Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Cara Baca Kanji Berdasarkan Komparasi dengan Dialek Hokkien

7 April 2021   14:30 Diperbarui: 24 April 2021   12:47 2235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hasil tangkap layar

Walau saya masih seorang pemula, saya baru menyelesaikan sebuah buku berjudul "Japanese Kanji for Preparation of JLPT N5 to N4" untuk tujuan pembelajaran pribadi, dengan metode yang akan saya patenkan, Metode Sim-ak (Simplifikasi-akselarasi) Johan Japardi, dengan Aplikasi pada Pembelajaran Apa Saja, dan buku ini adalah aplikasi pertama yang sudah saya selesaikan.

Hasil pengamatan saya, dan ini sejalan dengan fakta historis, karena kata-kata berbahasa Jepang, sebagaimana halnya bahasa Indonesia, banyak yang diderivasi dari dialek Hokkien ketimbang bahasa Mandarin, maka mestinya buku yang membahas Kanji bukan hanya membandingkan cara pengucapannya dengan bahasa China (音読み onyo-mi,* harfiah: pembacaan bunyi). *Istilah onyo-mi kurang tepat, karena onyo-mi sebenarnya adalah cara baca China yang di-Jepangkan (lihat contoh di bawah).

Tapi lebih akurat lagi jika disertai perbandingannya dengan dialek Hokkien, karena alasan keberlindanan yang lebih dekat. Dalam buku ini, saya juga mengoreksi semua buku pembelajaran Kanji yang ada, yang memberikan acuan Kanji tunggal ke 音読み onyo-mi, padahal semua Kanji tunggal dibaca dengan cara Jepang (訓読み kunyo-mi, harfiah: pembacaan pola atau bentuk).

Satu contoh:
山 (gunung) dibaca yama (kunyo-mi), tidak pernah dibaca san (onyo-mi) kecuali jika sudah digabung dengan Kanji lain: 山村 sanson (desa di pegunungan. Jadi, yang menimbulkan masalah adalah karena semua buku pembelajaran Kanji yang ada menyenaraikan Kanji tunggal dengan cara baca onyo-mi. Ini terbalik.

Latar Belakang Sejarah
Aksara China (漢字 Hanzi) mulai masuk ke Jepang pada abad ke-5 M melalui Korea. Di Korea Hanzi disebut 漢字 Hanja dan di Jepang 漢字 Kanji (漢字 Hanzi menjadi sebuah homograf). Kanji diadaptasi oleh orang Jepang yang pada masa itu belum memiliki sistem penulisan (belum ada Hiragana yang melambangkan bunyi kata Jepang asli dan Katakana yang melambangkan bunyi kata yang diadaptasi dari bahasa selain China).

Hal yang menarik adalah kemiripan atau bahkan kesamaan bunyi kata dalam bahasa Jepang dengan Minnan (Fujian atau dalam dialek Minnan sendiri disebut Hokkien). Nah, karena sumbernya sama, orang China, utamanya suku Hokkien, bisa menebak arti kata-kata Jepang dengan memerhatikan pola bunyinya atau langsung melihat tulisannya yang persis sama.

Dari Mandarin ke Jepang
Saya sajikan beberapa contoh Kanji dan pengucapannya dalam bahasa Jepang dan Mandarin:
安全 anzen (aman, keamanan) dari anquan
男性 dansei (pria) dari nanxing
不安 fuan dari bu an (gugup, merasa tidak aman)
学校 gakkou, disimplifikasi (sekolah) dari xuexiao
学生 gakusei, disimplikasi (murid) dari xiesheng
銀行 ginkou (bank) dari yinhang
人口 jinkou (populasi) dari renkou
女性 josei (wanita) dari nüxing
可愛 kawai (imut) ke ai
未来 mirai (masa depan) dari weilai
先生 sensei dari xiansheng (guru, ~ laoshi).

Kata-kata kuno Mandarin yang masih digunakan orang Jepang:
豚     ton (babi) dari tun (bayi babi, → 乳猪 ruzhu),
野菜 yasai (sayuran) dari yecai (sayuran liar, → 菜 cai saja),
Nama-nama hari:
日曜日 Nichiyoubi (Minggu) dari riyaori (hari matahari)
月曜日 Getsuyoubi (Senin) dari yueyaori (hari bulan)
火曜日 Kayoubi (Selasa) dari huoyaori (hari api)
水曜日 Suiyoubi (Rabu) dari shuiyaori (hari air)
木曜日 Mokuyoubi (Kamis) dari muyaori (hari kayu)
金曜日 Kinyoubi (Jum'at) dari jinyaori (hari emas)
土曜日 Doyoubi (Sabtu) dari tuyaori (hari tanah)

Kata-kata yang masih digunakan orang Jepang, dan maknanya tidak sesuai bahasa Mandarin (sehingga ada yang berkesan lucu bagi orang China):
我我 atau 我々(々 menunjukkan pengulangan) wareware (kami) dari wo (saya, diucapkan berulang, saya-saya menjadi kami/kita).
大丈夫 daijoubu (OK), dalam bahasa Mandarin maknanya: pria sejati.
勉強 benkyou (belajar), dalam bahasa Mandarin maknanya: memaksa.
米国 beikoku (Amerika Serikat, harfiah: negara beras), dalam bahasa Mandarin: 美国 meiguo (Amerika Serikat, harfiah: negara yang indah)

Ini adalah konsekuensi logis dari adaptasi bunyi ketimbang bentuk aksara maupun makna asalnya juga.

Dari Hokkien ke Jepang
Selanjutnya, dengan menggunakan dialek Hokkien, banyak kata-kata Jepang yang bahkan lebih mudah ditebak artinya karena bunyinya sangat mirip bahkan sama persis.

Contoh yang persis sama:
簡単 kantan (sederhana)
旗     ki (bendera)
器     ki (alat, perkakas, mesin)
橋     kyo (jembatan) dari kio
世界 sekai (dunia)  
新聞 shinbun (berita) dari sinbun

Contoh yang sangat mirip:
電     den (listrik) dari tién
電車 densha (kereta listrik) dari tiénchia
電話 denwa (telepon) dari tién'ua
時間 jikan (waktu) dari sikan
準備 junbi (mempersiapkan, persiapan) dari cunpi
感謝 kansha (terima kasih) dari kamsia
結婚 kekkon dari kiathun (menikah)
麻酔 masui (pembiusan) dari bacui
問題 mondai (masalah, soal) dari bunté
了解 ryoukai (dimengerti) dari  liaukai
最近 saikin (belakangan ini, baru-baru ini) dari cuikin
成功 seikou (berhasil) dari séngkong
進歩 shinpo (kemajuan) dari cinpo
失敗 shippai (gagal, kegagalan) dari sitpai
全部 zenbu (seluruhnya, sepenuhnya) dari cuanpo

Kenapa bisa demikian? Semuanya menjadi lebih jelas karena beberapa informasi berikut ini:
1. Bahasa Jepang berkembang pesat setelah abad ke-5 M pada masa dinasti Tang di China. Korea yang letak geografisnya diapit oleh China dan Jepang berperan penting sebagai mediator penyebaran bahasa China ke Jepang, karena orang Korea yang lebih dekat ke China sudah lebih dulu belajar aksara China. Jadi, selain orang China, orang Korea pun ikut berperan menyebarkan aksara China ke Jepang.

2. Seorang teman saya yang berkewarganegaraan Taiwan (mayoritas Hokkien) pernah mengatakan kepada saya bahwa Li Yuan (bergelar Tang Gaozu), sang pendiri Dinasti Tang, dan demikian juga para kaisar penerusnya, adalah orang Hokkien (ini masuk akal walaupun perlu dipastikan dengan penelitian lebih lanjut). Yang jelas, informasi yang bisa diperoleh secara daring menyebutkan bahwa dialek Hokkien digunakan sebagai salah sebuah lingua franca pada masa Dinasti Tang.

Jonggol, 7 Maret 2021

Johan Japardi

Poskrip:

Manfaat terbesar dari buku saya di atas adalah 3-in-1, belajar bahasa Jepang sekaligus Mandarin dan dialek Hokkien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun