Mohon tunggu...
Jogja Student
Jogja Student Mohon Tunggu... -

Semua tentang kampus Jogja, tentang mahasiswa Jogja | jogjastudent.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Asumsi-asumsi Keliru Tentang Mahasiswa Fisipol

23 Oktober 2015   10:49 Diperbarui: 23 Oktober 2015   10:49 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karakter mahasiswa seringkali dihubungkan dengan fakultas di mana dia kuliah. Sering kan kamu denger ucapan, misalnya “Pantesan, anak ekonomi!” atau “Ya emang gitu kalo mahasiswa sastra.”.

Lebih lengkapnya kamu bisa baca di artikel tipe-tipe Mahasiswa berdasarkan Jurusannya,

Intinya, fakultas tempat kita kuliah, sering membuat kita mendapatkan cap macem-macem, termasuk mahasiswa mahasiswa Fisipol. Karena embel-embel fakultasnya ada kata politiknya, mahasiswa Fisipol pun kena getahnya.

Padahal semua anggapan itu hanya asumsi yang belum tentu benar:

1. Jadi Mahasiswa Sospol Itu Calon Politikus

Ini asumsi yang sangat umum gara-gara nama fakultasnya memang begitu. Fisipol identik dengan politik, nah, mahasiswa di sana juga ya nanti akan jadi calon politikus. Tapi nyatanya tidak begitu lho.

Banyak politisi gaek di Senayan yang tidak berasal dari kampus Fisipol. Memang ada juga yang dari Fisipol, tapi cuman segelintir yang memilih jadi politisi partai.

Juga, Fisipol kan ada banyak jurusan. Ada Sosiologi, Ilmu Komunikasi, dan HI misalnya. Yang bener, jadi politikus itu pilihan, dan kebanyakan mahasiswa sospol nggak pengen jadi politikus.

2. Kerjanya Cuma Ngomong Doang

Apa sih bisanya mahasiswa Fisipol? Paling cuman omong doang. Beda kan ya, sama fakultas Teknik, Kedokteran, Pertanian, yang ilmunya jelas gunanya.

Ini juga asumsi yang salah tentang mahasiswa Fisipol. Jangan salah, ilmu politik itu banyak gunanya lho.

Negara kita ini banyak salah urus karena para politisinya tidak belajar ilmu politik, tapi malah belajar saling sikut dan ngakalin proyek kebijakan.

Nah, kalau belajar ilmu politik, kamu akan belajar bagaimana misalnya membuat kebijakan yang pro-masyarakat dan menguntungkan orang banyak.

Selain itu, mahasiswa Fisipol juga diajarin ilmu selain politik kok. Ada jurusan Ilmu Komunikasi misalnya, yang diajarin bagaimana menjadi jurnalis, buat film, dan iklan. Soft skill macam begini bisa didapatkan di Fisipol.

3. Masa Depan Nggak Jelas

Ini juga asumsi yang salah. Mau jadi apa nanti kuliah di Fisipol? Banyak. Kamu bisa jadi jurnalis, sosiolog, diplomat, dan peneliti-peneliti bidang lain juga berasal dari Fisipol, bahkan jadi teller Bank juga ada.

Terlalu banyak kemungkinan lain untuk memutuskan kalau mahasiswa Fisipol itu nantinya akan jadi politikus. Intinya, pandangan kalau jurusan menentukan masa depan itu sudah kuno.

Apa lulusan Fakultas Pertanian harus jadi petani? Lulusan Teknik harus kerja di perusahaan teknik? Apa lulusan lulusan Jurusan Fisika harus jadi fisikawan? Lulusan Fakultas Ilmu Budaya harus jadi budayawan?

Kalau iya, artinya kita sudah sesat pikir. Hehe. Masa depan mahasiswa kan ya ditentukan urusan apa yang dia seriusin di bidang apa pas kuliah, nggak tergantung jurusan.

4. Suka Hura-Hura

Kalau kalian lihat ke parkiran Fisipol di kampus manapun di Jogja, biasanya kalian akan melihat mobil-mobil berjejeran.

Juga, kalau kalian masuk ke kantin atau gazebo kampus, kamu akan melihat mahasiswa-mahasiswi dengan pakaian trendi, seksi, dan kekinian.

Ini yang membangun asumsi umum kalau mahasiswa Fisipol itu kaya-kaya dan suka hura-hura.

Tapi, itu cuman luarannya aja kok. Kalau kau nguping obrolan di kantin kampus, yang kamu denger kemungkinan besar akan soal tugas-tugas yang numpuk, duit habis di akhir bulan, dan calon kekasih yang nggak nyantol-nyantol.

Sama dengan fakultas lain.

5. Sukanya Ngobrolin Politik

Karena di kelas selalu dicekoki obrolan soal politik, mahasiswa Fisipol malah cenderung tidak suka ngobrolin politik. Singkatnya, mereka bosan.

Masak ya di kelas sama di tempat tongkrongan ngomongin negara terus.

Tepatnya, mahasiswa sospol bisa diajak ngobrolin politik, tapi nggak akan tahan lama. Lima menit ngobrolin politik, dua jam berikutnya ngobrolin gebetan.

Sumber: Jogjastudent.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun