Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sepenggalan Pengalaman di Luoyang, Nasionalisme Seorang Pak Tua

9 April 2021   21:10 Diperbarui: 24 April 2021   12:27 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Pada 26 Desember 2013, saya mengunjungi Luoyang dan setelah menjalani semua tempat yang saya rencanakan sebelumnya, destinasi saya berikutnya adalah Dengfeng untuk mengunjungi Biara Shaolin, dan berikutnya lagi Zhengzhou, untuk meneruskan perjalanan ke Kaifeng dan mengunjungi Yamen (Kantor Pengadilan) Hakim Bao Zheng.

Kebetulan saya punya teman di Zhengzhou yang berencana menjemput saya dari Luoyang. Saya katakan jemput saya dari Dengfeng saja (Luoyang - Zhengzhou kira-kira 160 km dan Dengfeng berada di antara 2 kota ini). Jadi kami bertemu di tengah-tengah.

Untuk perjalanan Luoyang - Dengfeng, saya mencari mobil sewaan dan akhirnya bertemu dengan seorang pak tua pemilik mobil.

Saya: "Berapa biaya sewa mobil ke Dengfeng?"

Pak Tua: "RMB 800 (kira-kira Rp. 1.600.000)."

Saya: "Bapak nggak salah? Saya cek online cuma RMB 400."

Pak Tua: "Ini tawaran saya yang terakhir, RMB 500 nggak kurang lagi, kamu boleh nanya pemilik mobil sewaan yang lain, harganya memang segitu."

Saya: "Beginilah pak, kalau sekarang saya katakan bahwa kalau bapak membantu saya berarti bapak membantu negara, bapak bersedia?"

Tanpa meminta penjelasan tentang apa maksud perkataan saya, pak tua itu dengan sigap menjawab sambil menegakkan bahunya, "好, 我愿意  hao, wo yuanyi (baiklah, saya bersedia)."

Saya pun cepat-cepat mengeluarkan tanda terima sumbangan buku saya "Mitos dan Legenda China" dari perpustakaan universitas terkemuka di beberapa kota yang sudah saya lalui sebelum sampai ke Luoyang. 

Saya jelaskan bahwa tujuan saya adalah menyumbangkan lagi buku yang saya bawa dari Indonesia untuk perpustakaan di kota-kota lain yang akan saya kunjungi.

Sewa pun disepakati sebesar RMB 400!, bahkan saya diberi bonus mengunjungi Gua Gerbang Naga di Luoyang, dan saya pun mengajak pak tua itu makan bakmi di sebuah restoran Muslim milik pak Ma, harga per mangkok mie porsi besar plus roti ukuran besar hanya RMB 26!

Sepanjang perjalanan ke Dengfeng, tak henti-hentinya kami berbincang-bincang dan saat itulah saya tahu bahwa pak tua itu adalah seorang pensiunan tentara.

Sayang saya tidak mengambil foto bersama bapak ini, foto terlampir adalah bersama mualim di Masjid Beiyao Beiyao Qingzhensi di sebelah restoran pak Ma.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Masjid Beiyao Beiyao Qingzhensi Luoyang.

Jonggol, 9 April 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun