Untuk tutur, orang China memiliki beberapa variasi:
1. Prefiks "en"
Pada zaman kuno, tatkala budi-pekerti (Jawa: pambudi atau pambudya) masih sangat diperhatikan, guru sangat dihormati sehingga disapa 恩師/恩师 enshi (guru yang sangat terhormat). Kata 恩/师 en sendiri bermakna kebaikan, budi, anugerah. Prefiks ini juga dipakai untuk sapaan lain sehingga ada kata 恩公 engong atau 恩人 enren yang diterjemahkan menjadi tuan penolong atau penolong (karena menyelamatkan jiwa atau memberikan pertolongan besar).
Di sini tampak jelas pengaruh ajaran Konfusianisme, dan ada pepatah 有恩报恩 有仇报仇 you en bao en you chou bao chou (ada budi balas budi ada dendam balas dendam).
Istilah-istilah yang dibawa oleh diaspora China berdialek Hokkien terkait prefiks "en" ini meninggalkan jejak dalam bahasa Betawi sehingga terdapat istilah engkong (kakek), encim (bibi paternal), engko (abang), enci (kakak), dll. Perubahan "en" menjadi "eng" pada "engkong" dan "engko" adalah untuk mempermudah pengucapan dengan mengatasi halangan bunyi (mirip 連濁 rendaku dalam bahasa Jepang https://en.wikipedia.org/wiki/Rendaku).
Ada juga istilah encik (paman paternal) yang di Malaysia berarti Tn., dan di Tanjungbalai Asahan, kata "encik" mengalami infleksi vokal menjadi "incek." Bedakan dengan "cik" di Malaysia yang berasal dari "ci" (kakak perempuan) dan maknanya menjadi Nn., dan cikgu merupakan singkatan dari Encik Guru (Tn. Guru, enshi di atas).
2. Prefiks 阿 a
Ini adalah padanan "si" dalam bahasa Batak dan Indonesia, misalnya si Ucok, si Butet, si Udin, dll.
Prefiks ini digunakan sebelum nama atau istilah persaudaraan bersukukata satu untuk menunjukkan kedekatan, contoh:
Nama: 阿豊/阿丰 Afeng (Hokkien: Ahong), 阿福 Afu (Hokkien: Ahok), 阿生 Asheng (Hokkien: Aseng), 阿林 Alin (Hokkien: Alim), dll.
Untuk nama, orang Hokkien kadang-kadang membalikkan posisi "a" dari prefiks menjadi sufiks (Hong-a, Hok-a, Seng-a untuk contoh di atas).
Istilah persaudaraan: 阿爹 adie (Hokkien: atia) atau 阿爸 aba (Hokkien: apa) yang bermakna ayah, 阿母 amu (Hokkien: abu) yang bermakna ibu, 阿姉 ajie (Hokkien: aci) yang bermakna kakak perempuan, 阿妹 amei (Hokkien: amoi) yang bermakna adik perempuan, dll.
Dialek Hokkien untuk 阿妹 amei, yakni amoi, berhomonim dengan bahasa Inggris Amoy (dari Hokkien Emui) yang dalam bahasa Mandarin disebut 廈門/厦门 Xiamen.
Memang kerancuan sering timbul jika kita hanya memerhatikan bunyi bahasa tanpa mengacu ke aksaranya. Contoh paling menarik adalah dalam bahasa Jepang:
ねこのこのこのこのこのこのこのこはねこです。
neko no ko no ko no ko no ko no ko no ko no ko wa neko desu.
Anak dari anak dari anak dari anak dari anak dari anak dari anak dari kucing adalah kucing.
Yang hanya bisa dibedakan jika kita mengacu ke kanjinya:
猫 の子 の子 の子 の子 の子 の子 の子 は 猫 です。
3. Kata Ulang
Istilah persaudaraan: 阿爹 adie (Hokkien: atia) atau 阿爸 aba (Hokkien: apa) yang bermakna ayah, 阿母 amu (Hokkien: abu) yang bermakna ibu, 阿妹 amei (Hokkien: amoi) yang bermakna adik perempuan, dll., bisa juga diganti dengan mengulangi sukukata tuturnya:
爹爹 diedie (Hokkien: tiatia) atau 爸爸 baba (Hokkien: papa) yang bermakna ayah, 姉姉 jiejie (Hokkien: cici) yang bermakna kakak perempuan, 妹妹 meimei (Hokkien: moimoi, siomoi) yang bermakna adik perempuan, dll.
Jonggol, 12 Maret 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H