wang Sijun mendapat inspirasi menulis Hanzi ini dari makanan bakmi ketika dia berkunjung ke provinsi Shaanxi. Jadi untuk sementara kita maknai "biang" sebagai "sejenis bakmi dari Shaanxi." "Biang" digunakan oleh Wang Sijun untuk menghukum mahasiswa yang telat, dan sudah 2 mahasiswa yang terkena hukuman menuliskan aksara ini 1.000 kali, yang lain mungkin sudah takut telat.
Aksara ini sampai sekarang belum bisa saya temukan dalam halaman aksara Unicode (Unicode Character Page) mana pun.
Lantas, kenapa saya menampilkan contoh bunga mawar dengan bakmi ini?
Coba renungkan, tulisan 薔薇 bara saja sudah dianggap rumit oleh kebanyakan orang, konon lagi "biang" yang tidak bisa saya ketikkan di sini (ya karena belum ada aksara Unicode-nya). Ini memunculkan sebuah pertanyaan: apakah ada cara untuk mengingat cara menuliskan Kanji? Ada, namanya radikal atau akar kata, yang diciptakan pada era Kaisar Kangxi (1654-1722) dari Dinasti Qing, sehingga dinamakan Radikal Kangxi. Radikal ini berjumlah 214 dan pada 1716 dikaitkan dengan Kamus Kangxi.
Nah, terhitung sejak 1716 s/d 2020 ketika saya mulai menyusun buku Japanese Kanji for Preparation of JLPT N5 to N4 di atas, rentang waktunya sudah 304 tahun lebih dan senarai 214 radikal ini belum direvisi oleh siapa pun. Tapi perlulah?
Menurut saya perlu, karena saya menemukan "radikal-radikal" pembentuk Hanzi yang tidak dimasukkan ke dalam senarai ini, jadi SAYA BUAT SENDIRI RADIKALNYA, dengan menggunakan perangkat lunak High-Logic FontCreator dan mengekspor hasilnya ke sebuah file True Type Font (TTF).
Catatan:
Dulu saya masih menggunakan perangkat lunak Macromedia Fontographer untuk membuat Font Surat Batak, tapi saya tidak menyelesaikannya karena keduluan oleh seorang sarjana Jerman peneliti bahasa, budaya dan sastra Batak, Dr. Ulrich Kozok, yang sekarang juga memakai nama Uli Kozok (Uli diambil dari bahasa Batak yang bermakna: cantik, mirip pula dengan kata: Ulrich) sampai akhirnya lae Uli ini menerbitkan buku Surat Batak.
Sekarang Font Batak Toba ini sudah bervariasi dan bisa diunduh gratis. Saya sempat beberapa kali berkomunikasi via surel dengan Uli, saya menggunakan bahasa Batak tetapi selalu dia balas dengan bahasa Indonesia. Uli, Uli.
Sungguh, kita patut salut dengan kegigihan para peneliti asing sejak dulu, dan yang patut saya sebut di sini selain si Uli adalah Peter Carey, sejarawan Inggris yang sudah menerbitkan buku biografi Pangeran Diponegoro (Sultan Abdul Hamid Heru Cokro Amirul Mukminin Sayidin Panatagama Khalifatullah Sanin).
Lanjut, di sini saya sajikan tangkapan layar Radikal Buatan Johan Japardi, sedikit bocoran buat pembaca:
1. 214 radikal Kangxi.
2. Tambahan berupa varian dari sebagian radikal Kangxi.
3. Tambahan yang saya ambil dari aksara Katakana, misalnya ヰ wi yang membentuk aksara 年 nen (tahun) .
4. Tambahan berupa radikal yang saya buat sendiri.
Masih terkait contoh Kanji di atas, saya pernah merasa eneg ketika menonton sebuah video tentang Kanji di sebuah kanal Youtube milik seorang Youtuber muda, seorang anak (mami) milenial yang dengan sombongnya memamerkan kebolehannya menuliskan Kanji 薔薇 bara (bunga mawar) tadi. Kenapa mesti pamer? Apa karena dia merasa hebat karena bisa menulis aksara dengan guratan "serumit" itu? Pembaca sekalian, itu mah tidak ada apa-apanya dibandingkan "biang." Tapi saya harus berterima kasih kepada adik ini karena melihat kelakuannya saya tertantang untuk lebih cepat lagi menyelesaikan radikal saya.
Filosofi Sim-ak: Sesuatu yang menurut orang sedunia sudah simpel, bila perlu disimplifikasi lebih lanjut untuk mengakselerasi pembelajaran, bisa juga dimaknai sebagai: Rumit atau simpel itu relatif, jadi jika sudah memahami makna simplikasi, kita bisa melanjutkan dengan menjadikan sesuatu lebih simpel dengan mencari contoh dan memahami sesuatu yang paling rumit (dalam hal ini kanji "biang" itu).
Sambil menyelesaikan buku saya, putri saya, Putri Natalia Japardi, mendampingi saya mempelajari isinya, dan kami berencana, entah kapan pun waktunya yang tepat, untuk mengikuti Ujian Kemahiran Bahasa Jepang (Japanese Language Proficiency Test/JLPT), level N5 dan N4 sekaligus, atau langsung N4. Hasil pembelajaran bersama ini sungguh mengagetkan, Putri bisa menulis "biang" dalam 10 detik, tanpa melihat bentuknya. Kok bisa?
Ya dengan berkomunikasi menggunakan radikal yang dimaknai dengan logika Indonesia!
Saya tinggal mengucapkan radikal pembentuk "biang" secara berurutan: atap, delapan, di bawahnya kiri ada bulan kanan pedang, di tengah-tengah kedua radikal ini ada 2 baris, sebarisnya 3 radikal: benang pendek, kata, benang pendek, lalu panjang, kuda, panjang, di bawahnya lagi ada hati, dan semuanya ditutup dengan "berjalan," selesai. Kembali ke 薔薇 bara, "ba" itu cuma: rumput, tanah yang ditengah-tengahnya ada 2 orang, mulut dalam perbatasan, dan "ra" itu cuma: rumput, melangkah, gunung, 1, meja, bangku rusak!
Sebagai penutup, saya berikan beberapa contoh lain memaknai kanji dengan logika bahasa Indonesia, yang sebagian menggunakan radikal buatan saya:
1. 冠 kanmuri = mahkota.
Mahkota dengan basis yang ukurannya (jelas).
2. 恐 kowa = menakutkan.
Perasaan seorang tukang (yang melihat) meja rusak.
竜 ryuu = naga.
Berdiri di atas sawah dengan kaki kanan (ekor yang melengkung ke kanan).
恐竜 kyouryuu = dinosaurus.
Naga yang menakutkan.
3. 病 byou = penyakit.
Sakitnya satu (orang) di dalam.
院 in = lembaga.
Bukit dengan atap dan basis.
病院 byouin = rumahsakit.
4. 喫 kitsu = menikmati.
Mulut, 1 rel, golok, besar.
煙 kemuri = asap.
Api, 2 bor mulut (di atas) tanah.
喫煙 kitsuen = merokok.
茶 cha = teh.
Rumput orang (di atas) pohon.
店 ten = kedai.
Tebing bertitik, menempati.
喫茶店 kissaten = kedai kofi.
Addendum:
Dari Catatan Harian, 4 Agustus 2010
Keingintahuan saya sudah terjawab, ternyata kata "anu" dalam bahasa Jawa dan Indonesia diadaptasi dari kata "ano あの" bahasa Jepang.
Jonggol, 19 April 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H