Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Post-Truth vs Paradigma Kuwalik Prof Wir, Mana yang Lebih Tepat?

17 April 2021   17:23 Diperbarui: 24 April 2021   09:57 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dipersembahkan untuk: Prof. Dr. Apt. Wiryanto, M.S., Kompasianer.

Latar Belakang
Dalam artikel saya, Timur Itu Luhur, Berbanggalah, saya menyinggung tentang perampasan keluhuran Timur oleh Barat dan artikel ini akan mengupas lebih jauh tentang itu.

Sebenarnya saya sudah menulis sebuah artikel berjudul "Mari Buka Mata Melihat Perkembangan Signifikan Dunia Beserta Kebohongan Barat di Dalamnya" tapi saya gabungkan saja ke dalam artikel ini.

Saya mulai dulu dengan kejahatan yang menurut saya sudah termasuk kejahatan kemanusiaan, karena walaupun tidak membunuh orang, atau membunuh orang dengan pelan-pelan, namun yang mereka bunuh juga adalah pikiran banyak orang. Sekarang dunia sudah terbuka lebar-lebar dan becik ketitik ala ketara itu dengan cepat dan mudah kita telusuri, kalau kita mau membuka mata kita. Salah sebuah bentuk nyata dari kejahatan ini adalah kebohongan, dan di sini hanya saya sampaikan yang bisa saya sampaikan:
1. Albert Einstein memang kita akui jenius, tapi menurut fisikawan Jerman tertentu, dia adalah pembohong besar! Ini kritik terhadap teori relativitas Einstein, dan ada sebuah buku berbahasa Jerman yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi One Hundred Authors against Einstein (Seratus Penulis Menentang Einstein).

Tidak penting bagi kita untuk membahas terlalu jauh tentang buku ini, ini hanya 1 di antara sekian banyak kebohongan Barat.

Di era persaingan senjata nuklir pada Perang Dunia II, Amerika merasa terancam dengan pesatnya perkembangan ilmu fisika di Jerman. Kebetulan ada Einstein yang hendak melarikan diri dari Jerman, dan karena dia seorang Yahudi sekaligus seorang jenius, cepat-cepat Amerika menampung dia di Universitas Princeton untuk kepentingan pengembangan senjata nuklir itu, dan populerlah teori relativitas itu, dengan rumus ekivalensi massa-energi:
E = mc²
Selanjutnya, rumus pamungkas ini pun menjadi topik "must know" bagi siswa sekolah menengah maupun perguruan tinggi.

Einstein sendiri, yang menerbitkan teori relativitas khusus pada 1905, mendasarkan teorinya pada hasil-hasil teoretis dan temuan empiris yang diperoleh oleh Albert A. Michelson, Hendrik Lorentz, Henri Poincaré dan lain-lain.

Singkat cerita, selanjutnya lahirlah bom atom dari hasil kolaborasi para fisikawan nuklir yang hebat-hebat, antara lain Otto Hahn, sang bapak kimia nuklir yang menemukan fisi nuklir, dan J. Robert Oppenheimer, fisikawan teoretis dan profesor fisika di Universitas California, Berkeley, yang mengepalai Laboratorium Los Alamos di New Mexico* pada 1943-1945, yang juga dikenal sebagai  Projek Y, sebuah laboratorium rahasia yang dikembangkan oleh Projek Manhattan dan dioperasikan oleh Universitas California selama Perang Dunia II. Misinya adalah mendesain dan membangun bom atom pertama. Dan kita semua tahu bagaimana ceritanya setelah bom ini berhasil dibuat.

*Tempat mereka bergladiresik dengan "mainan" mereka, BOM ATOM!

Tidak diperlukan seorang saintis roket untuk bisa melihat dengan jelas ada apa di balik semua ini, cukup dengan nalar!

Ada kaidah yang tak terbantahkan dalam fisika (Hukum Newton II), bahwa segala sesuatu di alam semesta ini (yang memiliki massa) selalu mengalami akselerasi karena pengaruh gaya tertentu. Bagaimana mungkin Einstein membatasi kecepatan cahaya itu menjadi "hanya" sebesar c (299.792.458 m/det)? Bukankah rumus E = mc² itu harus bisa diaplikasikan kepada cahaya itu sendiri, dengan mempertimbangkan bahwa cahaya itu berisi foton, dan foton itu memiliki massa? Hanya karena belum terungkapnya gaya yang bisa mengakselerasi foton melampaui c itulah maka Einstein (PBUH) aman-aman saja (membohongi orang sedunia). Hayo.

Dokpri.
Dokpri.
Di Rumah Kelahiran Einstein di Ulm, Jerman, 10 April 2014.

Inilah salah sebuah hal yang ditentang oleh para fisikawan yang tergabung dalam 100 penulis yang disebutkan di atas (gaung suara mereka disenyapkan oleh "kebenaran" yang diyakini oleh mayoritas). Kelak, entah kita masih diberi kesempatan untuk menyaksikannya atau tidak, jika sudah ditemukan kecepatan > c, maka sahlah bahwa teori Einstein adalah sebuah kebohongan yang dipaksakan!

2. Dulu, ketika saya mulai belajar ilmu kimia di SMA, saya diperkenalkan dengan Hukum Kekekalan Massa dan diajari bahwa penemu Hukum ini adalah Antoine-Laurent de Lavoisier (26 Agustus 1743 – 8 Mei 1794), seorang kimiawan Perancis. Di Rusia, Lavoisier tidak diakui karena Mikhail Vasilyevich Lomonosov,* seorang ilmuwan Rusia (1711-1765) sudah menemukan Hukum ini jauh sebelum Lavoisier. Sebagai penghormatan kepada Lomonosov, orang Rusia bahkan sudah menuangkan kisah hidupnya dalam sebuah seri drama.

*Ini saya baca dari sebuah buku Kimia Uni Soviet berbahasa Inggris terbitan MIR, jauh sebelum ada internet dan Google.

Sekarang, kebohongan ini sudah dikoreksi melalui  pengakuan bahwa Hukum Kekekalan Massa adalah Hukum Lomonosov-Lavoisier. Sebuah koreksi setengah-setengah. Kerisian saya dalam hal ini pun hilang atau setidaknya berkurang.

3. Semua "kebohongan" yang saya uraikan di atas maupun "di bawah" sudah pernah diberi nama oleh orang Barat sendiri, WYSIWYG (What You See is What You Get), sebuah istilah yang menjelaskan sendiri kebohongan di baliknya, namun sempat lama digunakan. WYSIWYG secara keliru digunakan untuk mencirikan sistem pewarnaan monitor komputer, dan sesuai dengan klaim ini, apa yang Anda lihat di monitor komputer adalah sama persis dengan hasil cetak Anda. Orang-orang yang paham dipaksa manut dengan istilah ini, walaupun di lubuk hati mereka, mereka tahu persis, bahwa sistem pewarnaan belum diseragamkan, karena belum bisa diseragamkan saking kompleksnya, entah untuk monitor, printer desktop, mesin cetak, scanner, kamera, dll.

Almarhum Ivan George Burnell (25 Oktober 1929-13 Januari 2013) yang saya kenal secara pribadi, mengoreksi istilah ini menjadi What You See is What You are, yang menginspirasi saya untuk mengembangkan cerita humor: Biarkanlah Kata "Salah" Hanya di dalam Kamus: Mengapa Ayam Menyeberangi Jalan? Versi 1.1. Apa yang Anda lihat hanyalah menunjukkan persepsi pribadi Anda sendiri.

4. Biji Kofi
Sebuah film dokumenter tentang kofi Indonesia yang pernah saya tonton menunjukkan para tengkulak membeli biji kofi dari petani di Gayo dengan harga Rp. 7.000 per kg. Biji kofi ini ada yang oleh Starbucks dibawa ke Seattle,* negara bagian Washington, AS, digongseng di sana, lalu di re-ekspor ke Indonesia. Harganya? Paling murah Rp. 95.000 per 250 gram, atau Rp. 380.000 per kg!

*Pike Place, gerai pertama Starbucks, berada di Seattle. Saya pernah ngofi (bukan ngopi): Yuk, Minum Kofi di sana pada September 2001.

5. Kantongan Plastik dan Plastik BPA
Orang Barat mengintroduksi kantongan plastik, lalu dengan alasan go green mereka menggantinya dengan kantongan kertas yang biodegradabel sekaligus membebankan biaya kepada pembeli, dan sampai sekarang orang masih menggunakan kantongan plastik!
Wadah plastik untuk penggunaan tertentu belakangan ini di beri label "Bebas BPA (Bisphenol A)." Mengapa? Karena sebelumnya wadah plastik yang mengandung zat berbahaya ini sudah dipasarkan dan menyebar ke mana-mana.

6. Fair Trade (Perdagangan Adil)
Fair Trade didefinisikan sebagai perdagangan yang bukan hanya menguntungkan pihak pedagang, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan para petani, sehingga muncullah "Gula Fair Trade" dll. Artinya apa? Sebelum istilah ini digunakan, perdagangan yang dilakukan selalu merugikan petani. Dampak tragisnya sampai sekarang berbekas, terlalu banyak untuk diuraikan di sini.

7. Pemaksaan Penggunaan Istilah
Sudah sejak lama saya memikirkan ketidaknalaran di balik istilah-istilah yang diciptakan oleh orang Barat dan sayangnya ditelan bulat-bulat oleh orang Timur, antara lain:
- zona nyaman (apakah sebuah perubahan selalu menyakitkan sehingga orang menjadi resistan terhadap perubahan itu, dan apakah perubahan apa pun tidak mencakup sebuah perpindahan ke sebuah zona yang lebih nyaman, dan mengapa oleh istilah ini kita disuruh meninggalkan zona nyaman? Mau pindah ke zona mana?)
- istilah ADD, ADHD, autisme dll, yang sudah demikian luas dampaknya, sudah diakui sebagai kebohongan oleh penciptanya di atas ranjang sakaratul mautnya, sayang lebih banyak orang yang tidak tahu.
- American Dream (Impian Amerika)
Kata "impian"  di-copy-paste kayak kacang goreng. Pertanyaan saya, nalarkah istilah ini? Apakah ada orang yang bermimpi tidak dalam keadaan tidur? Kenapa istilah ini lebih kita utamakan ketimbang kata yang sudah ada (angan-angan, cita-cita)?
- Brainwashing (cuci otak), sebuah istilah yang mereduksi makna "cuci" sebagai "membersihkan sesuatu dari kotoran," yang adalah baik.

8. Kebohongan yang Gagal: Sindroma Restoran China, lihat artikel saya: Terasi: Di Balik Bau Tajam dan Sejarah Kata yang Belum Sempat Masuk Kamus Inggris.

9. Cukup sampai di sini dan kita sudahi dengan sebuah istilah di balik judul artikel ini: POST-TRUTH (PASCAKEBENARAN).
Post-truth didefinisikan sebagai:
A philosophical and political concept for "the disappearance of shared objective standards for truth" and the "circuitous slippage between facts or alternative facts, knowledge, opinion, belief, and truth."

Sebuah konsep filosofis dan politik untuk "hilangnya standar objektif bersama untuk kebenaran" dan "tergelincir dalam sebuah lingkaran antara fakta dengan fakta alternatif, pengetahuan, opini, keyakinan, dan kebenaran."

Sebuah definisi yang sangat bertele-tele dan sama sekali tidak menunjukkan dengan jelas ke mana kita pergi setelah (pasca) kebenaran itu (persis zona nyaman).

Saya pribadi lebih suka menggunakan istilah "PARADIGMA KUWALIK" yang pernah saya dengar dari dosen pembimbing skripsi saya di Jurusan Farmasi FMIPA USU (sekarang Fakultas Farmasi USU, Prof. Dr. Apt. Wiryanto, M.S., guru, bapak dan sekaligus sahabat saya (kata-kata ini saya tulis dalam skripsi saya).

Dari istilah dua kata ini saja kita bisa langsung memaknai apa yang terjadi di dunia ini, sekarang ini, semuanya serba jungkir-balik.
Istilah ini saya sumbangkan ke bahasa Inggris menjadi "topsy-turvy paradigm," atau kata orang Medan, lebih paten (mantap) lagi, "kuwalik paradigm." Lalu bagaimana dengan post-truth? Sebaiknya dikandangkan saja, karena lebih akurat disebut "post-lie"

Penutup
Sebagai sebuah renungan yang sejalan dengan becik ketitik ala ketara yang tidak merinci batas waktu, sebuah pernyataan di bawah ini patut kita simak:*
Domains under heaven, after a long period of division, tends to unite; 
after a long period of union, tends to divide. 
This has been so since antiquity.

Wilayah di bawah langit, setelah lama terpecah-belah, cenderung menyatu;
setelah lama menyatu, cenderung terpecah-belah (lagi). Ini telah terjadi sejak zaman kuno.  

Dari:

Sanguozhi Yanyi (Romance of Three Kingdoms, Kisah Tiga Kerajaan), karya Luo Guanzhong (circa 1300-1400), terjemahan C.H. Brewitt-Taylor, 1925

*Tertera pada pendahaluan setelah judul Bab 1. Pernyataan ini bisa disingkat menjadi: Nothing lasts forever (Tak ada yang abadi, entah itu yang becik, entah pula yang ala). Jika diperhatikan, pada halaman ke-5 dari buku ini (halaman ke-2) dari Bab 1, ditemukan kata "disruption" (disrupsi) yang sekarang digadang-gadang oleh orang Barat sebagai istilah dan konsep termutakhir.

Entah kebohongan apa lagi yang akan kita lihat, tapi kita bisa menggunakan nalar dan keluhuran Timur kita untuk menyaring, menghadapi, atau bahkan membendung "tren baru" dari Barat ini dan hanya menggunakannya dengan penuh kearifan. Semoga!

Jonggol, 17 April 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun