Selain itu, mahasiswa Fisipol juga diajarin ilmu selain politik kok. Ada jurusan Ilmu Komunikasi misalnya, yang diajarin bagaimana menjadi jurnalis, buat film, dan iklan. Soft skill macam begini bisa didapatkan di Fisipol.
3. Masa Depan Nggak Jelas
Ini juga asumsi yang salah. Mau jadi apa nanti kuliah di Fisipol? Banyak. Kamu bisa jadi jurnalis, sosiolog, diplomat, dan peneliti-peneliti bidang lain juga berasal dari Fisipol, bahkan jadi teller Bank juga ada.
Terlalu banyak kemungkinan lain untuk memutuskan kalau mahasiswa Fisipol itu nantinya akan jadi politikus. Intinya, pandangan kalau jurusan menentukan masa depan itu sudah kuno.
Apa lulusan Fakultas Pertanian harus jadi petani? Lulusan Teknik harus kerja di perusahaan teknik? Apa lulusan lulusan Jurusan Fisika harus jadi fisikawan? Lulusan Fakultas Ilmu Budaya harus jadi budayawan?
Kalau iya, artinya kita sudah sesat pikir. Hehe. Masa depan mahasiswa kan ya ditentukan urusan apa yang dia seriusin di bidang apa pas kuliah, nggak tergantung jurusan.
4. Suka Hura-Hura
Kalau kalian lihat ke parkiran Fisipol di kampus manapun di Jogja, biasanya kalian akan melihat mobil-mobil berjejeran.
Juga, kalau kalian masuk ke kantin atau gazebo kampus, kamu akan melihat mahasiswa-mahasiswi dengan pakaian trendi, seksi, dan kekinian.
Ini yang membangun asumsi umum kalau mahasiswa Fisipol itu kaya-kaya dan suka hura-hura.
Tapi, itu cuman luarannya aja kok. Kalau kau nguping obrolan di kantin kampus, yang kamu denger kemungkinan besar akan soal tugas-tugas yang numpuk, duit habis di akhir bulan, dan calon kekasih yang nggak nyantol-nyantol.
Sama dengan fakultas lain.
5. Sukanya Ngobrolin Politik
Karena di kelas selalu dicekoki obrolan soal politik, mahasiswa Fisipol malah cenderung tidak suka ngobrolin politik. Singkatnya, mereka bosan.