Pikiran saya yang melayang ke mana-mana saya panggil balik dan saya sampai pada kesimpulan sebagai berikut:
1. Puak dan labu sama-sama buah.
2. Pada suatu titik dalam sejarah, mestinya ada orang Melayu (mungkin dari Tanjungbalai, katakanlah demikian) yang merantau ke suatu tempat di Kalimantan, tempat dimana buah Menteng disebut buah Puak.
3. Orang Melayu itu kembali ke kampungnya dan mendapat inspirasi untuk membuat istilah baru, kemungkinan dalam bentuk peribahasa atau bahkan pantun.
4. Bertambahlah perbendaharaan kata di Tanjungbalai tatkala temuan orang tersebut sudah dipopulerkan ke mana-mana, maka, ini imajinasi saya belaka, di sebuah kedai kofi (bukan kopi, lihat Yuk Minum Kofi) yang ramai di Jalan Imam Bonjol dekat Jalan Asahan, terdengar bagian kombur (percakapan) berikut:
"Memangnya kenapa?"
"Kalau kulihat dia itu orang yang:
   'Angan-angannya macam katak hendak menjadi lembu.
    Kelakuannya macam buah puak hendak menjadi buah labu.'
Tak sadar diri dia."
Dalam pantun ini terdapat pula rima sempurna antara "katak" dengan "puak" dan "lombu" ("lembu") dengan "labu."
Demikianlah rekonstruksi asal muasal istilah puak labu yang perlu diusulkan agar masuk dalam KBBI, dan sebaiknya, meminjam istilah alm. Chairil Anwar, supaya lebih "memagut," digabungkan saja menjadi satu kata, puaklabu, dengan definisi:
Seseorang yang karena angan-angannya terlalu tinggi (hampir mustahil), bertingkah laku berlebihan (banyak gaya) dan berkata sombong dan tidak realistis.
Jonggol, 12 April 2020
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H